Sang papa memandang sang istri dan sang putri yang masih saling berpelukan.
Mirella yang menangkap mata sang papa yang memandangnya memeluk sang mama langsung mengurai pelukannya. Dirinya tersenyum memandang sang mama. namun dirinya menghindari pandangan sang papa.
tingkah Mirella tentu saja Tak luput dari pandangan sang papa. Sambil menghela nafas sang papa kini mengerti, alasan yang dikatakan Mirella tadi adalah suatu kebohongan. dirinya sangat mengenal putrinya itu, karena sedari putrinya kecil dirinya selalu memperhatikan tingkah laku sang putri. Pennyesalan yang dirinya rasakan Setelah memberi hukuman pada Mirella membuat dirinya selalu memperhatikan sang putri. bahkan tanpa sepengetahuan sang putri juga tanpa sepengetahuan sang istri, dirinya selalu menyuruh orang untuk mengikuti sang putri saat putrinya masih kecil dulu.
Dirinya selalau dibuat terkejut dan bangga oleh sang putri. berbagai penghargaan telah didapat sang putri dimasa kecilnya itu. bahkan foto - foto sang putri yang selalu dikirim orang suruhannya akan dirinya simpan. Namun yang membuat dirinya tidak mengerti kenapa sang putri tidak pernah mengatakan apapun. Bahkan piala yang didapatkannya disimpan sang putri secara diam - diam digudang rumah mereka.
"Mira...papa ingin bicara denganmu saja, nanti datanglah ke ruang kerja papa" kata sang papa berlalu pergi.
Setelah tiga puluh menit, akhirnya Mirella sampai diruang kerja papanya dirumah, diketuknya pintu didepannya. Setelah mendengar izin papanya untuk masuk. Segera Mirella memasuki ruang kerja papanya. Ruangan yang terakhir dimasukinya saat usianya 6 tahun.
Mirella masuk dan terkejut melihat isi dari ruang kerja sang papa. Dirinya kelas mengenal dengan baik benda - benda yang terpajang disana. Dengan pandangan tidak percaya, dipandangnya benda - benda tersebut sekali lagi.
"kamu lihat.....ini semua piala yang diraih putri papa" kata sang papa sambil tersenyum. Mirella terdiam mendengar ucapan sang papa. Dirinya juga tidak mampu untuk memandang wajah sang papa. jadi yang terjadi kini dirinya hanya memandang tangannya yang diatas pangkuannya sendiri.
"putri papa yang membuat papa dan mama bangga dengan apa yang selalu diraihnya, Namun selalu menyembunyikan segalanya. bahkan dirinya menaruh piala - piala yang didapatkannya dengan kerja kerasnya digudang begitu saja. Mira....sekarang Setelah kamu dewasa...papa baru Punya keberanian untuk menanyakan ini, kenapa kamu melakukan semua yang papa katakan tadi?" Tanya sang papa langsung.
"Mira...." perkataan Mirella kembali dipotong sang papa. "pandanglah wajah orang yang kamu ajak bicara nak,,itu baru dinamakan kamu menghargai orang tersebut" kata sang papa.
Mirella perlahan mengangkat wajahnya dan memandang sang papa.
"Mira....tidak ingin papa marah, Mira tidak ingin mama susah " jawab Mirella. Jawaban Mirella membuat beribu pertanyaan menghingapi sang papa. "bagaimana mungkin prestasi yang kamu dapatkan membuat papa marah dan membuat mama susah?" Tanya sang papa.
Mirella membuang pandangannya dan nampak engan untuk menjawab pertanyaan sang papa. dirinya tampak menghela nafas panjang berulang kali. "Mira....jawab....kenapa?" ulang sang papa. "papa akan marah jika Mira pulang membawa barang dari luar, Mama akan susah, jika kakak melihat piala - piala itu, lalu menangis menginginkannya juga,,,Dan papa pasti akan marah sama Mira jika kakak sampai menangis" jawab Mirella.
Deg
jawaban Mirella membuat sang papa tidak percaya. bagaimana mungkin putri kecilnya berfikir seperti itu. Dirinya memang pernah memarahi Mirella sewaktu putrinya pulang membawa kodok untuk menakuti sang kakak, dan karena kodok tersebut sang kakak menangis histeris hingga keesokan harinya jatuh sakit. Dirinya ingat bagaimana hari itu dirinya dan sang istri membawa si bungsu untuk imunisasi. Dan saat mereka sampai rumah mereka mendapati putri sulungnya menangis histeris sementara sang adik terdiam memandang sang kakak tanpa bereaksi apapun.
Reaksi yang dikeluarkan saat melihat pemandangan itu tentu saja langsung mengendong sisulung dan menenangkannya. Setelah mendengar cerita sisulung disertai tangis histerisnya tentang ketakutannya tentang katak yang dibawa sang adik. dirinya langsung memarahi sang adik lalu menyuruh sang adik membuang katak ditangannya. Namun sang papa kini menyesal mengatakan hal itu dengan nada tinggi dan kemarahan. ternyata efek dari tindakan spontannya itu membuat sang putri menjadi memiliki pemahaman yang salah.
"Mira....papa marah karena kamu membawa katak untuk menakuti kakakmu, bukan berarti papa akan selalu marah jika kamu membawa sesuatu ke rumah" kata sang papa lagi.
"Mira tahu....tapi papa akan marah jika kakak menangis" kata Mira lirih. "papa tidak marah padamu jika kakak menangis, papa marah kalau kamu membuat kakak atau adikmu menangis" kata sang papa. Gelengan dari kepala Mirella membuat sang papa memandang sang putri dengan pandangan sendu.
"Mira ingat....saat kakak tidak sengaja mendorong Mira hingga Mira jatuh dan lutut Mira tertancap Batu,,Mira menangis karenanya, kakak ikut menangis karena melihat Mira menangis, saat papa melihat itu....papa mengendong kakak dan memarahi Mira karena Mira membuat kakak menangis" cerita Mira mengenang masa lalunya.
deg
jantung sang papa kembali seperti terhenti mendengarnya. kejadian itu juga diingat jelas oleh sang papa. dirinya sedang buru - buru pulang kerumah untuk mengambil file yang tertinggal, namun yang dilihatnya sisulung menangis keras dan adiknya yang sedang mengusap air matanya. tanpa bertanya dirinya mengendong si sulung Dan memarahi si adik, karena dirinya mengira siadik menakuti kakaknya dengan katak lagi.
Dirinya baru tahu kejadian sebenarnya saat pulang dari kantor dan sang istri bercerita padanya kalau siadik jatuh didorong si kakak, dan saat dirinya ingin meminta maaf pada si adik, dirinya mendapati bahwa sang putri menghindarinya. Bahkan sejak saat itu dirinya tidak lagi menemukan siadik yang bermain dengan sarapan paginya seperti biasa, lalu dirinya juga mendapati si adik berangkat sekolah bersama kawan - kawannya naik sepeda dan tidak mau lagi diantar oleh dirinya. Yang sampai akhirnya dirinya hanya mampu menyuruh orang untuk selalu mengawasi putri keduanya itu.
"karena itu kamu tidak memaafkan papa, dan tidak mau mengambil uang saku yang papa kasih kekamu, tidak mau lagi makan bareng papa?" kata sang papa parau. "karena ....papa sendiri yang memintaku untuk tidak lagi menampakkan wajah nakalku didepan papa, ...papa akan marah jika melihat wajahku lagi" kata Mirella tak mampu menahan lagi airmatanya yang sudah ditahannya sejak tadi.
Mirella seakan kembali lagi ke saat itu. saat dimana dirinya menangis karena luka dikaki dan telapak tangannya yang berdarah, melihat sang papa datang dan mengulurkan tangan meminta digendong sang papa, namun yang terjadi justru sang papa menepis tangannya dan malah mengendong sang kakak. Tidak cukup disitu sang papa justru mengatakan kalau sang papa tidak ingin dirinya memperlihatkan wajah nakalnya didepan sang papa karena pasti papanya akan marah kembali. Saat dirinya semakin menangis, sang papa kembali berbalik dan memarahinya kalau suaranya membuat telingga papanya sakit. Sejak saat itu dirinya selalu berusaha untuk tidak terlihat oleh papanya, dirinya berusaha berbicara sepelan mungkin agar papanya tidak mendengar suaranya.
Gadis kecil itu akan selalu diam dan hanya berbicara seperlunya jika dirumah, lain hal nya saat dirinya disekolah atau di toko kue punya mamanya Miska, dirinya akan menjadi gadis kecil yang ceria dan ramah. karenanya mama Miska mengijinkan dirinya untuk membantu di toko kuenya bersama dengan Miska.
Mirella juga ingat bagaimana dirinya mendengar pembicaraan sang papa dengan sang mama, kalau papanya tidak Punya uang untuk merayakan ulang tahunnya, seperti keinginan sang mama. karena itulah dirinya meminta sang mama untuk tidak merayakan ualang tahunnya. karena sahabatnya juga mama Miska pasti selalu merayakan ulang tahunnya.
#maaf ya....jikalau jalan ceritanya terkesan berbelit belit seperti sinetron๐๐ Dan maaf juga jikalau author tidak update setiap hari,,