Menerima pelukan Daniel membuat tubuhnya membeku dan juga hatinya deg degan. Segera Mirella mendorong Daniel untuk melepaskan pelukannya. "kenapa sih Mir?" Tanya Daniel heran. "khawatir sih khawatir tapi tidak perlu peluk juga" ucap Mirella cemberut sambil membuat gerakan membersihkan badannya dari pelukan Daniel.
Melihat tingkah Mirella Daniel tersenyum hingga terbersit untuk menjahilinya. Daniel sengaja mencolek tangan Mirella dan terus terus seperti itu hingga Mirella semakin kesal. Dan Daniel tertawa terbahak - bahak melihat Mirella kesal kepadanya. "jangan sentuh lagiii" teriak Mirella kesal. Teriakan Mirella membuat para Asisten rumah tangga, sopir juga satpam panik dan segera menghampirinya. Namun saat mereka melihat Daniel yang sedang menjahili Mirella mereka langsung berbalik sambil tersenyum.
" emang kenapa?,,aku mau sentuh, sentuh lagi...peluk lagi" goda Daniel lagi sembari terus memeluk Mirella. " Daniel.....aku ndak suka....jangan pelukkkkk"marah Mirella. tapi hanya tawa Daniel yang jadi jawaban.
"iya iya ...ndak peluk lagi,,"ucap Daniel sambil mengangkat tangannya. Namun tawa masih belum reda dari wajah tampannya.
"dari mana saja sih tadi?" Tanya Daniel lagi sembari duduk dibangku di teras rumah. "oh...tadi Ningsih ngajakin jalan - jalan,biar aku ndak cupu, katanya" ucap Mirella kesal.
jawaban Mirella kembali membuat Daniel tersenyum, ternyata istrinya hanya ingin jalan - jalan, namun dirinya tidak peka, dan terlalu banyak berfikir yang tidak - tidak. "owh iya, aku akan ke Jepang Minggu depan" ucap Daniel sembari meminum kopi yang tadi dibuatkan Bi Sarti. Mendengar kata Jepang membuat wajah Mirella menjadi antusias, namun hal itu luput dari pantauan Daniel karena sedang menikmati minumannya. "Jepang" ulang Mirella. dan diangguki oleh Daniel. "ikut..." pinta Mirella. Kali ini dengan suara imut yang membuat Daniel kaget.
"sudah lama, sejak aku duduk dikursi roda, aku belom jalan- jalan, jadi...please....aku ikut ya" rayu Mirella lagi. Daniel menghembuskan nafasnya keras. Tadi pagi Mika sekarang Mirella, kalau Mika tentu saja hanya dengan tas atau sepatu dia bakal menerima, tapi kini kalau Mirella ,dia sungguh tidak berdaya.
"Mira....Mirella...aku kesana Ada urusan pekerjaan bukan untuk liburan, jadi kamu tidak usah ikutan" ucap Daniel. "kamu, tidur dimana?" Kali ini Mirella yang bertanya. "dihotel" jawab Daniel lagi. " kalau gitu, ok....aku ikut, nanti pas kamu kerja, aku jalan - jalan sama Ningsih, jadi Ningsih ikut juga ya" kata Mirella lagi.Daniel memijit pelipisnya. Nampaknya Mirella lebih keras kepala dari Mika. "tidak bisa, Ningsih tidak punya passport dan kalaupun bikin seminggu juga entah jadi atau tidak, gini aja, kamu mau beli apa, nanti aku belikan" ucap Daniel.
Mirella terdiam sambil memandang Daniel dengan tatapan tidak suka. "oh....iya...tas itu kamu yang beli kan? pasti kamu salah kirim ya" Tanya Mirella. Daniel terkejut, bagaimana mungkin Mirella mengira Ia salah kirim. " tidak aku memang membelikannya untukmu" jawab Daniel."ya Tuhan ....jadi kamu belikan aku tas itu agar aku tidak ikut ke Jepang" tebak Mirella lagi.
Daniel benar - benar tidak tahu, harus bagaimana dirinya menghadapi Mirella yang pandai menebak banyak hal.
"Ningsih, tolong ambilkan hp ku dikamar" teriak Mirella. Daniel melotot terkejut melihat dan mendengar istrinya berteriak didepannya. jangan - jangan selama ini, begini lah sikap Mirella dirumah dan dia saja yang terlalu khawatir. Dan Hari ini Daniel tahu hal yang tidak biasa dari Mirella, sang istri tidak biasa dipeluk, tidak suka dipegang, dan istrinya ternyata suka memerintah, keras kepala, juga suka asal menebak. Ningsih datang membawa hp Mirella dan langsung kembali masuk. Nampak Mirella menelpon seseorang, namun Daniel tidak tahu, siapa gerangan yang ditelpon Mirella.