Happy Reading gengs 💋
❤️❤️❤️❤️❤️
Keesokan harinya, pukul 16.30 WIB Clarista pamit pulang terlebih dahulu, meninggalkan butik dan juga para karyawannya. Ia mengambil waktu pulang lebih awal, karena ingin mempersiapkan dirinya sebelum dijemput oleh sang pangeran es.
Cla memilih untuk memoles wajahnya sendiri ketimbang pergi ke salon. Ia lebih suka berdandan flawless sesuai keinginannya sendiri, lagi pula Cla cukup piawai memainkan alat make up. Detik demi detik bergulir dan suara bel menggema di dalam apartemennya. Sebelum membuka pintu, Clarista kembali bercermin, memastikan dandananya serta penampilannya sudah rapi dan tidak ada masalah.
Gaun berwarna peach panjang itu menjuntai ke lantai, dengan ukuran gaun yang sangat pas ditubuh Clarista serta style punggung terbuka lebar terlihat seksi namun tampak begitu glamor dan juga elegan. Ketika pintu terbuka lebar, Augfar seolah kehilangan kata-kata saat melihat sosok Clarista di depannya. Ia memandangi wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Clarista salah tingkah melihat respon Augfar yang hanya diam mematung. Pikirannya pun mulai berasumsi negatif.
"Apa kita harus ke pesta sekarang?" tanya Augfar Ambigu.
Augfar yang terlihat sangat tampan dan manly dengan kemeja putih dibalut dengan setelan tuxedo berwarna hitam pekat terlihat begitu pas dengan di tubuhnya yang proposional. Perfect kata yang menggambarkan penampilan pria itu di mata Clarista. Namun otak Clarista kembali teringat perkataan yang baru saja dilontarkan pria itu padanya.
"Apa kita harus pergi sekarang?" tanya Augfar lagi.
"Memang acara Jammie dan Tania berubah jamnya?" tanya Clarista balik.
Augfar maju perlahan mendekati tubuh Clarista yang berdiri didepan pintu masuk apartemennya. Tangan Augfar terangkat mengelus pipi kanan sang desainer. Clarista yang diperlakukan seperti itu hanya diam dan menikmati setiap sentuhan Augfar di wajahnya. Laki-laki itu menggosokkan ibu jarinya ke bibir Clarista yang sudah dipoles lipstik.
Augfar membisikkan kalimat yang cukup membuat jantung Clarista berdegup kencang sekaligus merona merah, "Kamu luar biasa cantik, Ta."
Spontan Clarista mendongak dan menatap sepasang mata tajam, namun menenangkan milik Augfar. Tanpa menunggu persetujuan Clarista, Augfar melumat bibir merah itu dengan lembut dan sang desainer pun mengikuti setiap ritme yang diciptakan oleh pria tampan di depannya.
Augfar memeluk erat Clarista dengan tetap mencium dalam bibir wanitanya. Mereka saling bertukar saliva, namun Clarista yang menyadari terlebih dulu, mendorong sedikit kuat tubuh Augfar sehingga ciuman mereka terlepas. Clarista menghirup napas sebanyak-banyaknya sambil menunduk dalam.
Augfar memegang dagu milik Clarista dan dipaksanya wajah cantik itu untuk menghadapnya bukan menunduk ke bawah.
"Aku nggak suka kamu menunduk seperti itu. Kamu cantik dan kamu luar biasa. Jadi mendongaklah," ucap Augfar.
Seakan terhipnotis, Clarista mengangguk patuh dan mengikuti ucapan Augfar. Namun dirinya kembali sadar akan tujuan awal mereka.
"Kapan kita pergi kalo kita kayak begini terus," ucap Clarista.
Augfar terkekeh pelan dan meraih pinggang wanitanya untuk dipeluk.
"Sebenarnya aku lebih suka disini berdua dengan kamu, dibanding harus berbagi kecantikan kamu malam ini ke orang lain," ucapan Augfar sontak membuat rona merah muncul kembali di pipi Clarista.
"Berhenti gombalin aku! Ayo kita pergi sekarang, Dean!" Clarista melepas pelukan Augfar dan berjalan terlebih dahulu keluar dari pintu apartemennya.
Augfar pun berakting lunglai dengan berjalan lesu dan memasang wajah kecewa kearah Clarista.
"Kita akan pergi, tapi dengan satu syarat!" kata Augfar yang membuat kerutan di kening Clarista muncul.
"Syarat? Syarat apa? Jangan becanda, Dean. Kita akan terlambat," kesal Clarista.
"Kiss me now!" ucap Augfar, menunjuk bibirnya dengan jari telunjuk.
Clarista terkejut mendengar ucapan Augfar yang to the point, tanpa basa basi. Ia mencoba mengabaikan ucapan Augfar dan mengambil sebelah lengan kokoh milik Augfar untuk diseret keluar dari apartemennya, namun usahanya sia-sia belaka. Augfar tidak bergeming dari tempatnya, dengan helaan napas dan kegugupan Clarista maju untuk mengikuti persyaratan yang diajukan Augfar demi kebaikan bersama.
Clarista menarik kepala Augfar dan tanpa aba-aba dan langsung menciumnya dengan cepat dan singkat. Augfar tersenyum lebar dan Clarista mencebikkan bibir melihat tingkah Augfar tersebut.
"Ayo kita pergi sekarang," ucap Cla malu-malu
Augfar dengan tuxedo terlihat amat tampan dan gagah. Wajah yang biasa terpancar aura dingin dan kaku, kali ini lebih menghangat dan cukup sering menebar senyuman. Terutama sekarang, ketika Augfar dan Clarista sedang berada di dalam mobil.
Clarista yang melirik Augfar, terlihat jengah dan masih diliputi rasa malu akibat kejadian tadi. Augfar mengelus lembut puncak kepalanya dan membuat sang desainer cukup terkejut dengan tindakan spontan pria di sampingnya.
"Persiapkan dirimu. Disana akan ada banyak wartawan. Kamu boleh genggam tangan aku sekuat apapun, untuk hilangkan rasa grogi itu nanti," ucap Augfar dan Clarista menatapnya dengan tatapan bingung.
Augfar menyentil kening Clarista pelan, yang membuatnya berpura-pura kesakitan dan itu hanya ditanggapi dengan kekehan sang CEO.
"Jangan pasang muka bego lagi. Kalo nggak? Aku bakal sentil lebih keras lagi nanti," kata Augfar dengan mengelus pipi Clarista sayang.
"Dasar Jahat! Dean, aku tuh beneran bingung kali. Hubungan wartawan sama aku yang datang kesana terus grogi itu apa? Mereka juga nggak bakal kenal sama aku?" jelas Clarista.
Dengan masih mengendarai mobil mewahnya, Augfar pun memberi penjelasan pada calon istri tercintanya.
"Wartawan mungkin nggak kenal kamu, Sayang. Tapi wartawan pasti kenal aku. Kamu tau 'kan datang sama siapa malam ini?" goda Augfar.
Clarista melirik kesal ke arah Augfar. Manusia yang duduk mengendarai mobil bersamanya malam ini luar biasa percaya dirinya. Ia bahkan tidak pernah berpikir jika seorang Augfar akan bertingkah seperti ini.
"Kalo gitu kita lewat belakang aja. Biar nggak ada wartawan," tawar Clarista, yang langsung ditanggapi oleh Augfar dengan jari telunjuk bergoyang kekanan dan kekiri.
"Big no! Itu nggak akan terjadi! Kenapa? Malu ketahuan datang bareng sama pria tampan kayak aku?" tanya Augfar dengan nada becanda.
Clarista berdecak kesal, "Stop it, Dean! Kamu itu mendadak lebay tau! Dari mana sifat lebay kamu muncul, hah? Atau karena kamu sekarang punya hobi nonton sinetron, ya?" tuduh Clarista dengan memicingkan matanya.
Augfar terkekeh keras mendengar penuturan wanita cantik disampingnya ini, "Hei, aku nggak lebay. Aku ngomong kenyataan kok. Lagian mana punya waktu aku buat nonton sinetron. Aku terlalu sibuk, Tata. Kamu menggemaskan deh. Aku jadi pengen cium kamu," goda Augfar yang dihadiahi pelototan dari Clarista.
"Dasar mesum!" Dan Augfar kembali tertawa.
Clarista memandang jalan. Telinganya masih mendengar suara tawa renyah pria disampingnya dan ikut tersenyum tertahan. Dia bahagia, entah apa alasannya. Yang jelas saat ini ia merasa nyaman. Augfar mendadak jadi dirinya sendiri ketika berdua bersama dengan Clarista dan sang desainer menyukai hal itu.
Laju mobil yang dikendarai Augfar semakin lama semakin mendekati pintu masuk salah satu hotel mewah yang berada di ibu kota. Clarista menatap horor atas pemandangan yang tersaji didepan matanya kali ini.
Puluhan wartawan, bukan mungkin itu ratusan wartawan berada di depan pintu lobi hotel yang sudah siap untuk membidik para tamu yang datang. Tentu saja wartawan sangat ramai disini. Vistania adalah salah satu model ternama yang sudah terkenal di dunia, sedangkan Jammie juga begitu. Ia pengusaha sukses yang merangkap sebagai model juga.
Clarista kembali mengingat ucapan Augfar tadi, tapi otaknya kini mulai berpikir tentang bagaimana Alex dan Grenda melewati segerombolan wartawan yang kini siap menyerbunya juga.
"Udah siap, Sayang?" tanya Augfar pada Clarista.
Wanita itu hanya menghela napas panjang, sebelum mengangguk ragu kepalanya. Sedangkan Augfar tersenyum manis sambil mengelus puncak kepala wanitanya. Augfar memberikan kunci mobilnya pada petugas valley, membenahi tuxedo terlebih dahulu dan sudah bersiap lagi dengan ekspresi wajah dinginnya.
Clarista keluar dari dalam mobil, memandang Augfar yang kini sudah berdiri di depannya siap dengan uluran telapak tangannya. Clarista dengan ragu meletakan telapak tangannya diatas telapak tangan Augfar, namun laki-laki itu memberikan kode anggukan kepala.
Kini Clarista sudah tepat berjalan disamping Augfar Andrean Davinci, seorang pengusaha muda yang memiliki cabang perusahaan dimana-mana dan juga pria tampan idaman wanita. Kilatan blitz kamera seakan menghujani Clarista dan Augfar. Para media berlomba-lomba mendekati mereka. Ratusan wartawan berkumpul di lobi hotel, tempat pertunangan model seksi dan pengusaha ternama—Vistania dan Jammie Vinsent.
"Mas Augfar, kapan anda kembali ke Indonesia?"
"Mas Augfar, siapa wanita di sebelah Anda?"
"Mas Augfar, apa ini bantahan atas gosip kalau Anda adalah seorang gay?"
"Mas Augfar, siapa desainer yang merancang tuxedo Anda?"
"Mas Augfar, bisa kenalkan wanita yang bersama Anda?"
"Mas Augfar, apa itu pacar Anda?"
"Mas Augfar, kenapa Anda tampan sekali?"
Dan bla bla bla bla...
Augfar berjalan dengan tetap menggenggam tangan Clarista erat, seakan ia tidak ingin gadis itu terlepas sedikitpun dari sampingnya. Augfar hanya diam menanggapi semua pertanyaan dari para wartawan itu, sedang Clarista hanya tersenyum segan dan menunduk, bingung harus bagaimana.
Clarista melirik wajah Augfar yang terlihat sangat cool melewati para wartawan, dibantu dengan para bodyguard yang sudah disewanya tentu saja.
Ketika akan memasuki ballroom hotel, Augfar berhenti dan berbalik. Ia menghadapi para wartawan yang sedari tadi mengikutinya sampai kedepan pintu ballroom.
Augfar menoleh pada Clarista dan tersenyum kecil sedangkan gadis itu hanya diam dan menunduk salah tingkah. Para wartawan sudah siap dengan posisi masing-masing, mengarahkan kamera , mengancungkan perekam suara, handphone serta buku notes untuk mencatat poin-poin penting yang akan diucapkan pria yang jarang tersentuh media ini.
Pria yang terkenal dingin, ambisius serta berlabel gay. Seumur hidupnya, baru kali ini kehadapan publik dengan membawa seorang wanita yang terlihat sangat membuatnya nyaman.
Augfar berdehem, seketika suara gaduh penuh lontaran pertanyaan menjadi hening. Semua terfokus pada dua sosok pasang manusia dihadapan mereka.
"Terima kasih atas semua pertanyaan kalian," ucap Augfar dengan nada dinginnya, yang membuat Clarista melirik kearahnya.
Augfar mengelus genggaman tangan mereka dengan ibu jarinya, seakan mengungkapkan kalo semua akan baik-baik saja.
"Hanya satu yang akan saya jawab. Setelah itu, silakan kalian simpulkan sendiri semuanya," ucap Augfar lagi dan kali ini para wartawan makin penasaran.
"Wanita di sebelah saya ini adalah calon Istri saya. Terima kasih," kata Augfar singkat kemudian berbalik meninggalkan semua wartawan, yang masih menanyakan dengan pertanyaan selanjutnya.
Clarista berjalan di sebelah Augfar dan melirik wajah tanpa beban itu. Sedangkan Clarista sendiri merasa jantungnya berdetak amat sangat kencang. Menurutnya jika ucapan itu dilontarkan Augfar di depan para sahabatnya, ia masih akan menganggapnya bahan candaan Augfar pada dirinya. Namun, malam ini Augfar mengungkapkannya dihadapan ratusan wartawan lokal dan internasional.
Apa pernyataan Augfar sesungguhnya nyata dan serius? Pertanyaan Clarista itu berputar-putar di otak, sehingga ia tak begitu menyadari jika mereka sudah berada ditengah-tengah tamu yang hadir.
"Apa yang kamu pikirkan?" bisik Augfar.
Clarista tersentak, ketika Augfar merunduk ke samping telinganya. Sang desainer hanya menggeleng ragu. Sementara laki-laki itu mengangguk tidak memperpanjang pertanyaannya lagi. Mata Clarista menangkap keberadaan Danisha dan Dima, yang sedang berdiri dengan posisi Danisha memeluk erat Dima.
"Aku mau kesana sebentar. Kamu bisa ketemu dengan kolega kamu terlebih dahulu," bisik Clarista.
"Kamu mau ketempat Danisha dan Dima?" tanya Augfar.
Clarista mengangguk. Namun bukannya melepas genggaman tangan mereka, malah Augfar semakin mengeratkan.
"Kita kasih selamat dulu sama Jammie dan Tania. Mereka akan kecewa nantinya kalo tau, kamu datang nggak langsung temui mereka," jelas Augfar.
Cla berdecak, "Itu hanya alasan kamu aja!"
Augfar terkekeh pelan. Dan mereka berjalan menuju kedepan, tempat Tania dan Jammie berdiri dengan wajah yang terlihat sangat bahagia. Tania terlihat sangat antusias ketika matanya menangkap wajah cantik milik Clarista yang menurutnya luar biasa malam ini.
"Congratulations, Tania. Kamu cantik banget malem ini," puji Clarista tulus pada klien yang kini tersenyum lebar dengan memakai gaun hasil buatan tangannya.
"Thank you so much, Darl. Semua orang hari ini bilang aku sangat amazing, karena gaun yang aku pake. Oh Tuhan! Rasanya aku bener-bener jatuh cinta dengan gaun ini, Cla. You are the best!" ungkap Tania pada Clarista.
"Thank you, Tania. Kamu berlebihan," ucap Clarista merunduk malu atas pujian dari Tania.
"Selamat atas pertunangan kalian berdua," ucap Augfar dengan memasang wajah kalemnya.
"Hei, apa gue terlewat sesuatu? Kalian benar-benar have a relationship?" tanya Jammie penasaran, memandang Clarista dan Augfar bergantian.
"Sepertinya sepupu gue nggak jadi gay lagi?" canda Tania yang ditanggapi dengan dengusan kesal dari Augfar.
"Lebih baik kita pergi dari sini. Pasangan gila ini bikin nggak nyaman," ucap Augfar dengan nada mengejek
Clarista mencubit lengan Augfar, yang membuatnya terkejut dan meringis kesakitan, "Aw! Ini sakit, Sayang," kata Augfar yang sengaja dibuat berlebihan.
"Ow ow ow... Dan gue mendadak mual denger lo bilang gitu, Far!" ejek Jammie.
Tania serta Clarista terkekeh mendengar ucapan Jammie. Augfar seakan masa bodo dengan itu. Ia meraih telapak tangan Clarista untuk ia genggam kembali.
"Kami permisi dulu. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi, ya?" ucap Clarista pada Tania dan Jammie, yang ditanggapi dengan anggukan serta senyuman dari keduanya.
Augfar menuntun Clarista berjalan menuju ke arah sahabatnya, Dima dan Danisha yang sedang tersenyum misterius memandang wajah Augfar dan Clarista.
"Kalian berdua kenapa sih?" tanya Clarista pada Double D dihadapannya ini.
Augfar tampak stay cool berdiri disamping Clarista, yang menatap aneh pasangan yang sedang tersenyum misterius didepannya.
"Ih, kalian ini yah kebiasaan. Kalo ditanyai cuma cengar cengir aja. Kalian tuh kenapa sih? Apa gue aneh?" kesal Clarista.
Dima dan Danisha tertawa terbahak yang membuat mereka sejenak jadi sorotan diantara para tamu undangan.
"Sorry, Beb. Lo cantik banget malah malem ini, tapi gue barusan ngecek ponsel gue di portal berita. Judulnya itu bikin gue geli banget. Anjirrr..." jelas Danisha.
"Berita apaan?" tanya Clarista penasaran.
Dima menyodorkan ponsel canggihnya kearah Clarista dan sontak sang desainer ikut terkekeh. Augfar menoleh penasaran atas apa yang membuat wanitanya ikut terkekeh geli. Augfar merebut ponsel Dima yang berada ditangan Clarista dengan cepat.
Air muka Augfar berubah menjadi dingin, membuat Clarista mendadak terdiam.
"Sialan, siapa yang berani buat headline begini! Aku bakal tuntut dia!" desis Augfar dengan nada rendah dan umpatan.
Clarista meraih lengan Augfar mencoba menenangkannya, "Dean, nggak usah terlalu dibawa emosi. Mungkin selama ini kamu emang nggak pernah sama sekali publikasi tentang hubungan kamu dengan wanita manapun. Ya, wajar kalo mereka bikin headline begitu," jelas Clarista yang diangguki kedua sahabatnya yang lain.
Headline yang berjudul,'Sang Gay, Mr. Augfar telah bertobat.' Sebuah portal berita online yang membuat headline yang sukses bikin Clarista, Danisha, Dima terkekeh dan Augfar amat sangat kesal.
Wajah muram Augfar tertampak jelas di sana. Danisha membisikan sesuatu pada Clarista, yang membuat Cla mendelik tak suka. Namun Danisha memberi kode mata agar Clarista mengikuti ucapan Danisha. Clarista berjalan ragu merapat kearah Augfar yang masih dipenuhi dengan emosi, meraih telapak tangan Augfar dan menyematkan jari-jari tangannya sendiri ke jari tangan Augfar. Laki-laki itu sontak menoleh kebingungan.
Clarista berdiri tegak tepat di depan kekasihnya yang kini dalam keadaan tegangan tinggi dan sewaktu-waktu bisa meledak. Melupakan rasa gengsi yang ada dalam dirinya, sang desainer itu berjinjit meraih tengkuk kepala Augfar agar sedikit merunduk. Clarista mencium bibir Augfar dengan lembut. Namun itu hanya dalam hitungan detik, karena ia segera melepaskan ciumannya dan tersenyum gugup pada Augfar yang sedang menatapnya takjub.
"Aku nggak mau kamu jadi badmood cuma gara-gara headline artikel tadi. Kalo kamu terus-terusan marah, berarti kamu terbukti seorang gay yang baru tobat," ucap Clarista yang langsung mendapat lumatan di bibirnya dari Augfar.
"Thank you udah ngajarin sahabat lo yang satu ini buat bikin senang gue, Dan," kata Augfar pada Danisha yang ditanggapi dengan kekehan, sedangkan Clarista mencibir kekasihnya.
Augfar menarik pinggang Clarista, agar merapat padanya dan memandang ke segala sudut mencari sesuatu.
"Gue pamit dulu, ya? Gue mau bawa sahabat lo ini, Dan. Have fun sama pestanya, Dim," kata Augfar pada Danisha dan Dima
"Yoi, Bro," ucap Dima.
Augfar menundukkan tubuh setiap kali bertemu dengan para kliennya yang berada di pesta tersebut. Sedang Clarista hanya ikut tersenyum meskipun tidak ada satupun klien Augfar yang ia kenal.
Tangan Augfar tidak melepas rangkulan di pinggang Clarista barang sedetik pun. Sifat posesifnya terlihat jelas di mata umum. Sebenarnya bukan hanya Jammie dan Tania yang menjadi sorotan utama di pesta pertunangan mereka, melainkan Augfar dan Clarista ikut serta menjadi trending topic utama disini.
Para tamu undangan lebih suka berdesas desus mengenai Augfar yang terkenal dingin dan tegas di dunia bisnis, namun malam ini terlihat sangat hangat dan romantis ketika bersama dengan wanita cantik yang berada di sebelahnya.
Augfar melepas rangkulan di pinggang Cla dan beralih memeluk seorang wanita cantik yang memakai gaun berwarna hitam panjang dengan lengan tiga perempat serta rambut yang ditata sedemikian rupa modisnya.
Ciuman mesra Augfar mendarat di pipi wanita bergaun hitam itu, membuat Clarista berdiri kaku memandangnya. Senyuman ramah serta pelukan hangat menyelimuti tubuh Augfar.
"I miss you so much, my Dean!" ucap wanita bergaun hitam tersebut.
"I really miss you too, my super Mom," balas Augfar pada Maminya
"Mana Cla? Kamu nggak mau kenalin Mami dengan calon menantu Mami?" kata Mami Augfar bersemangat.
"Calm down, Mom!" ucap Augfar pada Maminya.
"Sayang, sini. Kenalin ini Mami aku," panggil Augfar pada Clarista, dan gadis itu kini sudah berakhir dalam pelukan Mami Augfar.
"Oh, my Godness. Calon Menantu Mami cantik sekali. Mami seneng banget akhirnya bisa ketemu sama calon Menantu Mami," ucap Mami Augfar excited dengan tetap memeluk erat tubuh Clarista.
Clarista yang dipeluk secara tiba-tiba oleh Mami Augfar merasa sedikit kaget dan bingung, namun perasaan bahagia lebih kental mengalir.
"Mami, kasian Cla. Nanti dia sesak, Mam," kata Augfar sambil mencoba melepaskan pelukan tersebut.
Mami Augfar meraih wajah Clarista dan memandangnya dengan senyuman bahagia. Begitu pun Clarista memandang wajah Mami Augfar yang masih sangat cantik dengan perasaan campur aduk.
"Kamu cantik banget," puji Mami Augfar, yang sukses membuat rona merah muda muncul di wajah Clarista.
"Makasih, Tan—" ucapan Clarista terpotong begitu saja.
"No Tante, panggil Mami. Kamu itu bakal jadi anak Mami, jadi jangan coba-coba panggil Tante lagi ya?" sergah ibu Augfar pada Clarista yang tadi memanggilnya Tante.
"I'm sorry, Mami. Makasih untuk pujiannya," ucap Clarista kaku.
"You are welcome, Sayang."
"Jadi kapan pernikahan kalian berdua bakal dilaksanakan?" tanya Mami Augfar.
Augfar memandang Clarista sejenak yang memasang mimik wajah bingung dengan pertanyaan sang maminya barusan.
"Semua udah aku atur. Mami santai aja. Aku pastikan secepatnya, Mam," ucap Augfar dengan menggenggam erat telapak tangan Clarista, dan sang desainer hanya diam terpana mendengar jawaban Augfar.
"Mami mau cucu yang banyak. Biar banyak temen dirumah," ucapan Mami Augfar sontak membuat Clarista tersedak salivanya sendiri.
Mami Augfar membantu Clarista dengan menepuk-nepuk bahu belakang dengan pelan, sedangkan Augfar mengambil air putih. Clarista segera menegak habis air yang disodorkan padanya, batuknya sedikit mereda namun tidak dengan keterkejutan atas ucapan Mami Augfar tadi.
"Besok kita ngobrol lebih banyak lagi ya, Sayang. Mami belum puas ngobrolnya, tapi Mami ada kesibukan sedikit, kita lanjut nanti ya ngobrol-ngobrolnya?" ucap Mami Augfar pada Clarista.
Sepeninggalan Mami Augfar, Clarista memandang Augfar dengan kesal.
"Hei, kenapa? Kok kamu ngeliat aku gitu banget sih?" protes Augfar ketika pandangan Clarista terlalu sinis padanya.
"Kamu udah ngatur pernikahan kamu sama aku? Cih, emangnya kamu udah ngelamar aku gitu? Emangnya aku mau nikah sama kamu?" cecar Clarista pada Augfar yang geli mendengar ucapan wanitanya.
"Apa permintaan aku waktu itu nggak termasuk lamaran?" tanya Augfar pada Clarista yang dijawab hanya dengan dengusan kesal.
"Kamu selalu aja becanda. Aku mau ketoilet dulu, dan inget yah, aku belum memastikan diri kalo aku mau atau nggak nikah sama kamu, camkan itu!" Clarista memberikan peringatan keras pada Augfar.
❤️❤️❤️❤️❤️
Augfar seenaknya 🤣🤣🤣
komen cobakk