Dia duduk tepat di samping keberadaan kepala istrinya, sembari menekan tiga buah garis di antara dua alis yang mengerut. Perempuan tidur itu mengabaikan sentuhannya dan kembali menenang dalam kantuknya.
Beberapa menit berlalu, Mahendra mencukupkan perenungannya. Mendekati tubuh Aruna, lelaki bermata biru menuruti instingnya untuk mengecup bibir istrinya. Berawal dari kecupan lembut, dia tergoda untuk menyesap.
Dia tidak tahu mengapa, tapi entah bagaimana dirinya merasa membutuhkan sentuhan lembut yang mampu meredam kemelut hatinya, dan itu tak lain adalah bibir lembut istrinya.
Mendorong kesadaran Aruna, Mahendra berhasil membuat perempuan itu terengah oleh caranya menyesap bibir bawah istrinya. Dia melepas tautan ketika menyadari perempuannya telah membuka mata lebar-lebar.