"Jangan kau pikir bisa membodohiku dengan tindakanmu yang konyol itu," Kihrani sekedar lalu membuka pintu kaca ketika Vian membuntuti langkahnya dengan suara langkah yang seolah menghancurkan lantai. Gadis itu masih terbungkam, bahkan ketika dia menuju kamar mandi dan keluar untuk berganti seragamnya menjadi baju lebih santai.
Melirik seseorang yang menunggunya di depan pintu kamar mandi dengan perasaan gusar, Kihrani menyadari amarah Vian. Yang tidak dimengerti oleh gadis itu adalah keputusan pria tersebut, bagaimana bisa dia dengan enteng menyatakan cinta padanya?.
Gadis ini cukup tahu diri untuk menolaknya, ketika pria dengan mata sendunya menyatakan cinta yang terdengar sangat enteng meluncur dari mulutnya. Tentu saja, dia masih terjaga di sana selepas pintu rumah sakit itu di benturkan kasar. Keraguan, kecemasan, dan emosi menekan yang tidak dia kenal menyelubunginya.