Mendapati reaksi nonanya, Susi berujar, "Tentu saja Vian, siapa lagi?," selepas bicara, mulut ajudan itu terbuka lebar dan pisaunya terjatuh. Dia baru sadar bahwa yang dia lakukan adalah kebodohan fatal.
"Apa yang kau lakukan?" Aruna menundukkan tubuhnya hati-hati guna mengambil pisau yang dijatuhkan Susi. Terlepas dari rasa syok atas mulutnya yang kelepasan bicara, ajudan senior tersebut lekas menyambut apa yang dijalankan nonanya.
"Mari segera kita selesaikan ini," pinta perempuan yang nampak menyisingkan bajunya dan lekas mengambil bahan makanan lain di dalam kulkas, "Aku ingin kita masak lebih banyak," Susi sekedar mengangguk dengan bibir terbungkam. Harap-harap cemas nonanya tak menyodorkan kalimat tanya yang lain, terkait keberaniannya mengungkapkan sesuatu yang tak seharusnya dia sebut.