Nafasnya sempat naik turun. Tangannya mengelus-elus dada, dan dia tanpa sengaja memukul lengan Vian yang besar dengan tangan kecilnya. Walaupun pada akhirnya tangan kecil gadis tersebut yang merasakan sakit.
"Kau! Aku pikir, kau hantu!" Gertak Kihrani. Menghela nafas lega sembari diam-diam jari telunjuknya menghapus bulir di sudut mata.
Selepas gadis tersebut bisa menormalkan kembali konsentrasinya. Lelaki yang baru saja mendapatkan pukulan di lengannya, terdapati menyodorkan jam tangan yang ia cari.
Mata Kihrani yang masih merah bertemu dengan netra sendu yang menyalakan cahaya melalui handphonenya.
Sebenarnya hanyalah invention di bawah wajah tersebut yang membuat Kihrani diterpa rasa takut luar biasa, "Turunkan handphone-mu!" Dia risih melihat wajah Vian diatas nyala cahaya handphone.