"Kau sama sekali tak berubah, Kiki," ada senyum menyeringai lalu tatapan mata lekat menelisik gadis yang kini tangkas membuat sendokan, menyajikan nasi di atas piring masing-masing anggota keluarganya.
Dia yang mendapatkan tatapan, sekedar tersenyum ringan "Apa segini cukup?" tawarnya pada Thomas.
"Ya, sudah cukup" ucap Thomas, "Dimana bapak?"
"Sudah berangkat pagi-pagi," jawabnya ringan.
"Kemana?"
"Kerja," sahut Kiki, sejalan tangannya yang sedikit ragu untuk meletakkan piring berisi nasi di hadapan Thom.
Mata Thom terbuka lebih lebar, dia sedikit terkejut mendengar kabar bahwa bapak Kiki berangkat pagi-pagi untuk bekerja.
Dulu saat pertama kali datang ke rumah ini yang paling dia ingat adalah seorang pria pupus yang dikelilingi tiga anak bersemangat. Terutama anak sulungnya, si gadis galak yang tiap hari dan setiap saat memaki kemurungan bapaknya.