Gerakan bibir laki-laki ini berikutnya makin mengejutkan.
Aruna tak ingin menangis. Menatap kosong sisi lain, mencari-cari peredam dari rasa hancur pada dirinya.
Hendra begitu menikmati dirinya dan gadis itu mulai tidak tahan. Mengigit kasar mulut Hendra yang masih menempel lekat pada bibirnya.
"A.. Auu... ". Hendra mengeluh, benar-benar sakit. Pria itu segera memeriksa bibirnya, untung saja tidak sampai berdarah.
"Jika bukan karena kesepakatan aneh itu, aku sudah pasti menampar mu!". Gadis ini geram bukan main.
"Bisakah kau berperilaku layaknya manusia normal sekali saja". Aruna menumpahkan kemarahannya.
"Ya, aku memang tidak normal. Ada masalah?". Pria itu mengakui sebuah kenyataan yang ditangkap sebagai sarkasme oleh Aruna.
"Iya, masalah banget karena orang tidak normal ini calon suamiku!!". Aruna mengelap bibirnya beberapa kali dengan punggung tangan.
Hendra malah tersenyum.