"Damar," Suara Aruna menyapa hadir di antara keduanya.
"Hendra.." perempuan mungil Ini menoleh pada suaminya.
"Jangan terlalu lama.. aku menunggumu di mobil," Mahendra menyingkir melangkah menuju mobil.
.
.
Dia berada di ujung sana, terlihat bercakap-cakap dengan senyum manisnya. Seperti dua orang yang saling merindu, aku melihat sorot mata Damar yang tak mau lepas menatap istriku. Aku tahu tatapan mata damar tak ubahnya diriku yang dulu, menyimpan banyak rasa di hati akan tetapi tak berdaya, mustahil di ungkapkan.
Dari kejauhan ku amati Aruna mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, dia menyerahkan sebuah kotak kecil yang aku tidak tahu isinya. Dan Damar terlihat menggelengkan kepala menolaknya.
Lalu kemudian mereka saling menatap dan berbicara lebih dalam, bahkan sempat kulihat mereka berpelukan.