Aku baru saja membuka mataku, menatapnya yang sedang merapikan barang-barangku yang tak seberapa. Senyumnya merekah melihatku terbangun. Aroma parfumnya yang wangi menyapa hidungku. Sepertinya dia baru mandi ketika aku tertidur.
Sudah menjadi kebiasaan Mahendra mengusap rambutku, "Aku tak menyangka rambut baru membuatmu tambah cantik," aku tahu bagi Mahendra rambut panjangku lebih sempurna. Aku tahu dia suka sekali menyisir rambutku sambil menelusurinya. Aku juga tahu dulu waktu kami belum menyatu akan tetapi terpaksa berada dalam satu ranjang yang sama. Sembari menyentuhi denyut nadiku dia akan diam-diam memunguti rambutku yang terurai berserakan. Dia suka rambutku yang panjang. Dan pria itu sekedar berupaya membuatku nyaman.
"kita mau ke mana?" dengan senyumnya yang khas berbumbu lesung pipi, Hendra menjawabnya.
"kita akan pulang," Ada rasa resah yang menghimpit, jantungku berdetak ingin kukatakan aku tidak mau, nyatanya aku tak punya alasan.