Nana bilang pacarnya penghianat, dan membuatnya terluka. Menangis tersedu-sedu bahkan tak mau makan berhari-hari. Nana lupa siapa lawan bicaranya, lelaki remaja pengidap PTSD yang di tambuhkan dengan KPI (Key Performance Indicator) kegilaan kakeknya.
Mahendra menghajarnya, memukulinya hingga babak belur dan menyeretnya menuju gudang di belakang sekolah mereka. Tubuh laki-laki belia remuk redam tersebut di kunci dan di sembunyikan di sana, yang paling gila dari kelakuan Mahendra, pria belia dengan mata biru tersebut mengirimkan foto hasil perilakunya pada Nana, agar Nana berhenti menangis.
Hari itu juga Nana tidak mau lagi menemui Mahendra, gadis itu ketakutan luar biasa. Lalu melaporkan kelakuan Hendra yang kelewat batas pada kakek Wiryo. Sang kakek bukan sekedar marah tapi menghukum habis-habisan.