"Aku akan pergi dari Jakarta," kata Danu menyingkirkan tangan Aruna lalu kembali memainkan karya Sebastian Bach.
"Bagaimana dengan kuliahmu?"
"Jangan kau pikir aku tidak kuliah dengan benar seperti sebelum-sebelumnya,"
"Kau bilang memperpanjang cutimu?"
"Tidak jadi,"
"Lalu?"
"Aku bahkan sudah menyelesaikan skripsiku,"
"Benarkah?"
"Kisah lelaki kecil pemain piano adalah bagian dari skripsiku," pemuda ini menangkap ekspresi keheranan Aruna, "Aku penulis yang melahirkan lima buku, tiga di antaranya trilogi kisah yang sama, artinya skripsi bagiku bukan apa-apa, hanya soal niat saja," lengkapnya memadamkan ekspresi ke tidak percaya-an Aruna.
"Begitu ya . . Lalu kamu akan pergi ke mana? Jangan bilang entah -lah!" Dulu kala Damar meninggalkan suatu tempat dan akan pergi ke tempat lain demi menghindari Amai-nya kalimat yang paling sering di perdengarkan ialah kata berakhiran 'entah -lah'.