"Au.. KAU.. !!".
"Berani-beraninya menyentuh itu.. !!".
"Sialan... Aargh... Sakit sekali... !!".
Aruna mendorong tubuh Hendra dan segera menjauh ketika pria itu meringkuk kesakitan.
"Hendra apa sangat sakit?". Aruna tampak khawatir melihat wajah pewaris Djoyodiningrat mulai memerah seperti kepiting.
Akhirnya pria itu bisa duduk selonjoran dengan satu kaki ditekuk dan satunya lurus santai. Kaki kiri yang dia tekuk menopang sikunya, masih asyik memegangi kepala. Tampak tersiksa.
"Hendra aku panggilkan pengawal mu ya??".
_Apa mungkin dia cidera?!_ Aruna merasa bersalah.
"Jangan..! jangan!.. kau tidak tahu hal semacam ini memalukan untuk diketahui sesama lelaki". Hendra mulai bisa menemukan dirinya.
"Bagaimana kalau benda itu benar-benar cidera dan butuh penanganan dokter?!". Aruna manyun, bingung jadi satu.
Hendra hanya meliriknya.
"Mendekatlah!".