Ruangan itu terletak di ujung koridor dilantai tiga. Sama sekali bukan tempat yang biasa, lorongnya menyajikan deretan bangku berisi manusia-manusia bermuram durja. Tidak ada satu pun yang berniat ingin menyapa dirinya. Semua klut dan menutup, seperti meringkus diri, bahwa kenyataan ini tidak layak di imani.
Satu jam yang lalu berita bencana menyusup di telinganya. Hanya sebuah pernyataan berisikan permohonan : "Tuan, Anda harus segera ke rumah sakit,"
"Ada apa??" dan tak ada yang punya daya untuk memberitahunya.
"Ada apa ini?"
Duka apa yang paling pelik, yang mampu membungkam sosok-sosok gagah berseragam hitam, para penjaga yang biasa garang. Satu saja dari mereka tiada yang berkenan mengucap kata.
Bisu, beku sudah mirip anak-anak yang sedang mengikuti upacara bendera disekolahnya lantas mendengarkan kumpulan paduan suara berdendang serempak lagu mengheningkan cipta.