Di ujung sana sang ajudan mulai bergerak lebih riang, melakukan sedikit pemanasan. Tanda dia siap menang. Membuat Hendra semakin bersemangat menghajarnya.
"Mas Hendra! Hentikan! Ini tidak baik di pertontonkan kepada ajudan yang lain". Raka yang baru masuk ruangan dan diberi tahu oleh anak buahnya terlihat berjalan mendekat.
"Jangan ikut campur Raka! Kau boleh jadi penonton. Kalau tidak sanggup keluarlah dan bawa sekalian anak buah mu. Kecuali penghianat satu ini".
"Anda adalah pimpinan kami, yang harus kami lindungi tiap saat. Tidak ada yang di perkenankan menyentuh anda apalagi ajudan bodoh ini. Kalau anda ingin menghajarnya.. hajar saja. Jangan begini!".
"Kau meremehkan ku?!". Suara menghujam di ikuti gerakan tangkas menjatuhkan Raka.
"Argh..". Raka mengeluh ketika dirinya terlempar ditepian ajudan lain. Bibirnya perih, semburat luka menandakan ada robekan.