Chereads / Calon Imamku (Tamat) / Chapter 79 - Episode 80

Chapter 79 - Episode 80

Calon Imamku episode 80

Gemerlap lampu pasar malam terlihat begitu indah, Faeyza sangat bahagia bisa pergi bersama seorang yang sangat baik dan perhatian terhadapnya. Tapi disisi lain ia juga merasa bosan memiliki Suami penyakitan, selalu harus merasa takut dan khawatir akan terjadi sesuatu pada pria itu.

Ia berjalan sambil menundukkan kepala, di sampingnya ada Zein dan di samping Zein ada Tanvir."Ya Allah, bolehkah jika hambamu ini sedikit lelah? Maz Zein memang baik dan tampan, tapi membosankan. Setiap hari selalu melihatnya sakit, bagaimana kalau nanti aku hamil dan Maz Zein malah sakit serius," batinnya galau sendiri.

Diam-diam Faeyza melirik sang ipar, pria itu nampak bersemangat dan ternyata juga meliriknya."Astaghfirullah, ternyata setan memang pandai menggoda," reflek wanita tersebut mengatakan kalau Iparnya adalah setan.

Tanvir mendelik galak mendengar dirinya disebut setan, ia tidak terima."Apa kau bilang?! Heh, aku ini manusia tampan. Mana ada setan setampan ini."

Zein menghela nafas melihat kedua manusia tersebut, mereka bahkan terlihat seperti sepasang kekasih yang romantis."Kalian berdua ini jangan ribut terus, kalau ada masalah itu selesaikan baik-baik. Tidak perlu marah-marah."

"Ya bagaimana aku tidak kesal Kak, Faeyza menyebutku setan. Aku tidak terimalah."Tanvir mencoba membela diri agar saudaranya itu tidak salah paham.

"Siapa yang menyebut mu setan? Tadi aku itu tidak sengaja melihat setan, ya ... kan aku ini adalah seorang Istri. Aku harus setia, kalau ada setan berparas tampan menggoda kan harus istighfar," balas Faeyza membela diri.

"Halah! Tidak usah ngeles, aku tahu kok. Tadi matamu itu melirikku, bilang saja kalau kamu menyesal menikah dengan Kak Zein," sergah Tanvir menyudutkan Faeyza.

Zein diam, ia penasaran balasan apalagi yang akan diberikan oleh sang Istri. Apakah wanita itu memang menyesal atau tidak, entah kenapa sekarang pikirannya tidak bisa jernih. Perasaan cemburu ketika melihat wanita yang dicintai bersama pria lain selalu datang mengganggu.

Faeyza diam sejenak, keraguan muncul dalam pikiran."Kenapa aku tidak bisa menjawab pertanyaan dari Tanvir? Bukankah dulu aku sangat yakin kalau aku sama sekali tidak ragu bersama Maz Zein?"

Zein menarik nafas lalu menghembuskan perlahan, ia menggerakkan tangan meraih bahu wanita tersebut."Insya Allah, Faeyza tidak akan menyesal menikah dengan ku. Karena pernikahan itu adalah sebuah ikatan suci di hadapan Allah."

Tanvir mengangguk, ia setuju dengan ucapan saudaranya. Tapi dia tidak yakin kalau Iparnya itu tidak menyesal, wanita itu masih sangat muda, mana mau hidup bersama pria penyakitan.

"Faeyza, aku ingin mendengar sendiri kau bilang kalau kau tidak menyesal menikah dengan Kak Zein. Aku akan langsung menikahi Nita, tapi kalau kau masih ragu ... katakan saja. Aku akan memperjuangkanmu."

Faeyza memandang paras rupawan sang Suami, ia meraih tangan pria tersebut lalu menggenggamnya erat."Aku tidak menyesal, aku cinta pada Maz Zein. Kamu menikahlah dengan Nita, dia mencintaimu."

Ada perasaan lega dalam hati Zein Ekky Maulana mendengar pernyataan dari Istri, ia pun membalas genggaman tangan wanita tersebut."Terimakasih sudah mencintai ku."

Faeyza mengangguk."Iya, Maz."

"Baiklah, kalau itu adalah keputusanmu. Aku tidak akan memaksa. Tapi... aku tidak janji bisa mencintai temanmu itu."Tanvir membalikkan tubuh meninggalkan sepasang Suami Istri tersebut.

"Iza, Maz berterima kasih karena kamu bersedia bersama Maz. Maz akan berusaha untuk tidak menyusahkan mu." Zein kembali berkata, ia menarik tubuh tersebut kedalam pelukannya.

Faeyza tersenyum, entah kenapa ia merasa bahwa setelah ini hubungan mereka tidak akan harmonis seperti beberapa hari terakhir.

"Aku tahu, Maz. Ayo kita pulang."

Pria itu melepaskan pelukannya terhadap sang Istri, memandang heran sosok tersebut."Ada apa,Za?"

"Tidak apa-apa, Maz. Aku hanya ingin pulang saja."Wanita itu membalikkan tubuh lalu berjalan mendahului sang Suami, ia menghapus air matanya ketika pria itu cukup untuk tidak melihat bahwa dirinya menangis.

"Ada apa denganku? Tidak seharusnya aku menangis hanya karena Tanvir memutuskan untuk menikah dengan Nita bukan? Sebagai seorang Istri, aku harus setia pada Suamiku. Dia adalah orang yang baik, sholeh dan pantas untuk dicintai. Aku tidak boleh ragu dan egois seperti ini, ya Allah, ampuni aku," batinnya sedih dan menyesal.

Zein sengaja berjalan lambat untuk memberikan ruang bagi sang Istri menata hatinya, ia tidak melarang wanita itu untuk berteman dengan siapapun selama tahu batasan. Tapi kalau melibatkan perasaan, tentunya dirinya juga memiliki perasaan cemburu dan tidak suka melihat mereka terlalu dekat.

"Apakah Faeyza sekarang mulai ragu? Hmm, aku tidak boleh berpikir seperti itu. Lagipula memang Tanvir seharusnya menikah agar setan tidak terus mengganggu dalam hatinya.

Disisi lain...

Tanvir masuk ke dalam mobil, menyandarkan kepala di kursi menatap lurus jalan raya."Astaghfirullah, ternyata sulit melupakan orang yang kita cintai. Ternyata memang benar, bahwa godaan tersebar di dunia ini adalah wanita. Aku hampir melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan, lebih baik aku dan Nita menikah. Dengan begitu aku tidak akan terganggu dengan Faeyza, lagipula dia tidak tinggal di rumah kami. Kak Zein pasti hanya menginap semalam saja."

Mansion Mizuruky....

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, Fira rebahan di atas tempat tidur sambil memperhatikan sang Suami kerja, wanita terus menatap Suaminya dari samping, ingatan berputar saat dirinya masih 18 tahun sosok sang Suami selalu menjaga dan memanjakan dirinya layaknya seorang Ratu.

"Suamiku, entah kenapa... aku merasa kalau pernikahan Zein dan Faeyza itu tidak seperti kita dulu? Perasaan ... Faeyza seperti tidak sungguh -sungguh bisa menerima Zein."

"Jangan buruk sangka, setiap rumah tangga itu ada ujiannya. Bukankah dulu kamu juga sangat tidak suka padaku? Tapi sekarang apa... kemana pun aku pergi kamu juga mau ikut," balas Maulana tenang, tatapan matanya fokus pada layar laptop di depannya.

Wanita itu menggeser posisi tidurnya lebih rapat pada tubuh pria tersebut, memeluknya dari belakang."Paman, aku dan Faeyza itu beda. Aku bukan orang yang tahu tentang agama, Faeyza itu tahu. Tapi dari matanya aku seperti melihat kalau dia juga memiliki perasaan pada Tanvir."

Maulana menutup laptopnya lalu menaruhnya, setelah itu membalikkan tubuh dan memeluk tubuh pujaan hatinya tersebut."Jangan berburuk sangka, menantu kita itu masih muda. Masih 19 tahun, ingat ya ... jangan ikut campur urusan rumah tangga mereka. Selama Zein tidak buka suara, atau Faeyza diam saja. Maka kamu jangan bicara apapun, perlakuan dia sebagai anak sendiri."

Fira mengangguk."Iya Paman, aku tahu. Aku juga tidak ingin ikut campur urusan mereka, aku hanya kasihan pada Faeyza. Harusnya dia menikah dengan Tanvir, tapi malah menikah dengan Zein. Dia itu lembek dan sangat membosankan."