Chereads / Calon Imamku (Tamat) / Chapter 78 - Episode 79

Chapter 78 - Episode 79

Fira terkekeh melihat melihat sahabatnya emosi hanya karena dirinya pamer."Hehehe, Nita, apakah kamu tau?"

"Apa?" balas Nita penasaran.

"Aku sangat menyukainya, sejak dulu aku mencintainya. Aku senang dia mengerti, tapi … sekarang aku bahkan tidak bisa lagi bersamanya." Fira melirik sang Suami, pria itu berjalan ke arahnya. Buru-buru bangkit dari posisinya dan menutup panggilan telpon. Jangan sampai pria itu tahu kalau dirinya sedang membicarakan pria lain.

Di Rumah Nita …

Wanita itu mengerutkan dahi menatap layar ponsel di tangannya."Apa yang dikatakan Fira tadi? Dia sedang membicarkan tentang siapa? Bukankah Fira sudah punya seorang Suami."

"Ma, sedang menelpon siapa?" tanya Andrian di samping Istrinya, Andrian dulu memang menyukai Fira tapi dia menikah dengan Nita dan memiliki dua orang anak perempuan.

"Pa, tadi Fira telpon. Dia bilang kalau sejak dulu dia menyukai seseorang, bukankah kita semua tahu kalau Fira itu sudah menikah? Tidak mungkin Suaminya setuju Istrinya menikah dengan pria lain," jelas Nita heran.

"Mama hanya ditipu, Fira sama sekali tidak pernah menyukai pria lain setelah menikah dengan Owner Mizuruky Corp tersebut. Pasti Mama hanya diajak membahas novel," sahut Andrian. Pria itu sibuk dengan laptop yang ada di pangkuannya.

Nita mengangguk, mungkin memang ada benarnya. Maulana selalu menjaga Fira bahkan memanjakan wanita itu, tidak mungkin kalau Fira sampai pindah kelain hati.

"Benar juga, kalau begitu nanti aku akan menanyakan semua itu. Kasihan Paman Maulana, pria itu terlalu baik. Aku masih ingat bagaimana setianya serta perjuangan Paman Maulana untuk mempertahankan Fira."

Andrian diam memikirkan ucapan Istrinya, ada perasaan tidak nyaman dalam hati. Kenapa sejak dulu dirinya bahkan tidak bisa mengalahkan sosok Ivan Maulana Rizky, semua wanita yang dekat dengannya selalu mengagumi pria tersebut.

"Ma, apakah Mama masih menyukai Suaminya Fira? Kalau Mama menyukainya, ya sudah pergi saja sana dengan Suaminya Fira. Jadi Istri kedua."

Nita tercengang melihat Suaminya merajuk, dia terkikik. Tiga puluh tahun menikah masih saja cemburu pada hal-hal yang sangat tidak masuk akal."Pa, aku menikah denganmu itu sudah tiga puluh tahun. Masa si masih masih cemburu, aku hanya mencintaimu, Pa." Wanita itu memeluk sang Suami dari belakang.

Andrian tersenyum senang, dia tidak akan cemburu kalau pada pria lain tetapi sangat tidak suka kalau pada Ivan Maulana Rizky."Nita, aku tidak cemburu pada siapapun. Tapi kalau pada Maulana, aku sangat kesal."

Nita melepaskan pelukannya، dia memiringkan kepala menatap sang Suami."Kenapa? Sepertinya Papa punya dendam dengan Paman Maulana? Bukankah semua sudah damai?"

"Tapi tetap saja, Ma. Dia yang sudah merebut pacarku, aku tidak akan terima kalau nanti kamu juga diambil oleh dia." Andrian sangat kesal hingga tidak sadar bahwa apa yang dikatakan itu sangat melukai perasaan Nita. Wanita itu tahu dan menyaksikan sendiri bagaimana kisah Fira dan Andrian, mereka adalah sepasang kekasih.

Andrian mengerutkan kening melihat ekspresi Nita berubah menjadi keruh, dia lupa kalau tadi dirinya sudah mengingatkan tentang masalalu indah bersama sang mantan kekasih. Ia menoleh pada Istrinya tersebut."Sayank, sudah kamu jangan marah. Papa minta maaf, Papa hanya mencintaimu sekarang. Papa tidak akan pernah lagi melirik Fira, bagaimana kalau malam ini kita jalan-jalan."

Nita membuang muka kesal, dia tidak terima kalau sang Suami terus membicarakan mantannya, karena itu berarti bahwa pria itu belum bisa melupakan semua tentang mantan.

Andrian menghela nafas, dia paling tidak bisa kalau harus melihat Istrinya marah. Meski usia sudah tidak muda lagi, tapi kalau dirinya menginginkan dan wanita itu ngambek maka tidak akan dapat jatah malam.

"Sayangku, kamu jangan marah terus dong. Aku tidak ada lagi perasaan sama Fira, lagipula aku tidak mau berurusan dengan mantan mafia. Aku hanya mencintaimu, kita sudah punya anak. Tapi aku dengar kalau Fira punya seorang anak yang tampan, bagaimana kalau anak kita menikah saja dengan anak Fira."

Nita mengalihkan perhatiannya pada sang Suami, apa yang dikatakan pria itu memang ada benarnya. Tanvir dan Zein adalah dua pria tampan berparas rupawan, tentunya alaihim.

"Benar, kalau begitu aku telpon Fira dulu. Siapa tahu saja dia bersedia mengajak anaknya ke rumah kita."

Andrian mengangguk, dia memalingkan wajah menghembuskan nafas lega. Kalau Istrinya sudah tidak marah, itu artinya jatah malam tidak akan pernah hilang.

Mansion Mizurky …

Maulana menghampiri sang Istri, dia duduk di samping Istrinya. Tatapan mata sendu dengan ekspresi penuh penyesalan, wanita itu merasa sangat heran dengan sang Suami. Tidak biasanya pria tersebut terlihat sangat buruk.

"Paman, kenapa Paman terlihat masam?"

Maulana menoleh pada sang Istri, ia mengulurkan tangannya meraih bahu wanita tersebut lalu menyandarkan di dadanya."Sayank, apakah kamu ingat? Dulu kau pernah meminta ku untuk berpura-pura menjadi pacarmu."

Fira mengangguk, apa yang dikatakan Suaminya itu tidak ada yang salah. Tapi tidak mungkin hanya dengan seperti itu pria itu berwajah masam.

"Iya, tapi apakah hanya karena itu wajah Paman berubah masam?"

"Bukan, Faeyza juga menginginkan seperti itu. Tapi sepertinya dia kecewa dengan Zein, tubuh Zein tidak begitu kuat. Zein tidak bisa sembarangan keluar malam, aku hanya khawatir kalau pernikahan mereka tidak berjalan lancar," jelas Maulana.

Fira mengangguk, meski dia sangat marah dan tidak suka pada anak pertamanya tapi ia juga tahu bahwa kondisi tubuh anaknya itu sedang tidak baik.

"Aku tahu, tapi itu hukuman untuk Zein. Dia sudah merampas kebahagiaan semua orang."

Maulana mengerutkan kening mendengar ucapan sang Istri, dia tidak suka dengan ucapan wanita itu. Jelas yang menikahkan Zein dengan Faeyza itu adalah dirinya tapi kenapa yang disalahkan justru orang lain?

Kamar Zein…

Zein Ekky Maulana mengambil mantel berbulu miliknya, ia menyentuh dadanya yang mulai terasa nyeri tapi ketika mengingat rasa kecewa wanita itu, dia memutuskan untuk mengabaikan rasa sakit tersebut.

Pria itu membalikkan tubuhnya lalu berjalan menghampiri sang Istri."Sayank, kita pergi sekarang."

Faeyza mengangguk, dia memeluk lengan Suaminya dengan manja."Iya, Maz. Tapi Maz tidak apa-apa kan?" Dia khawatir kalau sang Suami tiba-tiba pingsan karena udara malam dingin.

"Insya Allah, Maz akan baik-baik saja. Setidaknya Maz tidak akan membiarkan Istri Maz pergi bersama pria lain, meski itu adalah Adik kandung Maz sendiri," balas Zein lembut tapi jelas itu menyindir.

"Maz, aku tidak pergi ke tempat sepi, kok. Aku hanya ingin jalan -jalan saja," protes Faeyza tidak terima dengan ucapan sang Suami.

"Ya sudah, jalan-jalan sama Maz saja. Itu jauh lebih aman," balas Zein mengalah.

Faeyza merengut sebal tapi dia juga tidak ingin membantah ucapan pria tersebut."Terserah Maz saja, tapi awas ya kalau nanti Maz tiba-tiba sakit."

Zein tersenyum getir."Iya, Maz tidak akan sakit di depanmu."

Faeyza mengangguk, mereka berdua pun berjalan meninggalkan kamar. Zein tersenyum miris dengan ucapan Istrinya, baru juga beberapa hari yang lalu, wanita itu bilang akan selalu ada untuknya tapi kenapa sekarang sangat berubah.