Zein melangkahkan kaki mencari sang Istri, entah kenapa dia merasakan firasat yang sangat tidak enak, tidak lama kemudian Yayang dan Nita berlari tergopoh-gopoh menghampirinya, mereka bahkan terlihat begitu panik dan cemas.
"Tuan Muda, tolong selamatkan Faeyza," kata Yayang sambil berusaha menormalkan nafasnya akibat berlari.
"Benar, Mas. Tadi Tanvir membawanya pergi dengan paksa, Tanvir marah karena Faeyza terus menolak dirinya," timpal Nita.
Zein terkejut, tidak menyangka kalau seorang pria saleh seperti Adiknya bahkan rajin Sholat bisa melakukan perbuatan seperti ini, ternyata memang benar kalau godaan terbesar seorang pria adalah wanita.
"Sudah berapa lama?"
"Sepuluh menit yang lalu," jawab Yayang.
"Baiklah, artinya dia belum jauh dan belum keluar dari sini. Aku yakin kalau Faeyza juga pasti berusaha untuk melawan, aku pergi dulu." Zein membalikkan tubuh lalu berjalan menuju lift lantai 1 karena tidak mungkin sang Adik akan terus di kantor pasti tujuannya keluar kantor.
Hernandez kesal karena ucapan Zein juga karena laporan yang telah dia terima, dia pergi ke ruang Manajer keuangan, kenapa bisa memberikan DP pada seorang penulis jika memang bukan perbuatan Manajer Keuangan maka ia akan mengumpulkan semua direktur yang bertanggung jawab.
Brak …
CEO tampan itu terkejut, suara seperti seorang menabrak sesuatu tapi siapa orang yang tidak punya mata main tabrak saja.
"Tanvir, lepaskan aku! Aku tidak mau pergi dengan mu!" Faeyza terus meronta dan berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan iparnya tersebut.
"Diam! Kamu pikir aku main-main, aku akan menunjukkan siapa yang lebih perkarkasa di antara aku dan Kakakku." Tanvir telah gelap mata, dia bahkan tidak peduli dengan teriakan gadis itu.
Faeyza menangis tergugu, dia berharap kalau Suaminya datang menolong. Kini mereka sudah berada di depan lift, tangan putih itu terulur menyentuh tombol apa dirinya juga tidak tahu tapi yang pasti itu mungkin untuk memilih antara naik atau turun.
Ting …
Lift terbuka, bertepatan dengan ada seorang yang menggunakan lift tersebut dan ternyata itu adalah Zein. Tanvir hendak menutup kembali lift itu dan ingin membawa Faeyza pergi tapi Zein langsung berlari keluar dari lift lalu mencengkram kerah kemeja Adiknya dan meninju wajahnya dengan keras hingga membuat sang Adik tersungkur.
Faeyza sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Suaminya, tapi dia juga merasa lega karena dirinya selamat, ia langsung menghampiri sang Suami lalu memeluk lengan pria itu kuat. Bibir terkatup rapat tak berani mengeluarkan sepatah kata pun karena tahu bahwa saat ini pria itu sedang marah.
"Sungguh kau telah berani menyentuh Iparmu dengan paksa, kau bahkan berani menyeretnya. Apakah kau tidak takut murka Allah?!" Darah naik ke kepala, wajah merah padam karena murka. Sebagai seorang Suami, dia tidak terima atas perlakuan kasar sang Adik terhadap Istrinya. Selama ini dirinya sudah memberikan peringatan tegas, cukup bersabar menghadapi semua perbuatan Adiknya tapi kali ini sudah tidak bisa ditolerir lagi.
Perlahan Tanvir bangkit dari posisinya, dia berdiri menatap saudara kembarnya tersebut. Tidak menyangka kalau Kakaknya bisa berada dalam lift dan berlari cepat mengejar mereka bahkan memukulnya hingga tersungkur, ternyata hasil latihan militer saudaranya itu berhasil.
"Kak Zein, aku juga tidak ingin seperti ini! Tapi aku tidak bisa menahan perasaan ku, aku mencintainya sejak pertama kali bertemu dengannya. Kakak bahkan mendukung ku bersama Faeyza, tapi kenapa sekarang Kakak justru menikahi wanita yang paling ku cinta!"
Zein tersenyum miris, dia juga tidak ada niat untuk menikahi Faeyza pada awalnya, ia juga sudah menjelaskan pada orang tuanya bahwa Tanvir mencintai gadis itu. Tapi sang Ayah memaksa dirinya menikah dan Faeyza juga tidak menolak, sekarang mereka telah menjadi suami istri yang sah. Sebagai seorang pria dirinya harus menjalankan tugas dan kewajiban sebagai Suami yaitu melindungi Istrinya, di mana letak kesalahannya?
"Tanvir, Kakak telah menjelaskan padamu. Kakak sama sekali tidak ada maksud untuk menyakiti mu, atau merebut seorang yang kamu cintai. Tapi Kakak juga tidak mungkin menolak perintah Ayah, dan sekarang Kakak juga mencintai Faeyza. Dia adalah kehormatan Kakak, karena kehormatan Istri juga kehormatan Suaminya."
Tanvir tidak ingin mendengar apapun penjelasan kakaknya, dia tidak perduli apapun nyang dikatakan oleh pria tersebut beginya hanyalah suatu alasan untuk menutupi semua kebohongannya serta kemunafikan.
"Brengsek! Kau adalah orang yang menufaik, aku tahu kalau sebenarnya kau hanya ingin mengambil semua yang ku miliki. Aku tidak akan pernah melepaskanmu, tunggu saja lain kai. Aku pasti akan membunuhmu." Tajam dan penuh kebencian, setelah itu dia langsung membalikkan tubuh dan pergi meninggalkan Zein dan Faeyza.
"Mas, sepertinya Tanvir sangat marah. Aku takut kalau sampai dia melakukan sesuatu yang buruk padamu, Mas." Faeyza sangat ketakutan, dia mengkhawatirkan Suaminya.
Zein mengakihkan perhatiannya pada sang Istri, di tariknya Istrinya dan dipeluknya erat. Dia menyesal karena telah membuat gadis itu terlibat dalam masalah bahkan membuatnya hampir terkena tindak kekerasan, sebagai seorang Suami ia merasa berdosa karena belum mampu menjaga Istrinya.
"Sayank, Maz minta maaf. Kamu berasal dari keluarga bahagia, hidup tenang tanpa takut bahaya datang. Tapi bersama Maz, kamu hampir saja dilukai. Maz sungguh minta maaf."
Faeyza membalas pelukan sang Suami, dia tidak merasa Suaminya itu salah. Pria itu sudah melakukan hal yang terbaik. Hidupnya sebenarnya bukan bahagia seperti yang dipikirkan oleh pria tersebut, ia selalu menerima tekanan dari orang tuanya serta dari keluarga adik sang Ibu, justru setelah menikah dirinya seperti bisa merasakan yang namanya surga dunia.
"Maz, jangan bilang seperti itu. Aku merasa sangat bahagia menikah dengan Maz, aku tidak merasa susah. Aku mencintai Maz dengan setulus hati."
Zein semakin mengeratkan pelukannya, setelah dirasa puas ia melepaskan pelukannya, menatap sang Istri penuh kasih sayang.
"Iza, bukankah kamu bilang hari ini ingin menginap di rumah orang tua mu?"
Hampir saja Faeyza lupa kalau Suaminya tidak mengingatkan."Benar, Maz."
"Ya sudah, Maz akan mengantarkanmu ke sana. Kita akan tinggal di rumah orang tua mu selama seminggu, anggap saja liburan. Apakah kamu setuju?" balas Zein penuh pengertian.
Faeyza mengangguk, sebenarnya dia sedikir ragu. Suaminya adalah seorang pria baik hati serta dihormati, sang Suami juga sangat berkarisma serta berpendidikan tinggi kalau bertemu dengan istri dari adik laki-laki Ibunya, ia mungkin akan merasa tidak enak hati.
"Ayo kita pergi sekarang." Zein merangkul bahu Istrinya, dia mengirim pesan pada Yayang untuk mengantarkan Nita kembali.
Tanvir berjalan dengan langkah kaki panjang, dia masuk ke dalam mobil lalu menutup kembali pintu mobilnya. Menangis sesenggukan karena merasa berdosa, ia merasa sangat bersalah karena sudah membuat Tuhannya mungkin kecewa, tidak seharusnya dirinya bertindak menggunakan nafsu esaat mungkin lebih baik segera menikah agar bisa melupakan gadis yang paling dicintainya tersebut, tapi apakah ada seorang gadis yang bersedia menikah dengannya sebagai pelampiasan rasa yang tak mampu diungkapkan?