Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan, ditiduh merebut kekasih orang, dibenci serta dimusuhi karena kesalahan yang belum pernah dilakukan.
"Kami telah memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka sehingga kami menutup pandangan mereka, mereka pun tidak dapat melihat. Sama saja bagi mereka apakah engkau beri peringatan atau tidak, mereka tetap tidak akan beriman."
Hernandez mengerutkan kening mendengar balasan tuduhan yang dilontarkan terhadap Owner ZEM tersebut, pria itu terlihat tetap tenang tanpa terganggu sedikitpun .
"CEO Hernandez, bukankah saya dulu pernah berkata. Saya tidak merebut pacarmu, saya tidak tertarik dengan seorang gadis tapi janda. Lebih janda sekalian, setidaknya mereka kehilangan kegadisan mereka setelah melakukan perbuatan yang menimbulkan pahala bukan justru dosa." Zein menaruh amplop coklat di atas meja sang CEO.
Hendandez masih menatap pria safir itu penuh selidik dan curiga, dia tidak percaya apapun yang dikatakan oleh Zein. Di matanya gadis pujaan hatinya langsung minta putus darinya setelah bertemu dengan pria tersebut, hingga tidak mungkin kalau tidak terjadi apapun.
"Jangan berdalih lagi di depan ku, kamu hanya seorang pria sok suci. Kalau bukan karena kamu adalah anak dari Bos besar, aku tidak akan membiarkanmu masuk ke kantorku."
Zein tersenyum ramah, sebenarnya dia juga sangat malas kalau harus menemui seorang pria tukang buruk sangka pada orang, bukti sudah jelas kalau dirinya tidak melakukan apapun tetap saja dituduh.
"Anda boleh berpandapat apapun mengenai saya, tapi lebih baik Anda teliti dengan baik tanpa ada yang salah. Tugas saya hanya memberikan amplop tersebut, selanjutnya bagaimana Anda sebagai seorang CEO akan bertanggung jawan di hadapan Ayah saya. Anda tahu dengan sangat jelas seperti apa Bos Anda, jika Anda cerdas Anda akan memilih saya menjelaskan semuanya."
Dia membalikkan tubuh setelah mengatakan kalimat tersebut, lalu melangkahkan kaki meninggalkan ruang CEO menjengkelkan tersebut.
Hernandez mengambil amplop tersebut lalu membuka isinya, matanya membulat saat melihat isinya. Dia sudah ceroboh hingga ada kejadian dimana buku dengan hutang banyak justru tidak diterbitkan, tapi perusahaan tidak pernah membuat kebijakan memberikan DP terhadap penulis. Apa lagi buku-buku ini sepertinya sangat tidak menarik dan isinya juga isinya hanya pamer kelamin, buku yang diperintahkan untuk dikembalikan pada penulis karena dinilai sangat tidak pantas.
"Ini … kenapa judul-judul ini bisa menerima DP sebanyak ini? Boss besar sudah tahu, dia pasti sangat marah dan dia akan memberikan teguran, jangan sampai gaji ku dipotong. Tahu begini tadi biarkan manusia sok suci itu saja yang menjelaskan pada Ayahnya, aku harus bertanya pada Manajer Yayang. Siapa yang sudah mendapatkan izin memberikan DP pada penulis ini dengan jumlah sebanyak ini, aku juga akan menyuruh mereka tidak menerbitkan buku purno seperti ini."
Pria itu bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan menuju pintu tapi saat membuka pintu terlihat Zein masih berdiri di samping pintu seperti sedang menunggu dirinya meminta bantuan.
"Kamu … kenapa kamu masih ada di sini?" tanyanya kesal.
"Saya hanya ingin mengingatkan, Maula Publisher hanya menerbitkan novel religi. 1 2 buku mungkin anggap khilaf, tapi seperti itu? Apakah CEO ingin menghancurkan reputasi perusahaan? Untung saja buku itu belum terbit, tapi DP sudah diterima penulis, bagaimana mengatasinya? Kalau misal CEO ingin menyerahkan buku itu ke perusahaan lain, apakah sudah ada izin dari penulisnya? Perusahaan tidak bisa begitu saja mengalihkan buku-buku itu ke perusahaan orang," jelas Zein.
"Diam! Itu bukan urusanmu, lebih baik pikirkan saja berlian palsumu itu," balas Hernandez kesal.
"Berlian palsu? ZEM tidak pernah memberikan barang palsu pada konsumen, CEO Hernandez sungguh ceroboh kali ini. Tapi sebenarnya apa isi buku itu? Aku hanya tahu judulnya saja, sudalah lebih baik sekarang mencari Faeyza. Tadi dia menghubungiku tapi aku belum sempat menjawab panggilannya." Zein mengambil ponsel di sakunya, ia melihat riwayat panggilan tak terjawab sanga banyak itu semua dari Istri tercinta.
Ruang Kepala Editor …
Dalam pikiran Faeyza selama ini Editor itu adalah seoyang sangat mengerikan dan sama sekali tidak ada ramah-ramahnya, tapi melihat sikap wanita muda itu sepertinya tidak semua editor seperti guru matematikan, mereka bahkan sangat baik dan ramah.
Brak …
Hampir saja jantung melompat keluar karena dobrakan pintu yang terlalu kuat tersebut.
"Faeyza, untunglah Kak Zein tidak bersamamu. Sekarang kamu harus ikut aku, aku akan menyelamatkanmu dari si mesum itu." Tanvir tiba-tiba masuk lalu menarik iparnya tersebut.
"Tunggu CEO Tanvir, ini bukan di kantor Anda. Jadi Anda tidak bisa bersikap seenaknya," protes Yayang tidak suka melihat kekerasan, meski dia tahu hubungan antara Faeyza dan Tanvir itu sangat rumit tapi ia juga tahu kalau gadis itu sudah menikah dengan pria lain.
Tanvir mengalihkan perhatiannya pada menejer tersebut, tatapannya sangat dingin dan tajam seperti belati tajam siap menembus jantung."Yayang, sebaiknya kamu tidak perlu ikut campur. Ini urusan ku dengan kekasihku, apakah kamu akan bertanggung jawab kalau nanti Faeyza hamil?"
Faeyza langsung menyentakkan tangan Adik iparnya tersebut, dia sungguh tidak mengerti setan apa yang merasuki pria satu itu, kalau dirinya hamil kenapa pria lain yang harus bertanggung jawab? Bukankah ia punya Suami dan hamil dengan sang Suami, artinya seorang yang harus bertanggung jawab itu adalah Suaminya sendiri.
"Kamu bicara apa?! untuk apa Yayang harus bertanggung jawab padaku kalau aku hamil?! kamu lupa aku sudah sudah punya Suami?! sudalah, kamu sungguh pria kurang ajar! Kamu meminta Nita untuk menjadi Istrimu tapi kamu malah terus mengejarku, apakah kamu tidak punya akhlaq." Marah, kesal mendengar ucapan pria satu itu, dirinya mana mungkin akan bersama pria lain kalau sang Suami masih gagah perkasa.
Tanvir menatap gadis itu tajam, dia tidak suka disebut pria kurang ajar tanpa akhlaq, dirinya hanya ingin mendapatkan sesuatu yang menurutnya itu merupakan haknya sebagai orang yang pertama jatuh cinta.
"Faeyza! Berhenti kamu bilang aku kurang ajar! Berhenti kamu bilang tidak punya akhlaq! Berhenti kamu berteriak padaku! Aku bukan Kak Zein yang bisa tetap lembut dengan semua sikapmu, aku mencintaimu tapi kamu sama sekali tidak menghargainya. Aku bersikap lembut tapi kamu terus menolaknya, dengar baik-baik! Kali ini aku tidak akan bersikap lembut lagi padamu. Ikut denganku!" Pria itu langsung menarik tangan Faeyza lalu menyeretnya pergi.
Nita dan Yayang terkejut dan syok melihatnya, mereka sama sekali tidak menyangka kalau Tanvir akan berubah menjadi seorang yang sangat keras serta arogan bahkan kasar pada seorang wanita.
"Kak Yayang, tolong Faeyza. Aku takut kalau sampai dia diapa-apain sama Tanvir, dia itu kenapa berubah si?" pinta Nita panik.
"Baik, kamu tenang saja. Segera telpon Tuan Muda Zein, aku yakin dia lebih bisa mengatasi semua ini," balas Yayang, setelah itu dia langsung menyusul Tanvir yang masih menyeret Faeyza.