Chereads / Calon Imamku (Tamat) / Chapter 66 - Episode 66

Chapter 66 - Episode 66

Episode 66

Tanvir sangat kesal karena dia selalu kalah dari saudaranya itu, sampai kapanpun ia tidak akan terima kalau Zein lebih berhak atas gadis pujaan hatinya, dirinya tidak akan tinggal dia akan melakukan apapun untuk membuat Faeyza jatuh cinta padanya.

Di sisi lain, Zein bersama Faeyza dan Nita pergi ke ruang CEO. Sebenarnya pria itu tidak ingin mengajak Nita, karena ia sama sekali tidak suka bersama wanita yang tidak halal untuknya selain urusan pekerjaan itu juga tidak akan sendirian. Tapi sang Istri memaksa dengan alasan tidak tega membiarkan sahabatnya sendirian karena ditinggalkan oleh Tanvir.

Zein berjalan di depan kedua gadis itu, langkah kaki jenjang menapaki lantai marmer. Tatapan kagum dilayangkan oleh kedua gadis yang berjalan di belakangnya, Faeyza mengerutkan kening saat merasakan tatapan kagum sahabatnya terhadap Sang Suami.

"Maz Zein memang sempurna, tapi kenapa kamu terus menatapnya? Bukankah kamu sudah punya Tanvir? Dia juga mirip dengan ? Maz Zein."

Nita tersentak, ia tersenyum kaku ketahuan mengagumi Suami orang di depan Istrinya.

"Za, aku tidak punya pemikiran untuk berselingkuh atau apapun. Tapi kalau aku boleh memilih, lebih baik aku memiliki seorang pria seperti Suamimu. Dia sangat baik bahkan tidak pernah mengeluh tentang katrokmu."

Faeyza memutar bola matanya bosan, hal itu tidak perlu juga dikatakan karena memang dirinya bukan dari kalangan bangsawan atau apapun yang berhubungan dengan orang kaya. Setiap hari di rumah hanya membereskan rumah lalu berangkat ke kampus dan mendapat uang saku 25 ribu dari Ibunya.

"Aku ini bukan katrok, aku hanya belum pernah menaiki lift saja. Aku bukan dari keluarga kaya, aku juga tidak pernah kekantor mewah, palingan pernah ke kantor camat saja."

Nita menutup mulut menahan tawa, sahabatnya itu memang manusia polos dan lugu, hal semacam itu haru di jelaskan.

Zein berhenti di depan ruang CEO, ia menghampiri sekretaris  CEO."Nona, Erika. Apakah CEO Hernandez ada?"

Erika mendongakkan kepala, iris jamrud terpaku melihat sosok putra dari Owner Maula Publisher, sudah dua tahun berlalu tapi perasaan itu belum hilang sampai sekarang, rasa yang terpendam dan tak mampu untuk diungkapkan.

"Za, sepertinya wanita cantik itu juga menyukai Suamimu. Kamu yakin tidak takut kalau nanti Suamimu digoda?"bisik  Nita memperhatikan cara Erika menatap Zein.

Faeyza mengikuti arah pandangan sahabatnya tersebut, ternyata membiarkan sang Suami berhadapan dengan gadis cantik itu sangat berbahaya. Paras tampan rupawan itu selalu menjadi bumerang. Dia berjalan beberapa langkah lalu memeluk lengan sang Suami manja, bibirnya tersenyum dan tatapan seakan mengatakan'dia milikku'.

Erika menatap tidak suka pada Faeyza, penampilan gadis itu memang seperti orang berkelas tapi yakin dengan sikapnya tidak mungkin seorang Boss besar seperti Zein akan jatuh cinta.

"Tuan Muda, CEO Hernandez ada di ruangannya."

Zein mengangguk, dia menoleh pada sang Istri lalu tersenyum."Sayank, kamu mau ikut Mas masuk ke dalam atau bagaimana?"

Sayangk?

Erika tercengang mendengarnya, panggilan seperti itu hanya ditujukan untuk seorang yang spesial atau mungkin kekasih. Dia sering mendengar bahwa Owner ZEM itu tidak suka bersama seorang wanita yang tidak halal untuknya, kalau sampai dipanggil Sayank, artinya wanita itu adalah Istrinya.

Faeyza tersenyum sambil melirik Erika seakan mengatakan'kamu tidak ada kesempatan untuk bersama Suamiku'

"Aku di sini saja, aku tidak mungkin meninggalkan Nita sendirian. Mas masuk saja, lagi pula aku tidak akan mengerti dengan apa yang akan Mas katakan di dalam."

"Baiklah, kalau begitu Mas masuk dulu," balas Zein. Gadis itu mengangguk, setelah itu ia melepaskan lengan sang Suami dan membiarkan pria itu masuk ke dalam ruang CEO.

Faeyza membalikkan tubuh dan berjalan menghampiri sahabatnya."Nt, bagaimana kalau kita mencari ruang Editor? Bukankah kita akan mencoba untuk menerbitkan sebuah buku?"

"Kita?" Nita sama sekali tidak merasa akan menerbitkan buku, tapi mungkin gadis itu yang ingin menerbitkan buku sehingga mengajak dirinya.

"Oh, kalau begitu kenapa kamu tidak telpon Yayang saja? Dia juga Manajer sekaligus Editor di Maula Group."

"Eh benar juga, aku akan mengambil ponsel ku dulu." Faeyza membuka tas miliknya lalu mengambil ponsel, setelah itu langsung menghubungi teman sekelasnya tersebut.

Ruang Menejer …

Yayang baru saja kembali dari acara traktiran teman sekelasnya, dia naru juga mendudukkan diri di kursi kebesarannya tapi ponselnya sudah terlebih dulu bergetar menandakan ada panggilan masuk.    

Pria itu mengambil ponsel lalu menjawab panggilan tersebut."Ya, Faeyza. Apakah ada yang bisa ku bantu?"

"Yang, aku di kantor Maula Publisher. Aku  punya naskah novel, aku mau cetak, bisa tidak kamu bantu?" tanya Faeyza penuh harap.

"Kamu di Maula publisher sendiri?" tanya Yayang seakan tidak percaya.

"Tidak, tadi aku bersama Mas Zein dan Nita. Sekarang Maz Zein masuk ke dalam ruang CEO, aku ingin menemuimu. Apakah bisa?" jelas Faeyza.

Yayang sedikit tidak enak hati kalau harus berurusan dengan Zein, pria satu itu sangat tidak suka kalau sampai ada seorang pria yang bertemu dengan Istrinya berduaan di ruang tertutup, tapi kalau misal Nita bersedia diajak mungkin lebih baik lagi.

"Faeyza, apakah Nita juga ingin menerbitkan sebuah karya?"

Faeyza mengalihkan perhatiannya pada sang sahabat yang berada di sampingnya, terlihat sekali kalau gadis itu tidak berminat untuk menerbitkan buku. Menulis novel bagi Nita adalah hal yang sangat menjengkelkan tapi kalau suruh ghibah dia ahlinya.

"Za, jangan melihat ku seperti itu. Dengar ya, aku tidak ingin menerbitkan buku. Tapi kalau kamu ingin meminta bantuan ku bertemu dengan Yayang, aku tidak akan keberatan. Suami mu adalah seorang yang alaihim, aku yakin kalau Suami mu tahu kamu berduaan dengan seorang pria, dia tidak akan suka."

Faeyza mengangguk, benar juga apa yang dikatakan oleh Nita. Meski selama ini dia tidak pernah mendapatkan teguran, tapi sebagai seorang Istri ia tidak boleh bersikap seenaknya sendiri.

"Baiklah, tapi aku izin Mas Zein dulu. Tadi aku bilang akan menemanimu di sini, kalau tiba-tiba aku pergi dan Mas Zein tidak bertemu dengan ku. Dia pasti khawatir, aku tidak ingin membuatnya khawatir dan kepikiran."

Nita mengangguk, Faeyza kembali fokus pada telponnya tadi dia belum mematikan sambungan teleponnya."Yang, aku telpon Mas Zein dulu. Nanti aku telpon kamu lagi."

Ruang CEO …

Zein berjalan menghampiri Hernandez, terlihat kalau sang CEO tidak perduli terhadapnya. Jelas-jelas tahu kalau dirinya datang, tapi berlagak sok tidak tahu.

"Selamat siang, CEO Hernandez. Saya harap Anda tidak berpura-pura tulis dengan kehadiran saya."

Hernandez menyeringai, anak dari Bosnya ini memang tidak salah, selalu tepat menilai sesuatu.

"Katakan keperluanmu, setelah itu cepat pergi. Aku tidak akan pernah lupa dua tahun yang lalu kamu merebut pacar ku."