Chereads / Calon Imamku (Tamat) / Chapter 61 - Episode 61

Chapter 61 - Episode 61

Calon imamku 61

Setiap wanita akan merasa bahagia saat memiliki seorang suami penyayang dan perhatian serta menghargai perbedaan status sosial. Faeyza Farzan masih bermanja-manja di lengan Suaminya membiarkan pria itu memeriksa laporan yang tadi Yayang berikan padanya, iris kecoklatannya menatap langit biru terkadang juga memperhatikan teman-temannya yang masih menikmati makanan di tempat yang telah disediakan.

Tanvir baru saja datang, dari awal dia sudah sangat kesal karena Anjani tidak bersedia ikut bersamanya sekarang malah harus melihat pemandangan lebih mengesalkan yaitu melihat seorang gadis yang dicinta bermesraan dengan Suaminya, sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu tapi karena perasaan yang salah dalam hati serta kuasa iblis masuk ke dalam pikiran dan tak bisa dikendalikan.

Langkah kaki panjang penuh hentakan menghampiri sepasang suami istri tersebut, mengepalkan tanga menahan emosi saat berdiri di depan mereka berdua.

Faeyza merasa heran dengan adik iparnya tersebut, baru datang sudah memasang ekpsresi kesal seperti orang yang sedang cemburu, ia memperhatikan Nita, gadis itu bahkan tidak bersama pria lain hanya duduk sambil menikmati beberapa makanan di depannya lalu untuk apa cemburu?

"Tanvir, kenapa ekspresimu seperti sedang cemburu begitu? Aku lihat Nita juga tidak bersama dengan siapapun," tanyanya tak sadar bahwa iparnya itu cemburu karena dirinya bersandar manja di lengan Zein.

Zein mendongak menatap Adiknya, dia mengerti kalau sang Adik cemburu bukan karena seorang gadis yang bernama Nita melainkan karena Faeyza sangat manja padanya, tapi menurutnya itu sama sekali tidak salah karena tidak ada dosa bagi seorang Istri bersikap manja pada Suami sendiri asal jangan suami orang.

"Tanvir, apakah pekerjaanmu sudah selesai?" tanyanya pura-pura tidak tahu.

"Sudah, aku heran pada kak Zein. Kenapa kakak bisa ada di sini? Bukankah seharusnya kakak ada di kantor?" balas Tanvir mengingatkan.

"Kenapa aku harus ada di kantor? Bukankah kakak sudah menggaji seorang CEO handal sepertimu? ZEM tidak akan bangkrut berada di tanganmu, ZTM juga tidak akan kehilangan profit selama ada kamu sebagai pemimpin. Bukankah kamu bisa memimpin dua perusahaan sekaligus? Kakak hanya tinggal menggaji mu lima ratus juta perbulan. Apakah sekarang kamu sudah mengerti, kalau pekerjaan mu tidak beres, kakak hanya tinggal mencarikan CEO baru," balas Zain santai, dalam pembahasan ini Faeyza sama sekali tidak paham. Dia juga malas kalau harus mencari di internet tentang apa itu CEO, tugasnya dan bawahannya juga apa saja, mencari materi untuk kuliahnya saja sudah membuat dirinya sangat malas apa lagi harus mencari yang lain.

Tanvir terdiam karena tidak bisa membantah ucapan saudaranya tersebut, memang benar dia adalah pimpinan perusahaan tapi ia juga kerja untuk orang lain yaitu saudaranya yang sangat menyebalkan.

"Kak, kenapa kakak mengubah ZTM? Aku dengar dari seseorang kalau kakak ada niat merubahnya, meski ZTM juga perhiasan tapi itu bukan berlian kakak."

Zein memasukkan kembali lembaran kertas yang berisi laporan dari Yayang tadi, dia sama sekali tidak merasa mengubah atau berbicara dengan siapapun. Ia bahkan belum pergi ZTM sama sekali, sepertinya ada yang ingin mencemarkan nama baiknya.

"Tanvir, kakak bahkan belum ke ZTM sama sekali. Bukankah sudah ada kamu, meski empat puluh sembilan persen saham sudah kamu jual pada kakak. Tapi kakak belum melakukan apapun, niat untuk menggabungkan juga tidak ada. Kamu adalah Adikku, kakak tidak ada niat mengubah hasil kerjamu tanpa izin. Kakak tahu kalau sekarang kakak juga ada hak di ZTM bahkan lebih dari kamu, tapi persaingan di sana itu juga ketat. Para dewan direksi banyak yang ingin menggulingkanmu, kalau kamu mudah terbujuk dan termakan ucapan kosong lalu kamu ribut dengan kakak, bukankah mereka akan menggunakan kesempatan dalam kesempitan untuk menjatuhkanmu? Bukan tidak mungkin kalau mereka akan menjual saham padaku asal aku bisa mengusir mu dari ZTM."

Faeyza bosan mendengar percakapan yang sama sekali tidak dipahami, kenapa juga harus ada saling sikut-sikutan dalam perusahaan? Bukankah kalau hidup rukun itu jauh lebih enak?

"Mas, aku ke Nita dulu ya? Sepertinya dia sibuk menghitung makanan," pamitnya.

Zein menoleh sejenak pada sang Istri."Iya, Sayang, pergilah."

Tabvir semakin kesal setiap kali melihat saudaranya itu bersikap sangat mesrah dan romantis, dia merasa kalau seharusnya seorang yang memanggil Faeyza dengan panggilan sayang itu adalah dirinya bukan orang lain.

"Kak, kenapa kakak malah tidak fokus si?! aku sedang bicara sama kakak, kenapa malah sayang-sayangan dengan Faeyza?!"

Zein dan Faeyza heran melihat sikap pria tersebut, mereka memang kembar hanya model alis mereka yang berbeda bahkan iris mereka juga sama akan sangat sulit untuk dibedakan kalau orang tidak mengenal dekat.

"Tanvir, kamu ini sebenarnya kenapa? Kakak dari tadi bersikap sangat sabar padamu, tapi bukan berarti kalau kamu bisa bersikap seenak hati. Aku ini tetap kakakmu, kamu tidak bisa membentakku seperti itu. Dan lagipula, apa yang salah dengan seorang Suami memberikan jawaban pada Istrinya? Tanvir, bukankah kamu bilang kalau kamu sudah memilih Nita dan melupakan Faeyza? Tapi kenapa dari pandangan kakak, kamu cemburu," kata Zein tenang meski dalam hati juga kesal melihat sikap Adiknya.

Faeyza sedikit terkejut, karena memang benar kalau iparnya tersebut bahkan meminta Nita untuk menjadi kekasihnya, mungkinkah kalau itu semua tidak ada yang benar?

"Tanvi, apakah yang dikatakan Mas Zein itu benar? Kamu tidak mungkin bukan masih memiliki perasaan terhadapku? Tanvir, mungkin dulu aku pernah menganggapmu sebagai seorang yang ada dalam mimpiku, tapi percayala, aku sekarang mancintai Mas Zein. Aku sudah tidak perduli lagi dengan mimpi itu, aku sudah sangat bersukur karena memiliki seorang Suami yang sangat baik dan selalu mencintaiku."

Tanvir mengepalkan tanga menahan emosi, ingin rasanya dia membunuh saudaranya tersebut, tapi kalau dilakukan dan Ayahnya tahu, ia juga yang akan repot.

"Aku sudah bilang padamu, Za. Aku tidak mengakui pernikahanmu, aku akan lakukan apapun untuk membuatmu mencintaiku. Aku pastikan kalau kamu hanya akan mencintaiku," katanya tajam.

Faeyza bukan senang melainkan ketakutan, ia merapatkan diri pada sang suami meminta perlindungan. Zein bangkit dari tempat duduknya, menatap adiknya dingin.

Plak …

Sebuah tamparan sangat keras mendarat di pipi putih pria tersebut."Tanvir, kamu sangat tidak pantas mengatakan kalimat tersebut. Apakah kamu tahu, kalau kamu berani merusak rumah tangga orang lain, kamu tidak akan diakui sebagai umat Nabi Muhammad. Bertaubatlah, jika kamu masih menganggapku merebut sesuatu yang seharsunya milikmu, katakan pada Yang Maha Kuasa. Mintalah petunjuk padanya agar hatimu menjadi tenang, aku tidak ada niat untuk menikahi Faeyza. Tapi saay Ayah ingin aku menikahinya, dan Faeyza setuju. Aku menganggap itu adalah takdir yang Allah berikan, dan sebagai seorang Suami, maka aku memiliki kewajiban untuk berbuat baik pada Istriku, mencintainya serta melindunginya, termasuk darimu." Tegas dan tidak ingin dibantah.