Calon Imam Ku episode 49
Keluar dari mobil mewah adalah impian setiap manusia, begitu juga seorang Faeyza Farzan. Semenjak menikah dengan Zein Ekky Maulana, gadis delapan belas tahun tak pernah lagi menaiki mobil butut atau naik angkot, motor saja tidak. Suaminya selalu memanjakan dan menghormati dirinya sebagai seorang wanita dan seorang Istri, dia selalu merasa bahagia berada di dekat sang Suami.
"Maz, aku akan turun dulu. Maz hati-hati ya? Aku khawatir kalau nanti orang-orang jahat itu kembali mencari mu. Untung saja hari ini Tanvir datang dan menyelamatkan Maz." Faeyza menatap sang Suami dalam, antara khawatir dan takut kalau sampai terjadi sesuatu dengan pria baik tersebut.
Zein tersenyum, tangannya terulur menyentuh wajah cantik tersebut."Sayang, bukan Tanvir yang menolong kita, tapi Allah dengan perantara Tanvir. Sudah, kamu jangan terlalu khawatir, Maz akan baik-baik saja. Hanya pergi ke kantor untuk meeting, tidak kemana pun."
"Tapi Maz, kau tidak sehat hari ini, jangan terlalu lelah. Oh, bukankah Maz adalah owner, kenapa tidak menyuruh CEO saja yang mengerjakannya. Bukankah tugasnya memang seperti itu?" Faeyza memegang dagunya berpikir, dia tidak tahu banyak tentang jabatan dan tugas yang ada di sebuah perusahaan, tahu tentang CEO juga karena nonton sinetron.
"Tanvir kuliah bersamamu, meski di CEO, tapi kalau dia tidak ingin kerja ya tetap tidak bisa dipaksa. Akulah yang harus mengerjakan semua, bagaimana pun juga aku adalah kakaknya, aku akan selalu berusaha untuk menjaga Adikku." Zein tersenyum miris, dirinya berusaha menjaga sang Adik meski ingin dibunuh.
Faeyza mengerutkan melihat perubahan ekspresi Suaminya, bibirnya mungkin tersenyum tapi tatapan matanya terlihat begitu sedih. Dirinya bukan orang yang tidak memiliki perasaan atau keperdulian hingga tidak tahu akan hal itu, dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Maz, apa yang terjadi? Kenapa Maz terlihat sedih?"
Zein menggelengkan kepala, dia tidak ingin mengatakan yang sesungguhnya karena sama saja membuat imeg sang Adik akan buruk di depan orang yang disukai."Tidak, Maz dari tadi senyum. Sudahg, Iza masuk saja. Nanti setelah Maz selesa meeting, Maz akan jemput kamu."
Faeza mengangguk, tapi tetap saja dia merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres pada sang Suami, tidak mungkin hanya memikirkan penyakit yang ada dalam dirinya.
"Baik, tapi Maz. Mungkin bibir Maz tersenyum, tapi aku lihat dengan sangat jelas dari mata Maz, Maz sedang sedih seperti dengan memikirkan sesuatu. Bibir dapat berdusta, tapi mata selalu mengungkapkan kebenaran tersebut." Setelah mengatakan kalimat tersebut, gadis cantik itu keluar dari mobil dan berlari kecil meninggalkan sang suami.
Zein menyerngit menahan nyeri di dadanya, tidak mungkin dirinya selalu membiarkan gadis yang dinikahi itu terus merasa khawatir akan dirinya, lebih baik tidak menunjukkan betapa dirinya menderita bukan hanya karena penyakit, melainkan karena hubungan dengan saudaranya sekarang tidak sebaik dulu, itu terjadi karena seorang wanita.
"Kita ke kantor, pak."
"Baik, maz." Supir itu segera melajukan mobilnya.
Faeyza berjalan dengan begitu riang, ketika berada di depan pintu kelas. Tak sengaja mendengar Tanvir menyatakan keinginannya untuk menikahi Nita, ada sebuah perasaan suka mendengarnya. Ada sebuah perasaan tidak rela bila adik iparnya itu akan menikah dengan wanita lain, tapi kenapa harus tidak rela? Bukankah dirinya sudah menikah?
Menyukai Suaminya?
Lalu apa hubungannya kalau Tanvir menikah dengan wanita yang bisa menjadi Ibu dari anak-anaknya?
Di dalam kelas, Tanvir masih menunggu jawaban dari Nita. Dia sangat berharap kalau gadis itu bersedia menerima permintaannya.
"Tanvir, kalau kamu memang serius ingin menikah dengan ku. Aku bersedia kok menikah dengan mu, aku akan berusaha menjadi Istri yang baik untuk mu." Nita tersipu malu ketika memberikan jawaban .
Rico mengepalkan tangannya menahan emosi yang ada dalam dirinya, dia menyukai Nita tapi gadis itu dengan mudah menerima cinta dari orang lain yang bahkan baru dikenalnya.
Tanvir tersenyum penuh kepuasan, ia bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri gadis itu,"Nita, aku sangat senang mendengarnya. Aku percaya pada mu, aku yakin kalau kamu mampu menjadi Istri yang baik. Aku akan memberikan apapun yang kamu mau, bagi ku uang bukan hal yang masalah."
"Aku pikir pernikahan bukan soal uang." Faeyza keluar dari balik pintu, ia berjalan menghampiri kedua orang tersebut.
Tanvir dan Nita mengalihkan perhatiannya pada gadis cantik tersebut, pria rupawan itu tersenyum dalam hati. Dia yakin kalau Faeyza memiliki perasaan tidak suka dengan keputusannya karena gadis itu menyukainya tanpa disadari, pernikahan dengan kakaknya hanya karena kekaguman saja.
"Za, maksud mu apa bicara seperti itu? Urusan cinta, tentu saja aku ada untuk Nita. Kalau harta aku juga tidak kalah dari suami mu, aku akan buktikan pada mu bahwa aku tidak kalah darinya." Tatapan mata Tanvir begitu tajam dan penuh kelicikan, dia sendiri tidak tahu sejak kapan dirinya memiliki pandangan mata menakutkan seperti itu.
Iris kecoklatan beradu dengan iris safir milik Tanvir, mereka sama-sama saling menatap dan menyelami lebih dalam isi hati masing-masing.
"Tanvir, apakah kamu menikah hanya karena ingin bersaingan dengan Tuan Muda Zein, yaitu kakakmu sendiri? Kalau seperti itu, bukankah itu artinya kamu sebenarnya bukan mencintai Nita melainkan mencintai Faeyza?" sahut Rico penuh selidik.
Tanvir terhenyak, dia telah mengatakan kalimat yang salah. Lupa kalau di dalam kelas itu ada seorang pria yang selalu memikirkan masalah bukan solusi."Tentu saja bukan begitu, aku sungguh menyukai Nita. Aku tahu kalau kamu juga menyukai Nita, tapi mau bagaimana lagi, Nita sekarang akan menjadi Istri ku."
"Baik, tidak masalah Nita menikah dengan siapapun. Aku akui kalau aku memang menyukai Nita, tapi aku adalah seorang pria yang tidak akan melakukan sesuatu yang mempermainkan sebuah pernikahan." Rico bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan menghampiri mereka dengan senyum ramah.
"Tanvir, kalau sampai kamu menyakiti Nita, aku tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang. Aku bukan seperti saudaramu yang sabar, aku tahu apa yang telah kamu lakukan," kata Rico memberi peringatan tegas pada pria itu, dia sebenarnya hanya membual karena tidak tahu apapun.
Tanvir menelan ludahnya sendiri, ada perasaan curiga kalau Rico tahu tentang semua perbuatan buruknya dan rencana jahatnya terhadap Zein."Kau jangan asal bicara, aku mana mungkin ada rencana buruk pada kak Zain. Dia adalah kakak ku."
Faeyza mengerutkan kening, tidak ada seorang pun yang mengatakan kalau Tanvir memiliki rencana jahat pada Zein tapi kenapa tiba-tiba saja pria itu mengatakan hal semacam itu.
"Tanvir, dari tadi tidak ada yang mengatakan bahwa kamu akan melakukan sesuatu atau memiliki rencana jahat pada maz Zein, kenapa sekarang kamu malah mengatakan kalimat seperti itu? Atau jangan-jangan…?" gadis itu menatap adik iparnya dengan tatapan curiga.