Chereads / The Second Throne / Chapter 7 - The Hoodie One (7)

Chapter 7 - The Hoodie One (7)

PEMUDA BERTUDUNG__7th Part

"Lepaskan dia, Ellgar. Dia sudah sangat ketakutan. Tidak mungkin dia orang yang menyerang kita kemarin," sang pemuda meminta.

"Hampir saja," Erich mendesah ketika Ellgar menurunkan senjatanya dan kembali duduk di ranjang. Terlihat sekali bahwa pria itu sangat tangguh tanpa perlu bertarung dengannya dan itu membuat Erich mengelus leher kesayangannya kemudian. "Yang menyerang kalian tidak mungkin orang dari kerajaan Axton," sanggahnya. "Kalau berniat ingin membunuh anda, tidak mungkin mereka mengirim orang lemah seperti saya dalam jarak dekat seperti ini."

"Aku tidak bisa sepenuhnya mempercayai ucapan orang asing sepertimu," tukas Ellgar. "Kalau aku tidak menghalangi anak panah itu, Tuanku mungkin yang akan terkena. Walaupun tidak bisa mati, Tuan juga adalah manusia biasa yang bisa merasakan sakit. Mereka tahu sekali cara menyakiti orang secara perlahan." Pria itu mengusap lilitan perbannya. Sepertinya bukan karena tidak merasakan sakit, Ellgar hanya bersikap seolah tak terjadi apapun di hadapan Tuannya. "Benar-benar loyalitas tanpa batas," batin Erich.

"Kalau kalian berdua mau ikut bersamaku ke kastil, saya akan membujuk Penasehat Agung untuk mencari tahu siapa archerias itu. Penasehat Agung adalah pria murah hati. Dia pasti akan membantu kalian tanpa kalian minta," Erich menuturkan. Kedua tangannya bergerak ke sana kemari berusaha meyakinkan pemuda bertudung dan pelayannya yang masih terlihat ragu. Sebenarnya, misi yang dilakukan Erich untuk membawa kembali pemuda bertudung ke kastil adalah misi dengan rencana kesekian kalinya. Bisa jadi, orang yang ditugaskan sebelum Erich adalah archerias yang sedang mereka bicarakan. Tapi kalau Erich menjelaskannya secara gamblang, sang pemuda tidak akan mau ikut dalam rencananya.

"Bagaimana?" tanya Erich untuk terakhir kalinya. Kedua mata cokelatnya bersinar-sinar dalam permohonan

"Sepertinya tidak ada cara lain," jawab Ellgar dengan terpaksa. "Setidaknya kau tidak berniat untuk melukai Tuanku walaupun hanya segores."

"Segores? Mana mungkin aku berani menyentuhnya setelah duel maut di lorong tadi," Erich membatin. Hatinya terpukul oleh sindiran pria kekar di hadapannya. Tidak sampai sejam yang lalu, dia masih ingat kalau memiliki niat untuk menangkap sang pemuda dengan terpaksa. Untung saja sang pemuda hanya tersenyum saat memandangnya dan sama sekali tak mengungkit kejadian itu.

"Aku akan menemani Tuanku memenuhi panggilan Penasehat Agung saat ini juga. Bersiaplah," ucap Ellgar membuat hati Erich berbunga-bunga. Tidak bisa dipercaya, dari sekian rencana yang dituangkan oleh Penasehat Agung, rencana yang melibatkan Erich kali ini adalah yang terakhir.

"Terima kasih, Tuan Wagner," Erich membungkuk dalam-dalam menahan degub jantungnya yang meletup-letup bagai sebuah balon yang terisi gas harapan. Sembari menatap wajah pemuda bertudung yang penuh cahaya kebajikan, pria itu membatin, "Dengan begini aku bisa kembali menerima lencana kepala prajuritku yang sudah dinonaktifkan selama hampir sepuluh tahun."

"Terima kasih, Pangeran Lucas Androcles."

***ganti scene