seorang lelaki paruh baya tengah kebingungan saat memeriksa selembar kertas yang diberikan oleh seorang perawat padanya, ternyata itu adalah selembar kertas rincian pembayaran yang harus ia lunasi agar bisa membawa istri dan putri kembarnya yang baru lahir pulang kerumah.
Dilain ruangan ada seseorang yang sedang kehilangan putri yang baru seminggu lahir kedunia, "ma sudah jangan menangis, ikhlaskan ma biarkan putri kita pergi dengan tenang", bujuk seorang lelaki yang ternyata Suami dari wanita yang menangis.
lelaki itupun membawa istrinya keluar dari ruangan dan tak sengaja melihat kebingungan dari lelaki paruh baya yang berada di sekitar ruangan bayi, dengan langkah pelan lelaki itu menghampiri lelaki paruh baya tersebut.
" maaf Pak dari tadi saya perhatikan bapak seperti sedang mencari sesuatu?, kalo boleh saya tahu bapak sedang mencari apa?", tanya lelaki itu memyelidik.
"saya tidak sedang cari sesuatu pak, saya hanya bingung mau membayar tagihan rumah sakit pake apa pak?", jawab lelaki tadi sedikit gelisah sambil terus melihat kesana kemari tanpa arah.
" boleh saya bantu pak, perkenalkan nama saya Bagas kusuma pak.ini hanya sekadar bantuan dari saya jika bapak berkenan," sembari mengulurkan tangan pada lelaki didepannya, lelaki tersebut membalas uluran tangan didepannya.
"saya didi pak, Terima kasih atas bantuan yang diberikan tapi bagaimana saya membayarnya?, eh..eh..tapi bapak jangan khawatir saya akan bayar dengan cara menyicil pak," tersenyum sambil terus meyakinkan dirinya untuk bekerja lebih keras agar bisa menyicil utang dari bagas.
"tidak perlu pak, saya ikhlas. saya hanya meminta agar bapak mau mendoakan putri saya yang baru meninggal dunia," pinta bagas tulus.
"maaf Pak sayaa tidak tau,saya turut berdukacita pak." mengatakannya dengan sedikit menyesal
bagas tak sengaja melihat seorang wanita berjalan mengarah pada keduanya, dengan perlahan wanita itu membuka suaranya
"pak."
didi langsung menoleh karna mengenali suara itu
"bu kenapa kesini? ibukan harus istirahat. " didi menghampiri wanita itu yang tak lain istrinya,
"ibu mau liat si kembar pak, kita kan belum kasih nama buat sikembar," kata wanita itu sambil terus melangkah pelan. sampailah ia didekat ruangan bayinya. wanita itu hanya bisa melihat dibalik kaca sambil terus berderai airmata bahagia.
"bu kenalkan ini pak bagas, dia yang akan melunasi pembayaran rumah sakit kita," kata pak didi pada istrinya.
wanita itu menoleh menatap bagas yang tersenyum ramah, "saya Marni, ibunya sikembar, terimakasih atas bantuan bapak. saya dan suami akan melunasi pembayaran rumah sakit sendiri pak." tersenyum ramah menolak bantuan bagas dengan lembut agar bagas tak tersinggung.
"saya tahu ibu pasti menolak, tapi saya ikhlas membantu." bagas berusaha meyakinkan Marni bahwa ini benar-benar sekadar bantuan dan tidak ada maksud tersembunyi.
"Papa, kamu sama siapa?." tanya Adela tiba-tiba membuat mereka menoleh berbarengan, "mama kenalin ini pak didi dan bu Marni mereka sedang kesulitan dan papa berencana untuk membantu tapi sepertinya mereka berusaha menolak bantuan papa." bagas menjelaskan panjang lebar sambil mendekati istrinya.
Adela mengerti sekali bagaimana sifat suaminya tersebut, ia memang tak bisa melihat orang lain kesulitan. dengan perlahan Adela mendekati kedua orang yang berdiri memperhatikan mereka.
"saya Adela istrinya bagas, saya dengar dari suami saya kalian sedng kesulitan kalo boleh kami ingin membantu," Adela berusaha menjelaskan maksud suaminya
"kami hanya ingin membantu tidak lebih, tidak ada niat kami untuk berbuat jahat pada kalian. kami mohon Terima bantuan kami." Adela berusaha membujuk keduanya, ia melakukan itu agar suaminya tidak terlalu sedih karna bantuannya ditolak walaupun penolakan tersebut dilakukan dengan baik-baik.
"boleh kami memikirkan dulu, kami hanya tidak ingin merepotkan itu saja." lagi-lagi Marni berusaha menolaknya.
"baiklah bu, kalo ibu berubah pikiran kami masih disini," Adela mengalah dan memberi kesempatan pada keduanya untuk berpikir.
"beri saya waktu tiga hari bu, saya akan menghubungi ibu." senyuman ramah kembali Marni berikan pada adela, begitupun Adela yang mengangguk.
lagi-lagi ia mengalah, tapi juga tidak memaksakan kehendaknya.
bagas menghampiri Adela dan mengajaknya untuk mengurus jenazah putrinya, "maaf Pak bu kami pamit besok kami akan kembali." bagas memberikan mereka waktu, selagi mereka berpikir bagas dan Adela berlalu untuk mengurus jenazah putrinya. memberi kesempatan pada keduanya.