setelah ditinggal oleh bagas dan adela, Marni terduduk dan mulai berpikir'masih ada tiga hari aku harus membuat keputusan'.
dilain tempat bagas dan Adela mengikuti prosedur rumah sakit untuk mengambil jenazah putrrinya, bagas tetap mengenggam tangan istrinya untuk menguatkan hatinya.
setelah urusan administrasi selesai mereka pun membawa jenazah putrinya menggunakan ambulance menuju rumah duka dengan iring-iringan dari mobil sahabat mereka. tak berapa lama mereka pun sampai dan disambut haru keluarga bagas,mereka bergegas untuk mensholatkan jenazah dan segera memakamkannya.
🕛🕛🕛
waktu berlalu semenjak pemakaman, belum juga ada kabar dari keluarga pak didi. mereka cemas, apa terjadi sesuatu dengan mereka?.
hari menjelang sore,aktivitas mereka masih normal hingga...
tokk.. tok.. tok..
"sebentar." kata Adela sambil membuka pintu, ia terkejut dan senang melihat wanita didepannya yang tak lain adalah Marni.
"bu Marni, apa kabar?, kenapa ibu gak bilang kalo mau kesini?." tanya Adela tersenyum ramah, tapi Marni tak banyak bicara dengan keadaan mata yang sembab ia langsung menyerahkan bayi kembarnya pada Adela.
Adela tergagap sekaligus bingung sambil memegang keranjang bayi yang diberikan olehnya, "bu Marni a... ada apa bu?."
"tolong jaga dan rawat bayi ini, saya tau kalian orang yang baik.tidak ada alasan untuk saya merawatnya lagi."sambil menunduk dan meneteskan airmata Marni langsung bergegas pergi tanpa menghiraukan Adela yang shock dan terpaku mendengar kata-katanya tadi.
merasa bahwa ada yang tidak beres bagas pun keluar dan mendapati istrinya terdiam sambil terus menatap Marni yang pergi.
" ma ada apa?."tanya bagas tak mengerti
"bu Marni meninggalkan bayinya pa" jelas Adela yang langsung ditinggalkan bagas untuk mengejar Marni.
"bu Marni tunggu," teriak bagas yang langsung didengar oleh Marni ia pun berhenti.
"apa maksud ibu meninggalkan bayi ibu pada kami?" bagas berusaha mengontrol napasnya agar terdengar jelas oleh Marni.
"maaf Pak bagas ini juga sebuah keputusan yang berat yang saya ambil," sambil menolehkan badan dan berhadapan dengan bagas, "tapi bukan keputusan yang salah untuk memberikannya pada kalian, tolong rawat dan jaga mereka saya berjanji akan menjemput mereka saat saya sudah siap pak" penjelasan Marni membuat bagas tak habis pikir
"keputusan salah dan benar apa maksud ibu?, kami hanya ingin membantu biaya rumah sakit ibu bukan berarti kami ingin mengambil putri ibu?!" terasa sesak bagas menjelaskan maksudnya kemarin
"kalian orang yang baik, saya yakin kalian akan jadi orangtua yang baik juga, pak maaf saya harus pamit selamat sore." Marni mengulangi perkataannya dan pergi dengan menahan airmata.
bagas tak tau harus bagaimana, ia pun hanya terdiam membiarkan Marni pergi. bagas menoleh kearah seberang jalan dengan pikiran yang dipenuhi tanya 'apa yang terjadi? apa ada yang salah dengan bantuanku kemarin?' bagas memejamkan matanya, ia ingin semua ini hanya mimpi.
bagas pun berjalan pelan menghampiri adela yang masih terpaku ditemani bi ida yang menggendong salah satu bayi itu.
bagas menggeleng dan memberi isyarat untuk masuk, tanpa perlawanan mereka pun masuk kedalam.