Apa yang dikatakan Kirana tak sepenuhnya salah, Dia Benar, Resty pun hanyut dalam pikirannya. 'Raihan sudah mengecewakan nya, namun biar bagaimanapun Raihan berhak di beri kesempatan' batin Resty. Namun tak berhenti di situ pikiran Resty masih beradu 'status Raihan, ya semua tau siapa Raihan dan jika tiba tiba muncul berita dia memiliki seorang anak maka kehidupan pribadi nya dan juga Raka akan terusik, tentu akan berimbas ke Keluarga Kirana. Kirana mempertimbangkan segalanya, akhirnya dia mengambil keputusan itu untuk tak membuka Rahasia besar ini, namun kenyataannya kini Raihan sudah tau, maka jika Kirana mengetahui hal ini Kirana bisa bertindak nekat, ya Resty mengenal Kirana dengan sangat baik , Kirana akan membawa Raka menghilang dari kehidupan Raihan maupun Farhan'. batin Resty terus beradu.
'tookk tookkkk'
Pintu kamar Kirana diketuk dan membuat Resty kembali sadar dari pikirannya begitu pun Kirana, dan juga Kirana yang masih memeluk Resty spontan melepaskan pelukan sahabat nya itu.
Tak lama yang mengetuk pintu kamar Rawat Kirana pun masuk.
"selamat pagi" , sapa suara bariton yang Kirana kenal, "pagi Pak Evan" balas Kirana Formal. Tak lama dari belakang Evan muncul seorang pria yang sangat di kenal Kirana, "pagi" ya,, itu Raihan. "pagi Pak Raihan" sahut Kirana formal namun dingin dan melihat Raihan memegang bunga Putih Lili kesukaan nya.
'hufftttt, akan ada drama apa lagi ini' batin Kirana. "kalian datang bareng" tanya Resty, "ohh, kami bertemu di parkiran rumah sakit" sahut Evan santai. "Gimana keadaan kamu Kii?" tanya Evan yang sudah berada di samping Kirana. "sudah baikan" sahut Kirana, "syukurlah" sahut Evan. "saya kemari sebagai atasan kamu, jadi kamu nggak usah khawatir" sahut Evan ambigu, "maksud nya" sahut Kirana bingung jujur saja pikirannya memang mulai kemana mana sekarang, "maksud saya, kamu tenang saja, jangan pikirkan soal pekerjaan mu di kantor, saya bukan boss yang kejam, ok" jawab Evan, dan membuat Kirana lega "Terima kasih, pak" jawab nya. Kirana melirik sekilas ke arah Raihan yang hanya diam dan berdiri berada di belakang Evan , ekspresi nya seperti biasa dingin, datar, dan tak bisa di baca. Raihan dengan cepat melihat tatapan dingin Kirana, "ini untuk mu" ucap nya. "terima kasih, letakkan saja" sahut Kirana dingin, "apa kamu sudah sarapan" tanya Raihan lagi, belum sempat Kirana menjawab , seseorang masuk kedalam ruangan nya dan semua mata beralih kearah nya.
"Farhan" pekik Resty kaget dan tak percaya, 'pasalnya bagaimana bisa ketiga orang ini berada disini dalam waktu bersamaan, ini nggak masuk akal' batin Resty, dan Resty dapat melihat wajah tak kalah terkejutnya Kirana, bercampur kesal dan lelah. "assalamualaikum" ucap Farhan "waalaikum Salaam" jawab Evan dan Resty. Farhan pun berjalan mendekat kearah Kirana, sekilas dia melihat Evan dan Raihan. "ini sarapan dari ibu, tadi ibu meminta ku membawa kan nya saat aku menjemput Raka" ucap Farhan lembut. Ekspresi Raihan seketika menjadi sangat dingin dan kesal. melihat Farhan begitu lembut kepada Kirana, di tambah dia mendengar nama Raka. Evan dan Resty dapat melihat itu. "letakkan saja" sahut Kirana dingin.ke Farhan.
"sebaiknya kalian kembali, tidak perlu membuang buang waktu jam kerja kalian disini" lanjut Kirana dingin tatapan nya lurus kedepan tanpa melihat ke arah ke-3 nya. Dia lelah sekali, tepat nya hatinya, benar benar lelah, dia sungguh berharap ini adalah sebuah mimpi, walau sebenarnya adalah kenyataan yang harus dia hadapi.
"okee, get well soon yaa Kii," ucap Evan ringan , dan di balas anggukan oleh Kirana. Evan pun meninggalkan kamar rawat Kirana terlebih dahulu.
"kalian kenapa masih berada disini,?! kalian orang penting, jadi pergi lah,,!!" ucap Kirana sinis.
"tapi kamu lebih penting" sahut keduanya bersamaan, yang benar benar membuat Kirana dan Resty dan tak menyangka. Kirana memutar badannya ke arah Resty dan artinya membelakangi mereka berdua, "pergilah, terima kasih" sahut nya lirih, dan Kirana sudah kembali meneteskan air matanya.
Raihan dan Farhan tau Kirana menangis sangat tahu, karena hal itu lah mereka akan mengalah dan meninggalkan Kirana, karena tak ingin membuat wanita yang di cintai itu semakin sedih jika tak menuruti nya. Saat itu pula pandangan Farhan dan Raihan kembali bertemu, tatapan yang sama sama tajam, Resty yang menyaksikan itu sampai merinding di buatnya . Dia pun angkat bicara agar tatapan keduanya berhenti "kalian pergi lah, aku disini untuk menjaga nya", sontak ucapan Resty mengalihkan ke-dua nya, dan ke-dua nya kembali menunjukkan respon yang sama mengagguk mantap. Resty pun bergidik merinding dibuat kedua nya. Dia tak menyangka ke dua pria ini benar benar memiliki perasaan yang kuat untuk sahabat nya yang kini telah berubah menjadi wanita berhati dingin. Farhan keluar lebih dulu. Raihan yang kemudian menyusul membalikkan kembali badannya, dia sejujurnya ingin tinggal dan enggan untuk meninggalkan Kirana, namun saat ini dia hanya bisa mengubur keinginan nya itu.