Kirana keluar dari Kamar Evan dan berniat meninggalkan apartemen Evan.
"Hana aku akan pulang, tolong kau perhatikan Evan" ucap Kirana yang tiba di ruang tamu dimana Hana berada.
"mba, tidak bisa kah mba yang tinggal untuk menjaga pak Evan, malam ini saja," pinta Hana sedikit memohon.
Kirana terkejut, bagaimana bisa Hana berpikiran begitu, melihat ekspresi Kirana yang teduh dan sendu Hana hanya bisa membatin 'dibalik. sikap dingin nya, dia orang yang hangat, pantas pak Evan mencintai nya'.
"mba, saya sudah bekerja dengan Pak Evan 3 tahun, sebenarnya di balik ketegasan nya dia orang yang hangat dan sangat perhatian, tapi kejadian 2 tahun yang lalu, mengubah semua sikap nya, saat itu tunangan Pak Evan, memutuskan pertunangan mereka sepihak dan menikah dengan orang lain, itu lah yang membuat nya sedingin sekarang, tapi sejak pertama kali melihat mba di kantor, sikap nya mulai melunak, dan hari ini saya mendengar sendiri betapa pak Evan mencintai Mba" jelas Hana, ke Kirana, dia ingin Kirana mempertimbangkan perasaan Evan.
Kirana sangat terkejut mendengar pengakuan Hana, diam dengan ekspresi sedih dan bingung rasa bersalahnya semakin besar, tapi di sisi lain saat dia ingin merasakan kehadiran Evan, bersamaan itu, bayangan Farhan dan orang yang paling menyakiti nya hadir bersamaan, benar-benar membuat nya ingin berlari sejauh jauh nya.
Ternyata Evan yang bangun dan sedang berdiri didepan pintu kamarnya memperhatikan ekspresi Kirana, dan dia dapat membacanya, 'aku akan menghilangkan bayangan gelap itu Kirana, aku akan berusaha untukmu' batin Evan.
Hana tak sengaja melihat ke arah kamar Evan. "Pak, anda sudah bangun" ucap Hana, dan menyadarkan Kirana, "aku butuh air putih" jawab Evan seraya memegang kepala nya yang masih sakit. Melihat itu Kirana spontan membantu Evan "kau, harus nya memanggil saja, tidak perlu bangun, kau masih mabuk kan dan kepala mu pasti masih sangat berat" ucap Kirana khawatir.
Melihat Kirana mengkhawatirkan nya, ingin rasanya dia seperti ini terus. Kirana pun membawa Evan kembali ke tempat tidur nya. Posisi mereka sangat dekat Kirana yang duduk di pinggir tempat tidur Evan tepat berhadapan dengan wajah Evan yang menyandar di kepala tempat tidur nya, pandangan mereka saling mengunci 'maaf kan aku Evan, aku tak akan bisa membalas mu' batin Kirana, 'aku akan mengembalikan senyuman mu Kirana' batin Evan.
"eheeemmm, ini minum nya, saya permisi" ucap Hana seraya meletakkan minuman itu dan meninggalkan kamar Evan dengan wajah yang merah, dia merasa sedang mengganggu sepasang kekasih.
"minum lah" ucap Kirana menyadarkan lamunan Evan. "aku tak bisa berada disini, orang orang akan salah paham," ucap Kirana lagi. "iyaa, kau pulang lah , ada Hana yang akan membantu ku" ucap Evan. "maksud ku dia sekretaris ku, dan semua orang tahu itu, kau tenang lah, aku tak akan melakukan apapun" jelas Evan. "pastikan kau tidak mengulangi hal semacam ini lagi" peringatan Kirana ke Evan. dan pergi meninggalkannya Kamar Evan.
"aku akan pulang sekarang Hana, permisi" ucap Kirana pamit ke Hana. "iya mba" sahut Hana "assalamualaikum" ucap Kirana sebelum keluar pintu apartemen Evan, "waalaikum salam" sahut Hana.
Hana berada didepan pintu hingga Kirana masuk kedalam lift.
"kenapa kau menelpon nya?" suara Evan yang tiba tiba membuat Hana sangat terkejut. "yaa ampun pak, sejak kapan bapak berdiri didepan pintu" Ucap nya. "jawab saja pertanyaan ku" sahut Evan. "bapak, terus meracau menyebutkan nama mba Kirana , ya sudah saya telpon saja dia, saya pikir dia akan mengabaikan bapak, ternyata dia mengurus bapak dengan baik, dan saya bisa melihat kehangatan tersembunyi dibalik sikap dinginnya" ucap Hana setengah mengagumi Kirana. "tapi bapak senang kan" lanjut Hana sedikit tersenyum campur takut bagaimana pun Evan adalah bos nya. "kau,, pergilah istirahat dan pastikan kunci kamar mu" perintah Evan, "ba,,, baaik pak" sahut Hana cepat dan menuju kamar tamu diapartemen Evan.
"apa apaan itu, dia menyuruh ku mengunci pintu, takut sekali, mba Kirana salah paham" gerutu Hana begitu masuk kedalam kamat tamu.