"Maksud mu Dimas calon suami ku?"
Oh rasanya Laura dapat mendengar suara crack dari kejauhan, itu sudah pasti hati Wendy yang hancur. Menyenangkan sekali!
"Jaga bicaramu! Bagaimana bisa kamu bicara sembarangan seperti itu?! Dimas itu calon suami ku, dia hanya akan menikahi ku bukan kamu!"
"Ya... Kalau kamu mau marah ya marah aja, tapi kenyataannya memang begitu, beb... Aku dan Dimas akan menikah diakhir bulan ini."
"Aku tidak akan pernah percaya ada apapun ucapan mu! Seorang badut seperti mu tidak akan pernah mendapat pangeran seperti Dimas ku!" Teriak Wendy, suaranya sudah bergetar menandakan jika ia tertekan habis-habisan oleh pengakuan Laura.
"Maksud mu, badut seperti Dimas beruntung karena mendapatkan tuan putri seperti ku?"
Terdengar Wendy tertawa frustasi, oh itu lebih indah dari nyanyian manapun. Ternyata menjadi manipulatif sama sekali tidak buruk justru sebaliknya sangat menyenangkan.
"Jangan bermimpi, Laura! Dimas selamanya adalah milik ku!"