"Ayo kita pulang..."
Wisnu menatap wajahku seolah tidak percaya tapi memang itulah yang aku katakan, aku mengajaknya pulang meskipun ekspresiku datar.
"Ayo kita pulang..." Sambil menahan tangis, Wisnu mengambil alih tas yang ku bawa dan membawanya, ia menuntunku menuju tempatnya memarkirkan mobil.
"Masuk lah..." Dia tersenyum hangat meskipun wajahnya terlihat lelah setelah membukakan pintu untuk ku.
Mungkin rasa sakit ini terlalu dalam, mungkin aku sudah terlalu lelah menghadapi dunia yang terus menerus berpaling dari ku. Aku tidak dapat menangis lagi meskipun aku ingin, aku tidak dapat lagi berteriak walaupun dalam diriku sangaat marah, aku tidak bisa melakukan apapun untuk mengekspresikan kalutnya hatiku selain hanya diam.
Meskipun sepanjang jalan Wisnu terus berbicara tapi selain melirik malas, aku sama sekali tidak merespon apapun yang ia ucapkan.