Aku melirik jam di lengan, pukul 15.37. Kami baru saja selesai mengisi perut. Masakan Astro terasa seenak yang kuingat hingga aku makan cukup banyak.
"Ibu punya proyek apa sama Mama Denada?" aku bertanya karena mengingat keterkejutanku saat ibunya muncul di depan kamar Denada.
"Mau bikin panti asuhan bareng perusahaan orang tuanya Denada kalau ga salah." ujar Astro sambil membereskan perkakas bekas makan kami ke wastafel. Aku terlalu kenyang untuk bergerak hingga membiarkannya yang melakukannya.
"Aku ngobrol banyak sama Denada pagi ini." ujarku sambil menatapi punggungnya yang sedang berdiri membelakangiku karena dia sedang mencuci piring.
Astro menoleh padaku sesaat dan mengalihkan tatapan untuk menyelesaikan pekerjaannya, lalu mengelap tangan dengan handuk dan kembali duduk di sebelahku, "Aku boleh tau kalian ngobrolin apa?"
"Harusnya aku yang nanya begitu."
Aatro menatapku dengan alis mengernyit mengganggu, "Apa yang kamu mau tau?"
"Mm ... ga jadi. Aku udah niat mau nunggu kamu aja yang jelasin. Aku ga mau banyak nanya."
Astro mengangkat kaki dan bersila menghadap ke arahku, lalu menopang pelipis dengan sebelah tangan yang diletakkan di meja makan, "Faza."
Aku hanya menggumam sambil menatapi matanya yang terlihat jauh lebih hangat dari pada saat kami bertemu di rumah Denada tadi pagi.
"Thank you." ujarnya dengan senyum lembut di bibirnya.
Sepertinya aku tahu apa yang dia maksud. Jika bukan karena Denada, mungkin aku tak akan menyadari bahwa dia sedang menahan diri untuk mengungkapkan perasaannya padaku. Aku memang sedikit nekat karena mengungkapkan perasaanku lebih dulu, tapi aku tidak menyesalinya karena saat ini kami mampu bersikap jujur dengan perasaan kami selama ini.
"Tapi kalau kelamaan mungkin aku ..." aku sengaja menggantung kalimat untuk menggodanya.
"No, you won't (Ga, kamu ga bakal begitu). Kamu udah janji, Faza." ujarnya dengan sedikit kekhawatiran di tatapannya walaupun dia mengatakannya dengan mantap.
"Mau anter aku pulang jam berapa?" alih-alih membalas kalimatnya, aku memilih menghindarinya.
"Aku ga bakal nganter pulang kalau kamu menghindar begitu."
"Aku akan nunggu kamu sampai semua urusan kamu selesai. Aku tau kamu punya sesuatu yang lagi kamu kerjain. Aku juga punya banyak hal yang harus aku kerjain. Kamu kan tau." ujarku untuk membuatnya tenang. Aku sengaja mengatakannya karena baru kali ini dia menahanku hanya untuk mendapatkan sebuah jawaban. Entah aku harus merasa senang atau bagaimana walau sepertinya dia sudah cukup menderita beberapa hari ini.
"I'll help (Aku bantu), kamu kan tinggal minta."
Aku tidak menjawabnya hingga kami hanya saling menatap lama sekali karena tak seorang pun mengatakan apapun. Walau begitu, sepertinya kami tahu apa yang dipikirkan oleh yang lain.
***
"Kayaknya aku bisa coba." ujar Reno sesaat setelah bel istirahat berbunyi, tepat saat guru keluar kelas. Dia menarik kursinya untuk duduk di tengah-tengah Zen dan aku, yang jelas menghalangi jalan keluar.
"Bener?" Zen bertanya.
Reno hanya mengangguk.
"Anggota klub kita lengkap kalau gitu."
"Kamu mau daftar jadi member klub lukis?" aku bertanya untuk memastikan dugaanku dan Reno hanya mengangguk. Beberapa minggu lalu saat Reno membantuku dan Zen menyiapkan alat lukis, dia memang terlihat tertarik. Namun tak pernah mengatakan apapun jika dia memiliki keinginan untuk belajar melukis.
"Aku kasih tau kak Sendy dulu." ujar Zen sambil mengetik sesuatu di handphonenya, tepat saat terdengar ketukan di jendela di sebelahku. Saat aku menoleh, ada Astro di sana dan sepertinya dia ingin mengajakku ke kantin.
"Nanti kabarin ya, Zen. Aku mau ke kantin dulu. Misi dong Reno, aku ga bisa lewat nih." ujarku sambil bangkit.
Reno menggeser kursinya dan memberiku ruang yang cukup sebelum melanjutkan percakapannya dengan Zen. Untuk orang yang tak terlalu yakin akan mengambil klub lukis sebagai ekstrakurikuler, Reno terlihat cukup menjanjikan.
"Mau ke kantin? Sorry hapeku mati. Aku lupa ngisi baterai semalem." ujarku setelah sampai di sisi Astro.
"Kamu ga ada powerbank?"
"Mm ... baru kepikiran mau beli karena kamu ngomong." ujarku sambil berpikir akan membelinya melalui toko online. Aku tak memiliki banyak waktu untuk mencarinya ke toko yang aku pun tak tahu berada di mana. Terlalu merepotkan.
"Kita ke kelasku dulu kalau gitu. Sementara kamu bisa pakai powerbank punyaku." ujarnya sambil berjalan mendahuluiku.
"Hei, Astro!" Beni yang sedang berada di depan pintu kelasnya menyapa Astro.
"Apa kabar Wakil Ketua OSIS?"
"Ah, jangan panggil gitu lah. Oh, hai, Faza. Masih betah sama Astro ya?" ujar Beni dengan senyum iseng.
"Selamat ya terpilih jadi wakil ketua." ujarku yang sengaja mengabaikan kalimat terakhirnya.
"Thank you. Eh, mana softwarenya?" Beni bertanya pada Astro.
"Ada di kelas. Ayo deh, ambil sekalian." ujar Astro sambil melanjutkan langkah menuju kelasnya. Aku dan Beni mengikuti di belakang.
"Faza kalau punya temen cewek kenalin dong." ujar Beni.
"Bukannya kamu waktu itu lagi nempelin Donna?" aku bertanya karena mengingat Beni pernah memanggil Donna dengan sebutan bebeb saat pertama kali kami berkenalan di hari pertamaku masuk sekolah.
"Udah nyerah. Donna susah ditaklukin."
"Mm ... aku ga ada temen lain sih. Sorry."
"Yah ..." Beni terlihat kecewa, tapi sepertinya dia baik-baik saja.
Kami sampai di kelas Astro tak lama kemudian. Awalnya aku ragu akan ikut masuk atau menunggu di luar, tapi melihat Beni masuk, aku mengikutinya saja. Aku baru tahu bahwa Astro duduk di depan meja guru saat dia menghampiri ranselnya.
"Coba liat siapa yang dateng?" aku mendengar suara yang cukup jelas untuk didengar seisi kelas. Saat aku menoleh, aku menemukan Angel sedang duduk dikelilingi dua murid perempuan. Salah satunya adalah yang beberapa minggu lalu menemaninya ke toko kain di Anjungan. "Ga cukup nempelin Zen sekarang nempelin Beni juga?"
Aku berniat mengabaikannya andai saja bukan aku yang dia maksud. Aku menatapnya dan mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar dari bibirnya.
Angel bangkit dan menghampiriku walau tatapannya terpaku pada Astro, "Kamu harus liat kenyataan, Astro. Dia nempelin cowok-cowok populer gini. Ga heran kan kalau dia nempelin kamu juga. Pasti ada maunya."
"Ngomong apa sih kamu?" Astro menegurnya dengan alis mengernyit mengganggu.
"Liat dong! Cewek yang kamu kejar ini tuh emang doyan nempelin cowok-cowok. Ga pantes buat kamu tau! Bikin malu aja." ujar teman Angel yang menemaninya ke toko kain.
"Kamu yang harusnya diem kalau ga tau apa-apa, Riri!"
Sebetulnya aku tak terlalu mengerti dengan apa yang terjadi. Namun aku yakin bahwa mereka memang sedang mencoba mempermalukanku.
"Udah keliatan jelas begini kok. Ga tau apa-apa gimana? Mukanya aja sok alim, tapi kelakuannya malu-maluin." ujar Angel sambil menatapku nyalang.
"Sorry, kamu siapa ya? Aku ga kenal." ujarku dengan nada dan ekspresi wajah yang sengaja kuperlihatkan biasa saja.
"Aku Princess Angelica Kusumohardjo, tapi kita ga perlu salaman lah ya. Kita beda level."
"Udah, Za, cuekin aja. Yuk ke kantin." ujar Astro sambil mendorong lenganku menggunakan powerbank. Aku tahu dia sedang bermaksud mengajakku menghindari situasi ini.
"Kamu tuh bener-bener buta ya, Astro? Buka dong mata kamu. B*tch kayak gini kok dibelain. Aku tau kok dua minggu lalu dia keliaran di mana. Aku punya narasumber terpercaya." ujar Angel dengan kobaran api di matanya.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-