Chapter 49 - Denada

"Aku bikin kamu bangun?" aku bertanya saat melihat sosok Denada mendekat padaku dalam gelap.

"Ga kok." ujarnya sambil menyodorkan sekotak susu dan duduk di sebelahku. "Ada yang mau kamu ceritain?"

Aku ragu-ragu apakah aku akan menceritakan tentang Astro padanya. Sepengetahuanku mereka tak terlalu mengenal dekat satu dengan yang lain.

"I know you have something bothering you (Aku tau ada sesuatu)." Denada melanjutkan.

"Keliatan banget?"

"Kita kenal udah berapa tahun, Faza?" Denada mengembalikan pertanyaanku dengan pertanyaannya yang lebih masuk akal.

Aku berpikir sesaat sebelum bicara, "Aku ... beberapa hari ini ga ngobrol sama Astro. Rasanya aneh."

"Kamu bikin dia marah?"

Aku tak pernah berpikir bahwa Astro mungkin marah pada keisenganku beberapa hari lalu. Mungkin dia hanya terlalu kesal untuk mengajakku kembali bicara?

Tiba-tiba saja aku mengingat kejadian di Gunung Merbabu beberapa tahun lalu saat aku membuatnya marah. Sepertinya Denada benar, tapi bukankah aku hanya bercanda?

"Aku cuma bilang mau ngedate. Awalnya ga bilang kalau mau ketemu kamu sama Mayang, trus dia kesel. Abis itu aku kasih tau kok aku mau keteku kalian." ujarku untuk membuat pembenaran bagi diriku sendiri.

"Dasar anak ini. Kamu beneran ga tau Astro segitu sukanya sama kamu?"

"Aku pikir ... aku cuma mikir berlebihan."

Denada menghela napas, "Beberapa minggu ini aku masuk ke lingkungan baru. Semacem ... kumpulan anak-anak orang berpengaruh karena papa punya proyek baru. Harusnya ada Astro di sana, tapi dia ga pernah mau dateng sekalipun. Kamu tau soal itu?"

Aku baru mendengar tentang ini, maka aku menggeleng.

"Di sana, para orang tua biasanya saling ngenalin anaknya ke anak kolega lain. Semacem ... jodohin anaknya ke keluarga lain buat kepentingan bisnis keluarga mereka ke depan, tapi keluarga Astro selalu nolak kalau ada keluarga lain yang mau ngenalin anaknya ke Astro. Kamu punya tebakan kenapa?"

Sepertinya aku bisa menebak, tapi aku tak percaya diri dengan kesimpulanku sendiri, maka aku memilih diam. Ada sesuatu di dadaku yang terasa menggeliat tak nyaman.

"He choose you (Dia milih kamu)." Denada mengatakannya dengan senyum mengembang di bibirnya, seolah sedang bicara tentang indahnya cuaca pagi buta ini.

"Dia ga pernah bilang apapun kalau dia milih aku." ujarku yang mencoba menolak kesimpulannya.

"Aku tau, pasti kamu bingung. Aku sempet nyari tau sih, karena menurutku aneh. Kalian bareng udah berapa tahun, tapi masih begitu aja. Sebenernya aku nemu sesuatu, tapi aku juga ga bisa pastiin gimana kebenarannya."

"Kamu nemu apa?"

"Dari obrolanku sama beberapa orang, katanya Astro lagi ngerjain sesuatu dan dia ga mau diganggu makanya dia ga pernah dateng ke pertemuan sama sekali."

"Kamu dapet informasi Astro lagi ngerjain apa?"

"Aku dapet beberapa informasi, tapi menurutku itu privasi. Kalau kamu mau tau mungkin kamu bisa tanya sendiri ke Astro atau kamu bisa nunggu sampai Astro yang jelasin ke kamu."

Aku berusaha mencerna kalimat Denada dalam diam. Seorang Astro menyimpan rahasia adalah bukan rahasia untukku.

"Kamu harus minta maaf, Faza. You mean so much to him (Kamu berarti banget buat dia). Kalau kamu ga begitu penting buat Astro, dia ga akan begini sama kamu."

"Kamu mikir begitu?"

Denada mengangguk, "Kamu juga suka sama Astro kan? Kamu ga bisa bohong sama aku."

Dalam hatiku, aku mengiyakan. Selama ini aku mencoba menolaknya karena berpikir aku tak akan memiliki waktu untuk segala urusan menjalin hubungan dengan kekasih. Aku harus belajar mengurusi semua cabang toko kain Opa dan perusahaan peninggalan Ayah. Aku berkejaran dengan waktu karena Opa sudah terlalu tua.

Aku hanya ... tak menyangka Denada akan mengatakannya dengan begitu terbuka. Dia membuatku merasa buruk dengan diriku sendiri. Aku merasa sangat egois.

"Ga ada yang salah kok suka sama seseorang. Di umur kita, itu hal yang wajar." Denada membuka suara dalam keheningan kami yang terjadi sesaat lalu.

Apakah itu berarti memang wajar jika aku memiliki perasaan pada Astro selain hanya sebatas sahabat?

"Oh ya, aku juga nemu informasi. Ayah ibunya Astro nikah di umur yang muda banget, tapi emang lumayan lama buat dapetin Astro jadi anak mereka. Mungkin karena mau pacaran dulu sebelum punya anggota keluarga baru dan jadi tambah repot?"

Semua informasi dari Denada ini membuatku berpikir, sepertinya aku tak mengetahui banyak hal tentang keluarga Astro. Padahal kami sudah begitu dekat dibanding Denada yang baru mencari informasi tentang hal ini selama beberapa minggu.

"Kamu jadi kedengeran lebih tau keluarga Astro dibanding aku." ujarku pada akhirnya.

"Itu karena kamu ga pernah cari tau, Faza. Aku juga dapet informasi ini susah banget. Keluarganya tertutup dan keliatannya ga mau diganggu sama pendapat orang luar."

Kurasa aku mengerti maksud Denada karena Astro pernah berkata bahwa hal-hal di dalam keluarganya bukanlah hal yang biasa diterima banyak orang. Mungkin mereka lebih memilih diam atas apapun yang terjadi di luar keluarga mereka.

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, lalu membuka susu pemberian Denada dan menyesapnya melalui sedotan. Otakku membutuhkan waktu lebih untuk menerima semua ini.

"Aku mau kamu janji sama aku, Faza. Baik-baik sama Astro karena ada puluhan orang yang siap ngantri kalau kamu ga sama dia." ujar Denada yang tersenyum penuh arti tepat saat matahari mulai naik.

"Harus?"

Denada mengangguk, "Kalian berdua cocok. Aku ga bisa bayangin kamu sama yang lain selain Astro. Kalau emang Astro ga pernah bilang apapun kalau dia suka sama kamu, kamu tunggu aja. Kita masih muda juga, ngapain buru-buru?"

Melihat senyum Denada yang cantik sekali, mengingatkanku pada Bunda. Senyum Bunda juga selalu cantik.

"Kamu mau mandi duluan? Kita ada jadwal mau metik strawberry di atas kan?"

Aku hanya mengangguk. Sepertinya aku memang membutuhkan guyuran air untuk membantu berpikir dan memutuskan sesuatu. Memiliki jarak dengan Astro terasa aneh sekali bagiku.

Aku tak pernah merasa seperti ini dengan Astro selama yang mampu kuingat. Aku mungkin saja merindukannya karena beberapa hari ini kami terasa berjauhan. Denada berkata bahwa hal ini normal untuk anak seusia kami, bukan?

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-