Kami sedang duduk menatapi makam keluargaku. Di sini masih gelap, dengan kabut tipis di sekeliling kami. Sejak sampai di area makam, Astro menggenggam tanganku dan tak melepasnya hingga sekarang.
"Masih inget aku pernah bilang kalau aku mau satu liang kubur sama kamu?" Astro bertanya sambil menatapi makam ayahku yang berada di hadapannya.
Aku menoleh padanya, "Aku inget."
"Jangan pernah lupain itu. Aku serius." ujarnya sambil mengelus jariku.
Aku tak tahu harus bagaimana membalas kalimatnya. Dadaku terasa hangat dan entah bagaimana aku merasa rela satu liang kubur bersamanya.
Astro menoleh ke arahku, "Aku ga tau setelah kita nikah aku bisa sering pulang atau ga, tapi aku usahain pulang kalau aku punya waktu."
Aku meletakkan pelipis di bahunya. Aku tak mampu menemukan kalimat apapun untuk membalasnya, walau sudah pasti aku akan sangat merindukan kedatangannya.
Astro mengelus kepalaku dengan lembut, "Ke depan mungkin akan berat, Faza."