Chereads / Re-boot / Chapter 2 - 01 |Re-boot|

Chapter 2 - 01 |Re-boot|

"Sialan! Kampret!"

"Udah By, nggak usah sedih, cowok bukan dia aja"

"Cowok emang bukan dia aja, tapi gue sayangnya cuma sama dia. gimana dong?"

Prakk

"Mamam tuh cinta" Choa Memukul kepalaku dan mencibirku karna patah hati, padahal dia tahu sendiri, kalau patah hati itu bukan hal yang biasa aja.

Aku tidak bisa bohong, diputusin pacar sendiri lebih nyakitin dari bias yang ketangkep kencan sama idol lain. Secinta-cintanya aku sama bias idol, aku masih waras membedakan hal nyata dan ilusi. Dan Juan dengan jahatnya mengambil kesimpulan kalau aku ini gila hanya karna jadi fangirl.

"Dia jahat banget Wa, tega-teganya dia mutusin gue karna opini temanya. Gue sedih Wa, dia nggak ngehargain gue, dua tahun kita pacaran, gue bahkan nggak pernah protes sama hobinya yang suka mabar sampe lupa ngabarin gue, ke club malam ditemani jalang, dan suka ke karaoke ke tempat gituan gue biasa aja. Sedangkan hobi gue yang cuma menye-menye aja dimasalahin. Sakit gue Wa" Keluhku pada Choa sahabatku sejak kuliah semester 1.

Choa Shabrina Maharani namanya, sahabatku sejak kuliah semester satu, meskipun sekarang dia kerja dibidang yang berbeda. Jurusan kami sama, tapi dia memilih melanjutkan kerja di Bank karna koneksinya orang tua. Secara di Bank capeknya nggak kayak advertising yang serba dikejar deadline.

Choa adalah sahabatku satu-satunya yang masih bertahan dengan pertemanan kami, yang lain mah udah hilang entah kenapa. Ya, gimana lagi, namanya orang kan punya sifat yang beda-beda. Kalau Choa ini meskipun orangnya agak cablak dan seenggaknya tapi dia ini sejujurnya perhatian pakai banget.

"Ya mau gimana lagi By, mending bagus lo putus sekarang, coba entar lo jadi nikah, lo bisa tertekan sama dia, karna dia banyak nuntut, apalagi dia itu selalu percaya sama omongan orang daripada apa yang dia lihat pakai matanya sendiri. Udah nggak usah sedih, Jungkook masih jomblo" Hiburnya yang ujung-ujungnya selalu memelesetkanya di dunia per kpopan yang cukup menenangkanku.

Aku bahkan nggak ngerti kenapa teman-teman Juan mempermasalahkan hobiku yang menjadi fangirl. Padahal aku jelas nggak pernah merugikan mereka, aku juga nggak pernah meminta uang dari mereka buat nonton konser, fanmeet, dan marchandise.

Mereka bilang aku penyuka plastik, tapi gini, semua orang berhak mengidolakan siapapun, termasuk beberapa orang yang mengidolakan kehidupan orang barat yang berpakaian minim, mabuk, clubbing, drug di negeri yang jelas budaya sopan masih dipertahankan.

Sedangkan hobiku cuma nyanyi, nari, dan nonton drama, dan nggak berefek negatif pada hidupku, kenapa mereka sok tahu kalau hidupku menjijikan.

Lagipula kata orang, bahagia yang bikin kita sendiri. Nah kalau bahagia emang jadi fangirl terus kenapa dia marah? Mereka selalu bilang kalau ngefans sama kpop itu pengikut setanlah apalah. Tapi nyatanya doa ku selalu dikabulin sama tuhan karna aku rajin ibadah dan bersedekah.

Buatku, kepercayaan itu rahasiaku sama tuhanku, kenapa mereka selalu membawa kepercayaan dalam hobiku? lucu?

Balik lagi ke topik Juan, Namanya lengkapnya Arjuantha Prastiko, pacar yang kupacari sejak semester 8 karna ketemu waktu bimbingan skripsi. Dan aku, Rubyanah Suratih, nama yang cuma bagus didepan tapi semakin ke belakang semakin memperlihatkan aku orang desa Tulent.

Dan hubunganku berakhir dengan Juan yang kucintai melebih apapun harus berakhir karna alasan nggak masuk akal.

•••

Aku menghela napas, lega. Akhirnya aku bisa istirahat disaat deadline iklah kopi luwak putih udah hampir selesai desainya. Tiga hari lebih aku nggak pulang karna lembur bareng timku yang terdiri dari 5 orang buat menyelesaikan desain iklan kami selanjutnya.

Dan tepat di hari ke empat, aku sedikit bisa bernapas, aku meraih ponsel, barang yang selalu ku cari akhir-akhir ini disetiap nafasku setelah kepergian Juan. Aku menggeser lockscreen lalu mengecek Whatshapp lalu dengan cepat ku keluarkan ketika melihat grup gold avertising yang terus membuat ponselku bergetar. Horror.

Lanjut ku buka instagram, yang pertama aku lakukan adalah masih sama. Menstalk akun Juan, akibat gagal move on tentunya. Instagram Juan masih belum ku unfollow dan block. Biarlah masih sakit lihat dia post yang penting aku nggak kelihatan frustasi.

Karna dengan masih follow Juan juga aku dapet untung, bisa sindir-sindir dia, bisa upload foto bahagia seolah aku baik-baik aja kalau ditinggal dia, padahal aslinya mah aku gila. Pakai banget malah.

klik search

Tertampil 'ArjuanthaPrastiko' lihat halaman atas dulu, instastory on nggak? ternyata nggak ada. scroll ke bawah, 'Shitt!'

❤231 likes

ArjuanthaPrastiko Shine @Kimmykaelindra ❤❤

@Renonarandra Nah yang ini baru oke @kimmykaelindra

@Chickoko cantikan yang ini

@Markarman ini baru selevel

@Yeyeslina_ Asik nih cantik banget, hits juga. longlast @arjuanthaprastiko semoga ini yang terakhir.

Prakk

"Kenapa lo By? Banyak duit lo? sampe banting-banting hp?" Ujar Kak Syeril seniorku di tim kreatif.

Aku menelungkupkan wajahku diatas meja, hatiku langsung hancur melihat Juan ternyata sudah Taken. Berarti alasan klise kemarin hanya akal-akalan busuknya dia aja.

Tanpa sadar aku menangis, sebegitukah nggak berharganya aku? kenangan kita selama ini? Aku bahkan masih nggak bisa lupa tapi dia sudah menggandeng cewek lain, yang kutahu cewek itu adalah teman kerja Juan.

Dia yang mutusin, dia juga yang bahagia lebih dulu. Enak banget hidupnya, sementara aku disini tenggelam dalam lautan luka dalam. Nah kan, malah nyanyi.

Kedua tangan kini mulai terkepal, air mataku juga berhenti dia nggak mau netes lagi, mungkin karna dia tahu dia nggak pantas nangisin buaya darat macam Juan. Aku mengangkat wajahku, mengusap air mataku.

Aku nggak mau menangisi cowok brengsek seperti Juan, aku memang sakit hati diputusin dia, tapi aku nggak akan cukup bodoh buat menangisi dia. Prinsip yang baru lahir dari otakku disaat aku menangis tadi.

'Cowok bukan dia aja! Lagian dia siapa sampai aku tangisin? Dia bukan Jimin? Jungkook Apa lagi!'

"Itu Mbak Syeril, Aku lihat post salah satu teman kampusku meninggal"

Mbak Syeril menatapku, sambil geleng-geleng kepala "Turut berduka cita sama hati lo ya By"

Dahiku mengeryit, kenapa Mbak Syeril bilang gitu padahal kan aku nggak bilang patah hati, "Iyalah mbak sakit hati orang temanku mati"

Mbak Syeril kelihatan gedek sama aku, "Udah-udah nggak usah bohong, lo nggak bisa bohong keules" Jelasnya yang makin membuatku tak mengerti kenapa Mbak Syeril bisa tahu kalau aku patah hati, padahal aku nggak ngasih tahu dia.

Hingga akhirnya tangan Mbak Syeril menunjuk ke arah ponselku, dan seketika itu aku sadar bahwa melempar ponsel ke sembarang tempat dengan layar masih menyala bukanlah hal buruk.

"hahahaha dasar bucin lo By!"

Tuh, resikonya aku pasti bakal jadi bahan ledekan habis-habisan seniorku