Chapter 22 - Ujian

"Aku terbelakang dalam pemikiranku! Mengapa Kau tidak memberi contoh untukku? Singkatnya, jika Kamu menggunakan aturan lama keluarga Ding dan memikirkan Nan Nan, Aku tidak akan membiarkanmu lolos!"

Dengan itu, Qiao Dongliang bangkit dari tempat tidur, mengambil bantal dan selimutnya dan pergi tidur di ruang belajar. Dia tidak ingin berbagi tempat tidur dengan Ding Jiayi lagi.

Dia tidak peduli bagaimana keluarga Ding memperlakukan orang, tetapi ia tidak akan membiarkan putrinya diperlakukan seperti itu!

"Kamu ... Kamu, mau kemana?" Ding Jiayi tercengang. Qiao tua menolak berbagi tempat tidur dengannya hanya karena gadis sial itu?

____

Di hari berikutnya, Qiao Dongliang seperti dirinya yang biasa, tapi mata Ding Jiayi memerah dan bengkak. Jelas Dia habis menangis.

Qiao Nan mulai sekolah lebih awal daripada Qiao Zijin. Dia keluar pagi-pagi, mengambil roti goreng yang dibeli Qiao Dongliang untuknya. Dia membawa tasnya dan minum susu kedelai, berhenti di rumah Zhai untuk mengambil buku-bukunya sebelum berangkat ke sekolah.

Melihat wajah asing teman-teman sekelasnya yang tidak bisa diingatnya, Qiao Nan mulai merasa cemas. Dia bahkan tidak bisa mengingat di mana ia duduk di kelas.

Dia akhirnya menemukan ruang kelasnya dengan memeriksa pelat kelas di luar. Dia berdiri tercengang di ambang pintu.

"Qiao Nan, mengapa Kamu berdiri di dekat pintu, cepat masuk." Guru kelasnya, Guru Chen melihat Qiao Nan dan tersenyum cerah.

Qiao Nan selalu peringkat tiga teratas di tingkatnya dan peringkat pertama di kelasnya. Setiap guru menyukai murid yang baik seperti Dia.

Dengan dorongan Guru Chen, Qiao Nan mempersiapkan diri dan masuk ke ruang kelas.

Qiao Nan tidak bisa lagi mengingat teman-teman sekelasnya, tapi ia masih ingat Guru Chen.

Di negara ini, setiap orang harus menjalani sembilan tahun pendidikan wajib. Di kehidupan sebelumnya, Guru Chen melakukan banyak kunjungan ke rumahnya ketika ia berhenti pergi ke sekolah kelas ketiga.

Setiap kali Guru Chen mengunjungi rumah Mereka, ayahnya akan mendesaknya untuk kembali ke sekolah, tetapi ibunya akan marah-marah. Dia frustrasi dengan semua ini dan akhirnya melakukan banyak hal bodoh, menghancurkan hati Guru Chen.

Melihat guru SMP-nya, Guru Chen, ia merasakan sedikit rasa bersalah.

Saat memasuki ruang kelas, Qiao Nan tidak tahu di mana ia harus duduk. Di saat itu, Guru Chen berkata, "Qiao Nan, Kau sebaiknya duduk di tempat biasa."

Guru Chen menunjuk ke baris kedua dari barisan kedua, kursi di sebelah kanan.

Kursi itu adalah yang paling dekat dengan papan tulis dan guru.

Ini tidak diragukan lagi kursi yang disediakan guru untuk siswa yang baik.

Qiao Nan menghela nafas dan dengan tasnya di punggungnya, berjalan menuju kursi yang dikatakan Guru Chen. ia menaruh tasnya di meja.

Ketika ia akhirnya tenang, sisa teman sekelasnya juga masuk secara bertahap. Guru Chen menempatkan kursi untuk semua orang tetapi kursi yang bagus selain Qiao Nan masih kosong.

"Liburan musim panas telah berakhir. Mari kita ulangan. Semuanya simpan buku Kalian, jangan tinggalkan apapun yang tidak diperlukan di atas meja. cepatlah."

Atas perkataan Guru Chen, semua orang mulai mengeluh.

Ada pepatah yang mengatakan: Ujian adalah senjata guru sementara nilai adalah jalur kehidupan siswa.

Qiao Nan menjadi seputih kertas setelah mendengar perkataan Guru Chen.

Tidak ada yang tahu akan kekhawatiran, ketakutan dan rasa bersalah yang dialami seorang siswa top seperti yang dirasakannya saat ini.

Dia hanya menghabiskan beberapa hari merevisi pelajaran SMP dan ia harus mengikuti tes sekarang. Tidak mungkin Dia bisa mendapatkan hasil yang bagus dan cocok dengan standar yang biasa.

Qiao Nan mulai berkeringat dingin.

Guru Chen adalah guru Matematika, jadi ia harus mengujinya di Matematika Mereka.

Dia menarik napas panjang, mencengkeram pulpennya dan mulai menulis.

Qiao Nan punya cara sistematis untuk mengerjakan ujian. Agar tidak kehabisan waktu, Dia mulai menjawab pertanyaan satu per satu. Jika Dia macet selama lima menit, Dia akan melompat dan melanjutkan.

Ketika Dia selesai menjawab pertanyaan yang ia tahu dan sudah memeriksa sekali lagi, Dia kemudian kembali ke pertanyaan yang ia lewati.

Untunglah ia bisa menjawab sebagian besar pertanyaan itu. Tapi sebelumnya, Dia bisa mulai memecahkan masalah begitu ia mendapatkan kertas tanpa berhenti sejenak untuk berpikir.

Sekarang, Dia harus memikirkan solusinya dan ia tidak sebaik sebelumnya dalam perhitungan mental dan manualnya.

Setelah menyelesaikan kertas ulangan, Qiao Nan basah kuyup, dengan pakaiannya menempel di punggungnya.

Qiao Nan hanya punya waktu untuk memeriksa sekali lagi sebelum alarm berbunyi. Guru Chen kemudian mulai mengumpulkan kertas-kertas itu.

Ketika kelas usai, Qiao Nan pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Tes Matematika akhirnya selesai, tapi akan ada tes lain untuk sisa mata pelajaran utama.

Di hari pertama sekolah, Qiao Nan tetap sibuk mengikuti tes untuk tiga mata pelajaran utama Matematika, Cina dan Inggris. Kepalanya berputar setelah tes.

____

Qiao Nan tidak merasa baik setelah tes, ia nyaris tidak bisa pulang.

"Oh, kau kembali begitu cepat hari ini?" Ding Jiayi melihat Qiao Nan dan menarik wajah panjang, matanya penuh ejekan. "Ayahmu belum kembali!"

Bukankah gadis sial itu selalu kembali pada saat yang sama dengan Qiao Tua?

Dicerca dengan suara mengejek Ding Jiayi, Qiao Nan kembali sadar. Dia merasakan beban berat buku-buku di punggungnya. Tanpa sepatah kata pun, Dia berlari ke dalam rumah seperti kelinci, melaju melewati Ding Jiayi dan pergi ke kamarnya, menggeser baut di tempatnya.

"Bu." Qiao Zijin yang melihat bahwa Ding Jiayi akan mengikutinya pun menghentikannya. "Ayah masih marah. Kita tidak bisa mengontrol jika Nan Nan tidak penertian. Tapi ibu pasti tidak ingin terus bertengkar dengan Ayah."

Ayah adalah satu-satunya pencari nafkah di rumah. Jika ibu berselisih dengan ayah dan Dia menolak untuk memberikan gajinya, apa yang akan terjadi padanya?

"Karena Nan Nan tidak akan bekerja untuk meringankan bebanmu dan Ayah tahun ini, ibu harus berhenti bertengkar dengan Ayah dan membuat ibu tidak bahagia."

"Kamu benar, Ayahmu dan Aku sudah bersama selama bertahun-tahun, Kami belum pernah bertengkar sengit sebelumnya. Tidak pantas berselisih dengan Ayahmu hanya karena gadis sial itu." Ding Jiayi menjadi tenang dan berkata, "Kamu bilang bahwa pelajaran kelas tiga jauh lebih sulit, dan tidak semudah sebelumnya, kan? Mari Kita tunggu dan lihat hasilnya tahun ini. Dia telah membuat janji dengan ayahmu. Jika Dia gagal mencetak gol dengan baik, Dia harus bekerja apa pun yang terjadi!"

Dia akhirnya berhasil menenangkan Ding Jiayi. Sebenarnya Qiao Zijin tidak memberitahu Ding Jiayi bahwa pelajaran kelas tiga mungkin sulit baginya; tapi Dia tidak tahu apakah itu mudah atau sulit untuk Qiao Nan.

Qiao Zijin tidak bisa untuk tidak berdoa bahwa sama seperti ia dan teman sekelas perempuan lainnya di kelas, Qiao Nan akan menemukan pelajaran kelas tiga sulit, dan khususnya akan sangat gagal di Matematika dan Kimia.

____

"Nan Nan, ini Ayah." Qiao Dongliang tiba di rumah satu jam kemudian dan pergi mencari Qiao Nan.

"Ayah." Qiao Nan membuka pintu untuk membiarkan Qiao Dongliang masuk

Qiao Dongliang mengernyitkan alisnya, "Nan Nan, kamarmu sekecil ini?"

***