Malam terasa lebih dingin dari biasanya, lebih gelap, namun jelas tidak sunyi. Hampir setiap rumah tangga memiliki satu atau lebih dari satu anggota keluarga yang terinfeksi. Membuat semua semakin buruk, tidak ada cahaya dan komunikasi. Banyak yang putus asa. Hanya beberapa jam sejak bencana mulai.
Tidak banyak yang berubah di markas utama selain lebih banyak pengungsi yang datang.. banyak orang Bali telah mendengar berita, ketika EMP menyerang, beberapa sudah mulai mencari perlindungan. Kapten Donny bertanggung jawab pada keamanan markas, dia dan Bayu memastikan orang yang masuk tidak membuat permasalahan.
Sementara Devita tenggelam dalam pekerjaan. Membuat pikirannya sibuk, dengan banyak hal membantu dia mengatasi kesedihan. Dia menyewa selusin orang, sebagian besar staff lama Alex untuk membantu administrasi pengungsi. Masing masing diterima dengan interview singkat, mengisi formulir, menerima kartu identitas singkat dan diberikan nomer hanggar dan nomor tempat tidur. Banyak dari orang orang ini datang dengan putus asa, Theo bekerja sama dengan tim Dokter Rachel untuk memberikan terapi; secara fisik dan atau mental. Ini yang dapat mereka tawarkan pada kondisi ini. Lebih banyak akan disediakan kedepannya.
Total 250.000 orang tinggal di bagian Utara. Hampir semua tinggal di tepi pantai. Hanya ada satu jalan utama membentang sekitar 150 km dari utara hingga bagian utara dan barat. Tim Bravo dipimpin oleh letnan Rangga dan Jerry memimpin tim Foxtrot, bersama sama mereka menyisir seluruh desa dan tempat tinggal berlawanan jarum jam. Misi ini langsung pada tujuan, berpacu dengan waktu.
Satu dari tantangan utama adalah memperhatikan penduduk sebaik mungkin. Semua desa dan kota kecil masih berduka dengan kematian keluarga dan teman teman mereka. Datang tiba tiba dengan obor akan membuat lebih banyak kerusuhan. APV militer dan jeep membuat masyarakat lokal gelisah, namun juga membuat mereka lebih mudah diajak berbicara. Strateginya adalah bertemu dengan pemimpin lokal atau orang yang dituakan, menginformasikan dan menawarkan bantuan untuk memindhakan dan membersihkan mayat mayat. Setelahnya, menginformasikan mengenai markas utama dan meminta bantuan membantu menyisir. Dengan jumlah lebih banyak, mereka dapat mencapai tujuan misi lebih cepat. Bahkan berkendara lurus 150 km akan memakan waktu 2 jam, konvoi ini hanya memiliki 8 jam untuk melingkupi selusin desa, setiap detik berharga!
Unit Echo dipimpin oleh letnan komandan Karra dan Unit Charlie dipimpin oleh letnan Russel, tampaknya mereka mendapat pilihan terbaik. Misi mereka mengamankan Kota Teluk dan seluruh bagian Timur. Yang tampaknya mudah karena bagian ini paling dekat dengan markas utama dan sebagian besar masyarakat lokal telah mengetahui keberadaan mereka. Namun berdasarkan jadwal, ini tidak akan mudah, hanya dalam waktu 8 jam untuk mengamankan bagian kedua terpadat dari Bali. Kota Teluk akan menjadi transit untuk pengungsi sebelum masuk ke markas utama. Sehingga, mereka tidak boleh gagal.
Populasi bagian Timur ada sedikit lebih dari 800.000 orang. Hanya seperempat dari bagian selatan. Namun tidak bisa dianggap mudah. Kota Teluk sendiri hanya memiliki paling banyak 10.000 orang. Dalam bagian Timur, ada tiga bagian yang harus diamankan.
Kota Antiga : 50.000 orang, di sebelah utara Kota Teluk, berlokasi antara Kota Teluk dan markas utama.
Kota Semarapura: 150.000 orang, bagian barat dari Kota Teluk di jalan utama menuju Bali Selatan.
Kota Amarapura: 350.000 orang, kota terbesar di bagian timur jauh.
Konvoi unit Charlie dan Echo tiba di Kota Teluk. Mereka membawa APV dan banyak truk. Karena ini akan menjadi pos transit, banyak truk akan ditempatkan disini untuk pulang pergi, mengirimkan orang ke markas utama. Kota masih dalam kegelapan, tidak ada kendaraan yang bekerja, kedatangan konvoi menjadi pusat perhatian. Letnan komandan Karra disambut oleh Benny, asisten walikota.
Ketua polisi Kota Teluk, Roby, bersama dengan hampir seluruh polisi aktif telah terjangkit penyakit. Walaupun Benny hanya memiliki selusin polisi membantunya, tampaknya Kota Teluk masih dalam kendali. Dia berhasil meyakinkan masyarakat lokal bekerja sama. Di area ini, hanya sekitar 3000 masyarakat lokal bertahan. Ketika unit datang, mereka telah menyelesaikan pemakaman dan baru saja hendak membakar seluruh mayat.
Dengan bantuan Benny, unit berhasil memperkerjakan 500 sukarelawan. Setelah pertimbangan hati hati, ternyata Benny sangat baik dengan baik, letnan komandan Karra memutuskan melibatkan dia dalam rencana. Dia memberinya salah satu radio dua arah. Benny dan sukarelawan akan pergi ke kota Antiga dan semua desa kecil di bagian utara sementara letnan komandan Karra akan pergi langsung ke kota terbesar kedua Semarapura. Pasukan khusus Charlie akan tetap di Kota Teluk siaga untuk membantu kelompok yang menemui masalah.
Pada saat yang sama di sebrang pulau, Alex masih menunggu di lapangan bola. Ada 600 polisi dan 50 pasukan khusus di depannya menunggu perintah. Angkatan darat saat ini 30 menit terlambat dan radio dua arah mereka tidak menjawab. 650 orang terlalu sedikit untuk mengatasi 3 juta orang kurang dari 8 jam. Namun dia tidak siap untuk membatalkan rencana utama, dia ingin menyelamatkan sebanyak mungkin orang. Dia tidak bisa menunggu lebih lama. Dia harus melaksanakan rencana saat ini juga..
Tiba tiba
.
,
"…"
Ratusan orang berlari ke lapangan, dengan kain terikat di kepala. Alex mengenali pemimpin mereka… Dia adalah Rama, si master pencak silat. Orang orang ini adalah anggota perhimpunan pencak silat, hampir 1000 orang.
"Rama, kau datang!"
"Ya, Tuan Alex, aku membawa hampir semua anggota perhimpunan pencak silat yang selamat, siap untuk perintah. Bukankah kamu menunggu kedatangan kami?"
"Ya, ya, tentu saja, aku hanya tidak menyangka sangat banyak yang datang"
"Aku yakinkan, tuan Alex, rekan rekan ku juga menjadi bagian dari kejadian mengerikan hari ini, tami kami TAHU kedatangan kami akan penting bagi masa depan kota kami"
"Terima kasih, master Rama, kamu datang pada saat kami paling memerlukan kalian!"
Alex harus melakukan penyesuaian dengan rencananya, namun dengan bantuan mereka, hal ini akan menjadi lebih mudah. Sebagian besar warga Indonesia tidak sepenuhnya percaya dengan polisi, walaupun dalam waktu seperti ini mereka membutuhkan tenaga hukum untuk membuat mereka merasa aman, tapi tidak sama dengan perhimpunan pencak silat. Mereka adalah idola masyarakat lokal dan paling penting mereka juga warga sipil biasa seperti mereka. Anggota perhimpunan pencak silat melakukan pekerjaan yang lebih baik meyakinkan warga lokal untuk terlibat.
Rencananya adalah membuat kelipatan. Total 1500 orang, polisi dan orang perhimpunan digabungkan, kemudian dibagi menjadi 50 kelompok terdiri dari 30 orang. Masing masing kelompok diberikan zona area di sekitar kota Denpasar. Mereka diharapkan melibatkan lebih banyak orang untuk mengurus mayat. Dengan metode spesifik dengan membakar atau menghancurkan kepala. Alex yakin mereka tidak akan berhasil menyelesaikan tugas mereka dalam delapan jam, jadi dia memutuskan mempersenjatai mereka dengan beberapa senjata dan mengingatkan mereka ketika fajar tiba, mereka harus bergerak dan mengevakuasi orang ke bagian utara kota.
Alex mengerti bahwa dengan semua bantuan ini, ini masih belum cukup. Dia kemudian membawa alpha squad ke markas angkatan darat untuk memeriksa angkatan darat yang tidak dapat di kontak. Setengah jam mengemudi ke bukit di bagian utara Denpasar. Ada 8000 tentara, dan bahkan setelah penyakit, seharusnya ada satu atau dua ribu tentara yang bertahan dari wabah. Tidak ada kabar dari mereka seharusnya tidak masuk akal! Kecuali…