Sepanjang perjalanan menuju tempat pemakaman Ayah Bara, Maharani memperhatikan jalanan di luar mobil yang sedang ia naiki. Tangannya terus memegang tangan Bara. Sementara itu, Bara mengusap-usap tangannya dengan menggunakan ibu jarinya.
"Buat aku yang seumur hidup ngga pernah tahu siapa orang tua aku, perjalanan ke makam Papa kamu aja bikin aku deg-degan. Rasanya seperti—"
Bara menoleh pada Maharani yang sedang menatap jalanan di luar. "Seperti apa?"
Maharani mengangkat bahunya. "Kadang-kadang kalo ada teman yang orang tuanya meninggal, aku ngga ngerti kenapa mereka nangis sampe segitunya. I mean, kalau sewaktu-waktu mereka kangen, mereka bisa berkunjung ke makam itu. Setidaknya mereka tahu orang tuanya ada di situ."
"Kamu ngga tahu gimana rasanya kehilangan orang tua?" tanya Bara.
Maharani menoleh pada Bara. Ia menganggukkan kepalanya. "Punya aja ngga, gimana mau ngerasain kehilangan. Mereka masih hidup atau sudah mati juga aku ngga tahu."