Kimmy kembali ke hotelnya dengan wajah pucat dan ketakutan. Sahabatnya yang sudah menunggu di kamar hotel terkejut melihat Kimmy yang terlihat seperti orang ketakutan.
"Are you okay?" tanya sahabatnya begitu Kimmy duduk di pinggir tempat tidur.
Kimmy menatap sahabatnya. Dirinya masih dikuasi ketakutan meskipun tadi Pak Ketut sudah mencoba untuk menenangkannya. Kimmy kemudian memalingkan wajahnya dari sahabatnya itu. Kimmy hanya memandangi kamar hotelnya dengan tatapan kosong.
"Heh, lu jangan bikin gue takut dong," sahabatnya itu menepuk lengan Kimmy.
"Lu kaya abis liat hantu deh," sahabatnya masih terus nyerocos sementara Kimmy masih saja terdiam.
"Lu bisa diem sebentar ngga, May?" Kimmy melirik Maya, sahabatnya, dan memintanya untuk diam sejenak.
Maya menurut dan tidak banyak bertanya lagi. Kimmy kembali hanyut dalam pikirannya sendiri. Mengingat kejadian yang tadi dialaminya ketika berada di halaman belakang galeri Pak Ketut. Setelah cukup lama membiarkan Kimmy terdiam sendiri, Maya kembali mencoba untuk bertanya pada Kimmy.
"Lu kenapa sih?" tanya Maya.
Kimmy masih diam tidak menjawab. Maya tidak menyerah dan kembali mencoba untuk bertanya, "Lu kenapa, Nyet?"
Kimmy melirik kesal ke arah Maya. "Nyat, Nyet, Nyat, Nyet, emangnya gue monyet?" ujar Kimmy kesal.
"Abisnya lu diem aja, gue panggil 'Nyet' baru nyaut," Maya membalas ucapan Kimmy.
"Gue tadi ngalamin kejadian mistis di galeri Pak Ketut," Kimmy akhirnya menjawab pertanyaan yang sedari tadi diajukan Maya.
"Mistis? Lu lihat setan disana?"
"Gue juga ngga tahu yang gue lihat itu setan apa manusia."
"Lu lihat wujudnya ngga?"
Kimmy menggeleng, "Gue cuma lihat matanya."
"Lu lihat dimana?"
"Di bangunan yang ada di pojok halaman belakang."
"Bangunan yang Pak Ketut larang kita buat mendekat? Lu ke bangunan itu?"
Kimmy mengangguk.
"Gila lu, kan Pak Ketut udah larang kita buat ke bangunan itu," ujar Maya tak percaya dengan apa yang dilakukan Kimmy.
"Gue penasaran," ujar Kimmy singkat.
"Gara-gara penasaran jadi liat setan kan lu."
"Bisa aja itu orang," Kimmy mencoba untuk berdalih.
"Kalau yang lu lihat tadi orang, kenapa lu sampai kaya orang ketakutan begini."
"Mungkin karena suasananya sepi, gue jadi kebawa suasana."
"Ngeles aja lu kaya bajaj, takut mah takut aja," ujar Maya kesal.
"Elu tuh kaya bajaj. Berisik. Nanya mulu," balas Kimmy.
"Bener-bener ya ini anak," Maya mengambil bantal dan menimpuk kepala Kimmy.
Kimmy yang tidak terima, balas menimpuk Maya dengan bantal. Keduanya jadi saling timpuk menggunakan bantal.
"Udah. Udah." Maya meminta Kimmy untuk menyudahi perang bantal mereka.
Kimmy berhenti mengayunkan bantalnya pada Maya. "Kan, lu duluan yang mulai."
"Ya udah, gue minta udahan." Maya menjatuhkan bantal yang sedang ia pegang.
"Oke." Kimmy memeluk bantal yang sedang dipegangnya. "Gue mandi dulu deh," Kimmy kemudian melemparkan bantal yang sedang ia peluk ke wajah Maya. Setelah itu Kimmy langsung berlari masuk ke kamar mandi. Maya yang kesal kembali mengambil bantal yang ada di dekatnya dan melemparkannya ke arah Kimmy. Namun terlambat. Kimmy sudah memasuki kamar mandi dan bantal yang dilemparkan Maya hanya mengenai pintu kamar mandi. Kimmy tertawa meledek Maya dari dalam kamar mandi.
----
Kimmy berendam dalam air hangat cukup lama di kamar mandi. Dia ingin merelaksasikan tubuhnya yang lelah. Begitu dirinya keluar dari kamar mandi, Kimmy mendapati Maya yang sudah tertidur. Wajah Maya juga terlihat sangat lelah. Kimmy menaikkan selimut untuk menutupi tubuh Maya. Kimmy kemudian teringat dengan foto pemberian Pak Ketut sebelum ia pamit pulang. Kimmy mengambil tasnya dan segera mencari foto pemberian Pak Ketut. Setelah menemukannya, Kimmy menatap sekilas foto tersebut dan membaca pesan yang ada di balik foto tersebut. Pesan itu berisi ajakan bertemu pada saat matahari terbit besok pagi di Pantai Sanur. Pak Ketut tidak memberitahukan siapa yang memberinya foto tersebut. Pak Ketut hanya mengatakan itu dari salah satu penggemar Kimmy. Kimmy melihat jam pada ponselnya. Sudah hampir tengah malam. Kimmy berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk bertemu dengan penggemar rahasianya itu. Setelah menimbang-nimbang, Kimmy akhirnya menelpon layanan hotel untuk meminta layanan antar jemput ke Pantai Sanur. Kimmy meminta untuk diantar pada pukul lima pagi, sebelum matahari terbit. Dirinya sangat penasaran dengan orang yang mengiriminya foto ini. Dipandanginya foto yang ada ditangannya. Di foto itu terdapat siluet empat orang pemuda yang di foto dari belakang dengan latar belakang Pantai Kuta pada saat matahari terbenam.
Kimmy kembali menaruh foto itu di dalam tasnya dan kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang. Dirinya masih punya sisa waktu sekitar empat jam untuk tidur.
----
Alarm Kimmy berbunyi pada pukul empat pagi. Tangan Kimmy bergerak untuk mematikan alarmnya. Kimmy kembali tertidur. Selang beberapa menit kemudian, Kimmy terduduk di ranjangnya. Hampir saja dirinya melupakan pertemuannya dengan penggemar rahasia yang dikatakan Pak Ketut. Meskipun masih mengantuk, Kimmy berusaha untuk bangkit dari kasurnya dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Dengan berpakaian ala kadarnya, Kimmy segera berjalan menuju lobi hotel. Sementara Maya masih tertidur di dalam kamarnya. Ketika berjalan menuju lobi hotel, Kimmy memandang ke atas langit yang masih gelap. Suara debur ombak di kejauhan, bintang-bintang yang masih bersinar, suara hewan malam yang bersautan, semuanya berpadu dan menciptakan sensasi yang sangat menenangkan. Kimmy meresapinya sambil sesekali memejamkan matanya. Jika saja dirinya tidak memutuskan untuk bertemu dengan penggemar rahasianya, dia tidak akan merasakan sensasi ini. Tanpa terasa, Kimmy tiba di lobi hotel dan segera menemui Staff hotel yang sedang berjaga. Staff tersebut segera memanggil Supir yang sudah disiapkan untuk mengantar Kimmy pagi ini. Seorang pria muda muncul dengan mengenakan penutup kepala khas bali dan tersenyum ramah pada Kimmy. Pria itu kemudian membawa Kimmy ke kendaraan yang sudah disiapkan untuknya. Pihak hotel sudah menyiapkan sebuah mobil Mercedes Benz hitam untuk mengantar Kimmy menuju Pantai Sanur. Berulang kali Kimmy menguap di dalam mobil. Ingin rasanya Kimmy kembali memejamkan mata, namun pemandangan di luar jendela mobil begitu menggoda untuk dilewatkan.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Kimmy melihat nomor si pengirim pesan. Sebuah nomor baru yang tidak dikenalnya. Isi pesan itu menyebutkan bahwa ia adalah seorang wanita dan ia merupakan penggemar rahasia Kimmy, untuk memudahkan Kimmy untuk menemukannya, ia memberitahu Kimmy bahwa ia akan mengenakan Kebaya khas Bali berwarna putih gading dan selendang berwarna merah marun.
"Jadi yang ngirim foto itu perempuan," batin Kimmy.
Kimmy berharap situasi Pantai Sanur pagi ini tidak terlalu ramai, sehingga ia bisa dengan mudah menemukan wanita yang ia cari.
---
Kurang dari setengah jam perjalanan, Kimmy sudah tiba di kawasan Pantai Sanur. Tepatnya di Pantai Matahari Terbit. Cahaya jingga mulai menghiasi langit pagi. Kimmy berjalan sebentar di tepi pantai untuk menikmati suara debur ombak yang begitu menenangkan sebelum mencari wanita yang akan ditemuinya. Kimmy memandangi lautan di hadapannya sambil sejenak melupakan semua masalahnya. Memang pantai adalah tempat yang tepat untuk melepas penat. Kimmy memejamkan matanya dan menghirup dalam-dalam aroma lautan yang begitu disukainya. Setelah selesai, Kimmy kembali melanjutkan misinya untuk mencari seorang wanita yang mengenakan Kebaya berwarna putih gading dengan selendang berwarna merah marun.
Seorang wanita paruh baya berdiri seorang diri memandangi lautan luas di hadapannya. Di ujung sana, matahari mulai menampakkan wujudnya. Dia memejamkan matanya untuk meresapi momen tersebut. Mengingat semua momen dalam kehidupannya yang menjadikannya seperti sekarang.
Kimmy berjalan kesana-kemari di sepanjang tepian pantai matahari terbit untuk mencari sosok wanita bersyal putih gading. Pandangannya kemudian tertuju pada seseorang yang sedang berdiri seorang diri di bibir pantai. Kimmy memperhatikan pakaian yang dikenakan wanita tersebut. Pakaian wanita itu persis seperti yang sedang ia cari.
"Akhirnya ketemu," seru Kimmy pelan.
Kimmy kemudian berjalan ke arah wanita yang sedang berdiri di bibir pantai itu.
Begitu sudah berada di belakang wanita tersebut, dengan sopan, Kimmy menepuk pelan bahu wanita itu.
"Permisi, anda yang minta bertemu dengan saya," sapa Kimmy ramah.
Wanita yang sedang memejamkan matanya untuk meresapi sinar matahari pagi yang sebentar lagi terbit itu tersadar dan membuka matanya. Orang yang ditunggunya sudah tiba. Senyumnya merekah. Inilah momen yang sudah lama ia tunggu.
"Akhirnya kamu menemukan saya," ujar wanita itu tanpa menoleh.
"Jadi benar, Anda yang mengirimkan foto berisi pesan ini untuk saya?" tanya Kimmy.
Wanita itu mengangguk, "Iya, saya yang mengirimkan foto itu untuk kamu," ujar wanita tersebut tenang sambil memutar badannya untuk berhadapan dengan Kimmy.
Ketika wanita itu menoleh, Kimmy sedang merunduk membuka tasnya untuk mengambil foto pemberian wanita tersebut dari tas selempang yang ia gunakan. Wanita itu sudah berdiri membelakangi matahari. Kini dia memandangi Kimmy yang sedang mencari foto pemberiannya. Kimmy akhirnya menemukan foto tersebut di tasnya. Dia mendongakkan kepala dan hendak memberikan foto yang ada ditangannya kepada wanita yang ada dihadapannya. Kimmy terpaku ketika memandang wajah wanita yang sedang berdiri dihadapannya saat ini. Wanita itu tersenyum tenang sambil memandangi Kimmy yang sedang terkejut. Kimmy terkejut sampai tidak menyadari foto yang dipegangnya meluncur jatuh ke pasir.
"Lama tidak bertemu, Kimmy." Wanita itu menyapa Kimmy dengan tenang sambil tersenyum lembut. Matahari pagi menyinari wajahnya dan Kimmy tidak bisa menahan keterkejutannya karena sosok yang berdiri dihadapannya saat ini adalah sosok yang tidak asing baginya. Wajah wanita itu tampak tidak berubah sama sekali. Bahkan bertambahnya usia justru membuat sosoknya semakin anggun. Kimmy kehilangan kata-kata melihat sosok wanita yang saat ini sedang berdiri dihadapannya.
*****************To be continued*****************
Terima kasih untuk pembaca sekalian yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca karya pertama saya. Cerita ini pertama kali terbit tahun 2019 dan sempat berhenti cukup lama, sampai akhirnya saya baca salah satu review pembaca yang menyukai cerita yang saya tulis. Dari situ, saya terpacu dan mulai kembali melanjutkan cerita ini. Setiap kali saya mulai jenuh, saya kembali membaca review yang diberikan pembaca untuk kembali memompa semangat saya untuk menulis. Untuk itu, saya sangat berterima kasih kepada para pembaca yang sudah setia membaca cerita saya dan memberikan dukungannya. Tanpa kalian, cerita ini tidak akan sampai disini. Volume satu berakhir sampai disini. Volume berikutnya akan hadir pada bulan Januari. Sekali lagi terima kasih atas dukungannya. Sampai jumpa tahun depan.
****************************************************