Hari yang panjang. Setelah tidak sengaja tertidur di kamar masa kecilnya, Bara masih dihadapkan dengan kedatangan seorang wanita muda yang seumuran dirinya, Kimmy. Wajah Kimmy tidak asing baginya. Bara sering melihat wajah Kimmy berseliweran di siaran infotainment ketika sedang beristirahat di warung Bang Jali. Menurut Bang Jali, siaran infotainment adalah tontonan iseng bagi mereka yang sudah lelah menghadapi kerasnya hidup. Setidaknya, mereka tidak perlu banyak berpikir ketika menonton berita infotainment.
Dan saat ini, Kimmy yang biasa ia lihat di layar kaca sedang duduk dihadapannya. Wajahnya sembab usai menangis. Tangisnya pecah ketika Pak Haryo memberitahunya bahwa pria muda yang sedang duduk dihadapannya adalah Bara, sepupunya yang lama menghilang. Sontak Kimmy langsung memeluk Bara dan menangis sejadi-jadinya. Bara sampai kesulitan untuk melepaskan pelukan Kimmy.
Kimmy baru melepas pelukannya ketika Bara sedikit terbatuk karena kesulitan bernapas akibat pelukan Kimmy yang terlalu erat. Bara memandangi Kimmy yang duduk dihadapannya. Wanita yang selama ini hanya dia lihat di layar televisi kecil warung Bang Jali ternyata adalah keluarganya. Bahkan dengan wajah sembab pun Kimmy masih cantik.
***
Sementara di kediaman Pak Haryo tengah berlangsung pertemuan antara Bara dan Kimmy. Lain halnya dengan yang terjadi di kantor pusat MG Group. Terjadi sedikit kegaduhan di lingkaran para petinggi perusahaan di kantor pusat MG Group milik Pak Haryo. Kegaduhan itu disebabkan oleh desas desus kembalinya cucu Pak Haryo yang hilang.
Tubagus Angga Pradana salah seorang petinggi MG Group dan sekaligus adik kandung Pak Haryo berulang kali mengecek nomor kontak ponselnya. Dirinya ragu untuk menelpon nomor kontak seseorang yang ia beri nama 'orang itu' pada ponselnya. Apakah yang bersangkutan masih menggunakan nomor tersebut atau tidak. Untuk menghilangkan keraguannya, akhirnya Pak Angga menekan tombol panggil.
Terdengar nada sambung pada nomor tersebut. Buru-buru Pak Angga kembali mematikan ponselnya. Kembali dirinya bergulat dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Dilihatnya nama si penelpon, ternyata panggilan dari Bima, putranya.
"Ada apa Bima?"
"Ya, Bapak sudah dengar kabar itu, tapi Bapak belum dapat konfirmasi dari Pakdemu."
"Kamu harus segera pulang setelah urusan kamu di Amerika selesai, banyak yang harus kita bicarakan."
Setelah meminta Bima untuk segera kembali, Pak Angga menyelesaikan panggilan telponnya.
***
"Bara!" Kimmy terus mengetuk pintu kaca yang menghubungkan kamar Bara dengan kolam renang.
Kimmy mengintip ke dalam melalui celah kecil pada gorden. Bara tampak masih tertidur. Kimmy kembali mengetuk-ngetuk pintu kaca tersebut. Setelah beberapa kali ketukan, Bara mulai terlihat bergerak di tempat tidurnya. Dengan enggan Bara bergerak dari tempat tidurnya. Dirinya masih ingin memejamkan mata lebih lama setelah semalaman mempelajari buku dan dokumen-dokumen yang diberikan Kimmy. Tidak di sangka, sepagi ini Kimmy sudah mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
Meskipun enggan, Bara tetap melangkah menuju pintu kaca yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya dan membukanya. Kimmy segera masuk ke dalam kamar Bara sesaat setelah pintu itu terbuka. Kimmy masuk sambil membicarakan rencananya untuk memperkenalkan Bara pada teman-temannya hari ini. Kimmy terus berbicara tanpa menyadari Bara yang kembali tertidur di belakangnya.
Merasa aneh karena tidak ada tanggapan dari bara, Kimmy akhirnya menoleh.
"Oh my God, Bara." Kimmy tidak habis pikir dirinya sedari tadi hanya berbicara sendiri.
"Bangun Bara!" Kimmy menarik-narik lengan Bara. Memaksanya untuk bangun.
"Sepuluh menit Kim, please." Ucap Bara tanpa membuka matanya.
"No."
"Lima menit?"
"No, bangun sekarang!" Kimmy menarik lengan Bara hingga Bara terduduk.
"Tolong Kimmy, gue baru tidur tiga jam." Bara masih berbicara dengan mata tertutup. Bara kembali meringkuk di kasurnya. Kimmy memperhatikan sekeliling tempat tidur Bara. Dilihatnya banyak buku dan dokumen yang berserakan.
"Kayanya dia benar-benar pelajarin ini semua," pikir Kimmy.
"Oke, gue tunggu tiga puluh menit, kalau dalam tiga puluh menit lu ngga muncul di ruang makan, gue yang bakal seret lu ke kamar mandi," ujar Kimmy.
Bara menjawab dengan mengacungkan ibu jarinya tanpa membuka matanya sama sekali. Kimmy pun pergi meninggalkan kamar Bara.
----
Tiga puluh menit kemudian Bara muncul di ruang makan dengan setelan kaus oblong dan celana jeansnya. Bara membiarkan rambutnya yang masih basah terurai di bahunya. Kimmy dan Pak Haryo seperti sedang membicarakan hal serius ketika Bara muncul.
"Pagi, Eyang." Bara memberikan salam pada Pak Haryo.
"Akhirnya muncul juga yang lagi diomongin, padahal gue udah niat mau nyeret lu ke kamar mandi," canda Kimmy begitu Bara bergabung bersama mereka di meja makan.
Bara melirik kesal ke arah Kimmy. Kimmy hanya membalasnya dengan tawa.
"Kamu ini kayanya senang sekali godain Bara," ujar Pak Haryo yang melihat Kimmy menggoda Bara.
"Udah lama banget saya ngga godain dia Eyang, senang akhirnya bisa godain dia lagi, liat aja ekspresi kesalnya, masih imut kaya dulu," sahut Kimmy.
Pak Haryo menanggapi ucapan Kimmy dengan tertawa pelan. Sementara Bara berpura-pura tidak terpengaruh dengan ucapan Kimmy dan terus menyantap sarapan paginya.
"Eyang sama kimmy sudah diskusi, sepertinya supaya kamu bisa belajar lebih dalam tentang perusahaan, Eyang putuskan untuk memasukkan kamu sebagai Staff magang."
Bara tersedak mendengar ucapan pak haryo.
"Mungkin untuk awal, lu bakal gue tempatin di divisi HR MG Group, supaya lu bisa belajar tentang aturan-aturan yang ada di perusahaan kita," Kimmy melanjutkan ucapan Pak Haryo.
Bara semakin terbatuk mendengar perkataan Kimmy.
"Ngga salah mau masukin saya buat jadi Staff magang HR? Kenapa ngga jadi Office Boy aja?"
"What?" Kimmy terkejut mendengar tanggapan dari Bara.
"Kenapa kamu lebih memilih menjadi Office Boy dibandingkan Staff magang?" Pak Haryo melanjutkan bertanya pada Bara.
"Menurut saya itu yang paling pas, saya bisa belajar sambil mengamati kehidupan di perusahaan," jawab Bara.
Pak Haryo dan Kimmy sedikit heran dengan jawaban yang diberikan Bara.
"Loh kenapa mukanya pada bingung?" Bara mengamati ekspresi wajah Pak Haryo dan Kimmy yang seperti keheranan dengannya. "Saya sering kok ngobrol sama Office Boy yang kebetulan nongkrong di warung kopi, bisa dibilang mereka hampir tahu semua yang terjadi di perusahaan, mulai dari lapisan bawah sampai lapisan atas," terang Bara.
Pak Haryo menatap Bara serius. Memang benar jika Office Boy itu berhubungan dengan seluruh lapisan di kantor. Setiap ada sesuatu, pasti lah para Office Boy ini yang biasanya menyebarkan informasi. "Oke, saya bisa terima alasan kamu," jawab Pak Haryo.
"Satu lagi, saya ngga mau orang-orang tahu tentang saya, bukan berarti saya malu jadi cucu Eyang, saya ngga mau nama baik Eyang rusak karena punya cucu yang belum banyak mengerti tentang perusahaan seperti saya." Bara kembali melanjutkan perkataannya.
"Itu semua bisa diatur," timpal Kimmy.
"Berarti kita bertiga sudah sepakat. Kimmy, tolong atur semuanya, termasuk tempat tinggal sementara untuk bara, untuk memudahkan mobilitas dia selama bekerja dikantor."
"Baik, Eyang."
Setelah bersepakat, mereka bertiga kembali melanjutkan percakapan di meja makan dengan obrolan-obrolan santai. Kimmy dengan riang menceritakan masa lalu dimana dia dan Bara selalu membuat Pak Haryo kehabisan kata-kata dengan tingkah polah mereka berdua. Bara sesekali menanggapi tidak percaya dengan ucapan Kimmy, karena Bara sama sekali tidak mengingat masa-masa tersebut. Setelah sekian lama Pak Haryo bisa kembali merasakan keceriaan di ruang makannya.
***
Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.
Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.