Ale dan Abang tiba di pinggir sebuah desa. Mereka masuk ke sebuah rumah yang ada di desa tersebut. Anak buah Hanggono yang tadi mereka lumpuhkan sedikit melawan ketika dibawa masuk ke rumah tersebut meskipun kedua tangannya terikat. Ale juga menyumpal mulut orang tersebut dengan lakban agar tidak menimbulkan keributan.
Anak buah Hanggono hanya bisa memandang Ale dengan tatapan penuh kebencian. Mulutnya terus bergumam tidak jelas karena tertutup lakban. Tetapi Ale menebak dia sedang bersumpah serapah padanya.
Ale mendorongnya masuk ke dalam kamar kosong. Orang itu sedikit mengerang kesakitan begitu Ale melepaskan lakban yang menutup mulutnya dengan sangat kasar.
"Lihat saja, Bapak tidak akan membiarkan ini," teriaknya dengan napas yang naik turun.
Ale menggeleng. "Gue ngga peduli lagi sama Bapak. Sekarang bukan saatnya lu mikirin Bapak, ini saatnya lu khawatir sama nyawa lu."
Orang itu menantang mata Ale. Ia kemudian meludahi wajah Ale. "Kalau berani, hadapi gue."