Bara mengangguk-angguk sambil memegangi perutnya yang geli karena tertawa.
"Sialan, gue dikerjain," gumam Arga kesal. Ia juga memegangi pundaknya yang terasa ngilu akibat cengkraman Bara.
"Sakit, ya?" Tanya Bara. Ia berusaha untuk menghentikan tawanya.
"Ya menurut lu aja gimana?" Arga terus memijat-mijat bahunya. "Barusan lu kaya niat mau ngeremukin pundak gue."
"Sorry, sorry. Terlalu bersemangat buat ngerjain lu soalnya." Bara hendak menepuk-nepuk bahu Arga. Namun, Arga segera menghindar.
Arga menatap Bara yang masih tertawa dengan tatapan sinis. Tapi kemudian ia menghela napasnya karena apa yang ia khawatirkan tidak terjadi. Sepertinya benar apa yang dikatakan Pak Haryo, Bara bisa menyikapi apa yang sudah dilakukan Pak Haryo dengan sikap yang dewasa. "Lu ngga marah sama gue, kan?"
Bara dengan tenang menatap Arga. "Buat apa gue marah? Lagipula, kan, lu ikut bohongin gue karena disuruh Eyang. Tapi, karena gue masih sedikit kesal. Jadi, hari ini lu harus nurut sama gue."