Chereads / Fell in LOVE with a CRIMINAL / Chapter 54 - Hari-hari bersama Arthur

Chapter 54 - Hari-hari bersama Arthur

"Ku pikir matamu yang tersumpal kotoran ayam," mulut Earl tidak terkondisikan. Arthur mengerutkan alisnya kesal.

Tidak bisakah wanita ini sedikit mengerti suasana? Hampir Arthur mendapatkan moment romantisnya dan dihancurkan seketika oleh mulut Earl yang kehilangan filter. Dengan mood yang diambang batas, Arthur merebahkan kepalanya di samping leher Earl dan berusaha mengabaikan Earl yang terkekeh geli. Masa bodoh.

"Ok, ok. Setidaknya kau telah berkata jujur karena telah terjerat pesona seorang Earl," Arthur mendengus kasar di leher Earl.

"Aku bangga mengatakannya beberapa menit yang lalu sebelum sosok Earl penguasa Maharani menghancurkan moodku. Terima kasih, mataku normal dan tidak tertutup satu kotoran pun," Earl pun tertawa setelahnya.

"Sama-sama sayang," kekeh Earl sebelum mereka berdua tertidur dengan saling mendekap satu sama lain.

~~~

Hari demi hari berlalu seperti neraka bagi Arthur. Ini telah seminggu sejak Earl terbaring di rumah sakit pribadi Arthur di distrik K. Distrik K adalah wilayah kekuasaannya dengan segala fasilitas di dalamnya hasil dari dana pribadi Arthur untuk mengembangkan proyek di distrik K.

Tidak heran jika seluruh penduduk distrik K adalah anak buah Arthur. Betapa banyak mereka yang mengabdikan diri pada Arthur hanya karena untuk tinggal di sebuah distrik tanpa harus membangun rumah sendiri atau menyewa apartemen pribadi. Mereka diberi fasilitas tempat tinggal yang layak oleh Arthur dari balik layar pemerintahan distrik K. Tentu saja baik pemerintah distrik K pun tidak mampu menggeser Arthur dengan mudah karena kontribusi yang royal terhadap masyarakatnya.

Kembali pada rumah sakit itu. Earl terus saja mengalami demam hingga hari ke tujuh karena proses pengeluaran toksin dalam tubuhnya. Dokter berkata jika membutuhkan waktu yang lama untuk menetralisir Abrin di dalam tubuh Earl karena fungsi ginjal Earl yang hanya mempunyai sebelah saja. Proses penyaringan racun tentu saja menjadi terhambat. Beruntung saat ini ginjal Earl tidak terserang Abrin. Tetapi lebih mengkhawatirkan pada lambung Earl. Kemungkinan Earl bisa mengalami kebocoran pada dinding lambung karena kerasnya Abrin.

Arthur menghabiskan waktunya untuk merawat Earl. Mengacuhkan Jason yang mengomelinya karena tidak ada di ruang kerja dan melakukan pekerjaannya. Arthur tentu saja tidak peduli dengan hal sepele seperti itu. Earl terbaring hampir mati, siapa yang tidak was-was hatinya. Arthur menatap wajah Earl yang kian memucat. Bahkan hampir tidak ada wajah pink merona di pipi Earl seperti biasanya. Merona alami jika ia tersengat matahari. Sungguh cantik.

Tubuhnya semakin kurus karena asupan makanan yang ia dapatkan hanya lewat cairan infus, sedangkan lambungnya hanya mampu terisi air untuk melepaskan dahaga Earl setiap waktu. Arthur telah memikirkan bagaimana tersiksanya Earl saat itu. Belum lagi saat dokter menyatakan tingkat dosis Abrin yang tidak bisa terbaca di catatan medis, Arthur yakin jika Earl mendapatkan dosis mengerikan ketika tahu dengan dosis kecil tidak mampu melumpuhkan badak seperti Earl.

Arthur sudah diambang batasnya. Ia sudah menahan tangannya untuk tidak ikut campur dalam masalah Earl, tetapi sepertinya Earl sendiri dalam kondisi berbahaya. Bagaimana Arthur bisa tenang? Membiarkan pelaku tertawa dan menari diluar sana? Oh tentu mereka bisa segera bertemu dengan tuhan mereka sesaat lagi setelah Arthur bertindak.

Arthur melihat dari cara kerja Earl bertindak memang sangat efisien. Ketika ia tersadar, Earl akan segera berselancar untuk meretas dan menghasilkan beberapa informasi menarik disetiap opsi. Arthur akui rencana Earl sudah ia pikirkan matang, hanya saja dengan prosesnya yang lambat membuat Arthur gelisah tentunya. Arthur bukanlah orang yang sedia menunggu untuk hal-hal yang begitu mudah untuk ia hancurkan.

"Earl. Kau sepertinya menguji kesabaranku sekarang," ia menatap Earl dengan gemas. Sedangkan sang pelaku hanya sibuk mengawasi kamera CCTV yang entah dimana, Arthur tidak peduli sama sekali.

"Aku mempersiapkan diri agar tidak terlihat menyedihkan, Arthur. Aku akan segera bertindak jika tubuhku siap. Sekarang tidak. Setidaknya belum, sampai aku bisa menggunakan refleks seperti biasa. Sementara aku akan buat mereka sibuk dulu sembari menunggu kesembuhanku," jawab Earl ringan tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar laptopnya. Arthur menghela nafas lelah.

"Sebaiknya segera selesaikan urusanmu sekarang dan istirahatlah. Kau sudah melewati jam kesepakatan kita untuk beristirahat," Arthur bangkit dari tempat duduknya dan mengelus puncak kepala Earl dan mengecup dahinya.

"Sedikit lagi. Setelah ini aku akan fokus istirahat untuk kesembuhanku," Arthur pun mengikuti arah tatapan Earl pada layar laptop itu dengan tatapan bosannya minta ampun. Earl menyeringai kemudian.

"Lihatlah, betapa bodohnya babi satu ini. Merangkak ke lubang kematian yang ku buat," Arthur tidak tertarik.

"Sudah? Ayo tidur," Earl pun tersenyum kecil dan mematikan laptopnya. Dan menuruti Arthur untuk tidur. Walaupun dalam keadaan sebenarnya adalah menemani Arthur tidur di atas ranjang Earl. Bukan untuk memastikan Earl istirahat.

-Mansion Parker-

Pagi yang sibuk di dalam Mansion Steve. Karena hari ulang tahun Jimy, Steve mengkhususkan dirinya untuk libur kerja selama tiga hari berturut-turut untuk memanjakan Jimy. Tentu saja ia adalah sosok papa yang royal, bayangkan saja jika Jimy yang seorang bocah laki-laki berumur tujuh tahun baru-baru ini, telah diberi hadiah arloji eksklusif puluhan juta dan mengundang seluruh teman-teman Jimy di panti asuhan distrik A.

Steve berdiri bersalaman dengan para pengurus panti asuhan dan terpancar aura bapak-bapak high class nya. Para kolega juga nampak hadir di Mansion Steve yang sekarang telah disulap menjadi pesta anak-anak.

Ballroom Mansion begitu luas dan penuh dengan anak-anak yang bermain. Berlari kesana kemari dan mencoba berbagai macam permainan yang telah di dekor oleh orang-orang Steve. Meja-meja berisi makanan manis pun berjajar rapi. Hingga minuman jus dari aneka buah pun tersusun rapi di atas meja. Steve tersenyum puas saat anak-anak disana dengan teratur mengantri untuk kantung permen dan coklat dari salah seorang pelayannya. Sangat manis sekali, Steve sangat suka dengan anak-anak.

Tetapi, begitu matanya menatap sang pangeran kecilnya, si pemilik pesta yang duduk menekuk kedua sikunya dan menopangkan kepala di atas meja. Di hadapan kue ulang tahun besar dengan hiasan berbagai tokoh superhero, Jimy cemberut menatap ayahnya jengkel. Steve menghela nafas pelan.

Jimy tentu saja jengkel karena ayahnya tidak mengundang Earl ke pesta ulang tahunnya. Padahal ini adalah pesta spesial baginya. Ia telah berusia tujuh tahun. Masa awal baginya untuk melanjutkan hingga dewasa. Dengan wajah menggemaskan Jimy sedikit memanyunkan bibirnya dan alis yang mengkerut kesal. Ia kesal bukan kepalang. Bahkan saat ayahnya datang menghampirinya, Jimy dengan aura permusuhannya langsung pergi menjauh menuju neneknya. Steve menggaruk kepalanya.

"Jimy. Ayolah, bukannya ayah tidak mau mengundang kakak Earl-mu. Hanya saja, ayah tidak punya kontaknya dan tidak tahu dimana rumahnya," kata Steve dengan nada memelas setelah ia berhasil menangkap Jimy. Dan Jimy dengan sewot menatap ayahnya tajam.

"Kan ayah bisa minta tolong paman Jade dan menyampaikan undangan ulang tahunku pada kak Earl. Ayah hanya tidak ingin berusaha saja," omel Jimy. Demi tuhan, Steve langsung mengerutkan dahinya tertekan sekali.

.

.

.

To be continued