"Apakah anak buahmu akan membunuhku karena aku menghajarmu habis-habisan kali ini?" tanya Earl. Arthur tersenyum kecil.
"Aku mati sekalipun mereka tidak akan berani menyentuhmu," ucap Arthur begitu lembut.
Earl menatap sudut bibir Arthur yang berdarah. Seperti bibir itu menghantam batu kerikil kecil di rumput karena Earl juga mengarahkan serangan ke kepala Arthur. Di bawah sini, melihat Arthur dengan pancaran cahaya bulan di belakangnya. Seperti lampu menyoroti mereka.
"Di masa depan, kau akan hidup bahagia tanpa seorang pun anak buahku yang mengganggumu. Kau akan hidup bahagia bersama anak-anak kita," Earl mendengus.
"Kau bermimpi terlalu tinggi," Arthur hanya tersenyum dan kemudian mencium dahi Earl.
"Ayo bangun. Kau bisa masuk angin tidur disini," Earl menutupi matanya dengan lengan kirinya. Ciri khas Earl ketika ia tengah dalam posisi pasrah.
"Aku lelah," jawabnya dan langsung membuat Arthur tertawa kecil.
"Aku baru saja menjadi samsak gorila yang mengamuk. Sekarang aku yang tengah terluka ini harus membawa gorila ini ke dalam kamar untuk beristirahat?" kata Arthur sembari mengangkat tubuh Earl.
"Kau pamrih padaku? Jika kau lupa palingkan wajahmu ke kanan dan lihat seperti apa jendelaku sekarang," ucap Earl kejam dan Arthur langsung tersenyum kecut.
"Aku akan ganti rugi, Ok? Berhenti mengungkit soal jendela," Earl pun memutar matanya malas.
Arthur menggendong Earl menuju kamar dan membaringkan Earl di atas lantai. Earl tidak protes. Karena tubuh Earl penuh dengan tanah dan baju putihnya berwarna hijau bercampur coklat karena berguling-guling di tanah belakang.
"Mandilah. Aku akan buatkan makanan untukmu," ucap Arthur kemudian mengecup bibir Earl cepat dan segera pergi menuju dapur. Meninggalkan Earl dengan pikirannya sendiri.
"Sampai kapan kau seperti ini, Arthur," gumam Earl. Ia menutupi matanya dan berpikir, bagaimana Arthur ingin menyiksanya dengan menyerang perasaannya.
Earl bahkan tidak tahu seperti apa rasanya jatuh cinta. Earl akui jika nyaman berada di sekitar Arthur, mengesampingkan bahwa ia orang yang menyeringai sambil menatapnya kemarin. Earl menjadi tidak tenang tentang pikiran itu hingga Earl merasa ragu untuk terus membiarkan Arthur mengatur hidupnya.
Di satu sisi, Arthur selalu berada di sekitarnya tidak pernah membawa masalah pribadinya ke dalam topik pembicaraan mereka setiap kali mereka berdebat. Tetapi selalu Earl yang mengungkitnya seperti melemparkan sepenuhnya pada Arthur ketika ia tidak mampu menghandle masalah itu.
Earl pun menyusul Arthur ke dapur dan mendapati Arthur telah selesai memasak makanan. Ia tidak lagi memasak untuk Earl, melainkan masak makanan untuk mereka berdua. Arthur tersenyum ketika melihat Earl dengan air masih menetes di ujung rambutnya. Sedangkan Earl dengan patuh langsung memakan makanannya.
"Seharusnya kau lebih memperhatikan rambutmu, Earl. Kau bisa masuk angin membiarkan rambutmu basah seperti ini hingga kering," Earl menggidikkan pundaknya tidak peduli.
"Siapa yang peduli. Kau akan tetap jatuh cinta padaku sekalipun aku tidak mandi setahun dan tidak pernah menyisir rambutku bertahun-tahun," ucap Earl angkuh dan dihadiahi tawa oleh Arthur.
"Ya. Kau tidak perlu melakukannya. Karena aku yang akan memandikanmu dan menyisiri rambutmu di masa depan," Arthur mengedipkan sebelah matanya pada Earl sebelum tatapan Earl berubah ganas.
"Aku akan memotongmu menjadi dua puluh tiga bagian dan aku akan membuangnya ke laut untuk jadi makanan ikan,"
"Aku akan menghantuimu. Melihatmu mandi dan menjampi-jampimu,"
"Arthur!" bentak Earl.
"Oke oke. Aku berhenti, makanlah dengan tenang, Oke?" Earl membuang muka dan kembali menyendokkan makanan ke mulutnya.
Earl memakan makan malamnya yang terlambat dengan khidmat bersama Arthur. Sesekali berdebat tidak penting dan berakhir Earl yang emosi sendiri. Earl diam-diam menatap cara Arthur di setiap gerakannya dalam makan. Terlalu sopan dan penuh dengan adab ketika mengunyah makanan dengan perlahan, memotong sayuran dengan ukuran kecil, menyendokkan makanan tidak dengan ukuran penuh. Earl melihat itu dengan jelas.
Seakan-akan ia seorang bangsawan di era Victoria. Earl menggelengkan kepalanya. Memikirkannya saja Earl sudah pusing. Earl hanya akan makan dan minum sesuai dengan keinginannya. Earl hanya akan mati kejang jika harus memasuki keluarga bangsawan karena peraturan ketatnya. Cara kau berjalan saja akan menjadi perhitungan. Sedangkan Earl? Hanya seorang wanita yang selalu berjalan cepat dan berlari seperti mengejar perampok.
Earl menyelesaikan makanannya lebih dulu. Ia segera membereskan peralatan makannya ke wastafel dan mulai mencuci. Disusul oleh Arthur. Arthur meletakkan bagian peralatan makannya ditumpukan piring Earl dan membantu Earl membilas piring-piring kotor. Ingin sekali Arthur melambatkan waktu ketika kebersamaan dan aktivitas kecil ini mampu membuat Arthur sangat nyaman.
Membayangkan di masa depan mereka akan sering melakukan ini bersama. Bahkan berkebun dan menanam lemon bersama. Melakukan pekerjaan rumah lainnya bersama. Sangat menyenangkan, Arthur mudah terharu jika Earl bersamanya di masa depan. Ketika mereka telah selesai mencuci piring, Earl membuka kulkasnya dan mengambil segelas susu dan membawanya ke ruang tengah untuk menonton TV. Sedangkan Arthur hanya mengekori seperti anak ayam di belakang Earl.
Earl menonton TV agar Arthur tidak mencari topik untuk berdebat lagi. Earl bahkan merasakan kepalanya sedikit berat karena Arthur menumpukan kepalanya di atas kepala Earl sedangkan ia berdiri di belakang sofa dan kedua sikunya ditumpukan di atas sandaran sofa. Hanya membiarkan saja Arthur bertingkah aneh-aneh. Earl terlalu malas. Yang terpenting adalah menunggu satu jam lagi agar ia bisa tidur. Ia bukan tipe orang yang akan langsung tidur ketika setelah makan, karena itu membawa penyakit tentu saja.
Acara malam hanya ada penayangan film-film dewasa dan sedikit ada film dengan genre action. Ketika Earl menonton sebuah film aksi dan banyak desingan peluru dan reaksi tegang ketika menontonnya, Earl malah mulai mengantuk. Arthur merasakan kepala Earl mulai sedikit oleng, menyadari jika Earl mengantuk. Dengan penuh pengertian Arthur mendudukkan diri di samping Earl dan mengelus kepala Earl, sesekali memainkan rambutnya.
Arthur tersenyum lembut ketika Earl menyandarkan kepalanya pada pundak Arthur. Ia bersingsut merapatkan posisi dengan Arthur ketika Earl sudah tidak sanggup untuk menahan kantuknya. Belaian tangan Arthur di kepalanya membuatnya gagal fokus pada dunia, hingga akhirnya Earl terjatuh ke alam mimpi. Sangat disayangkan oleh Arthur, sebenarnya ia masih ingin bersama dengan Earl menikmati malam ini sebelum ia kembali bekerja besok.
Arthur mematikan TV dan menggendong Earl dengan sangat hati-hati. Seperti Earl akan hancur ketika Arthur membawa Earl ke dalam kamarnya tidak hati-hati dan kasar. Membawa sentuhan lembut pada surai coklat yang telah mengering itu. Arthur merebahkan diri menyamping dan menatap Earl tertidur di atas ranjangnya dengan irama nafas yang teratur.
"Teruslah seperti ini. Jangan perlihatkan keindahanmu pada siapapun. Kecuali padaku..." gumam Arthur tersenyum lembut.
To be continued