Mereka langsung menuju distrik G dengan helikopter. Dibawah tekanan yang kuat, Tom membawa helikopter itu dengan keterampilan yang bagus walaupun ia tengah panik sekali. Mereka pun lebih cepat sampai di rumah sakit.
Tidak butuh lama bagi mereka untuk turun, karena lebih efisien ketika Finni meminta untuk menurunkan tangga gantung. Mereka turun dengan begitu epik di sebuah lapangan parkir yang sangat tidak mungkin memarkirkan sebuah helikopter militer disitu.
Tom mengurus helikopternya dibantu oleh Duke. ketika Finni dan Ricard langsung menuju UGD dan menemukan Earl masih di dalam ruang oprasi. Mereka langsung meminta keterangan dari perawat di ruang UGD dan kaki mereka langsung melemas seketika setelah mendengar kabar Earl.
"Ya tuhan... Aku pikir Earl akan mati." Finni bergumam masih dengan mata melotot ngeri. Ricard pun langsung disibukkan dengan ponselnya untuk menghubungi pusat agar segera mempersiapkan peralatan medis untuk Earl.
Tom dan Duke menyusul dan mendapati suasana tak terelakkan lagi sampai ketika pintu ruang operasi dibuka, mereka semua segera berhambur menuju dokter itu.
"Dokter! Bagaimana kepalanya? Apakah kepalanya baik-baik saja? Wanita itu masih hidup bukan?" Tanya Finni memborbardir sang dokter dengan banyak pertanyaan. Duke bahkan sampai menahan pundaknya agar bisa sedikit tenang.
Dokter tersebut begitu kaget dan langsung membawa mereka ke sebuah bilik untuk berbicara. Karena sangat mengganggu pasien lain yang terluka di UGD itu.
"Lukanya cukup serius. Karena benturan di kepala korban membuatnya gegar otak. Saat ini kami belum bisa mengambil tindakan untuk kepalanya." Ujar sang dokter pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Finni melotot tajam dan meraih kerah jas putih sang dokter dengan kasar.
"Bagaimana mungkin kau tidak berani mengobati luka di kepalanya. Kau tahu? Kepalanya itu mempunyai IQ seratus enam puluh! Setara Albert Einstein! Kau pikir apa yang kau lakukan dengan mengabaikan kepalanya, hah?!" Finni mengamuk. Sang dokter tampak terkejut dan langsung panik.
"Maafkan aku. Tetapi aku tidak punya pilihan lain. Aku dokter ahli saraf otak tidak berani mengambil pilihan lain. Anestesi total hanya akan menghilangkan respon dari pasien. Karena apabila langsung anestesi. Malah akan melumpuhkan seluruh kinerja otaknya. Terlalu beresiko!"
Dokter terlihat putus asa sekali ditekan oleh Finni. Ia juga punya prosedur tertentu untuk menjalankan operasi otak dan harus ada beberapa dokter lain yang mendampingi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Duke langsung menunduk dengan pikiran kalut ketika mendengar penjelasan dokter. Baik Finni dan Ricard langsung sama-sama terdiam. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka juga tidak tahu rencana Earl yang pergi seorang diri menyelidiki Arthur bisa berakhir seperti ini.
Mereka pun duduk dan menunggu di ruang tunggu setelah dokter mengatakan jika Earl masih dalam kondisi sadar. Hanya saja perlu tindakan oprasi untuk menangani tubuh bagian bawahnya.
Seperti ada awan mendung yang mengelilingi ke empat pria yang duduk terkulai lemas di kursi. Tidak ada yang bersuara saat itu. Semua terlalu tiba-tiba bagi mereka. Dan tindakan Earl termasuk dalam kecerobohannya sendiri sampai pada akhirnya membuat jalan buntu dalam kasus ini.
Mereka masih harus menunggu para dokter selesai mengoperasi bagian tubuh lain yang terluka di dalam ruang operasi. Dan itu sangat menyiksa mereka karena seperti menunggu Earl yang akan mati atau akan hidup disana.
Tak lama kemudian, dokter keluar dan memberi kabar pada mereka.
"Operasi telah selesai. Pendarahan di kepala telah ditangani oleh dokter William. Untuk operasi lainnya, pasien mengalami patah tulang paha di kanan dan kirinya. Tiga tulang rusuk bawahnya patah dan kami harus mengangkat ginjal sebelah kirinya yang sobek. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan saat ini kondisi pasien dalam keadaan kritis."
-Ruang ICU-
Di depan matanya sendiri Ricard memasuki ruang ICU dengan pakaian khusus. Ia melihat Earl disana terbaring dengan perban dan berbagai macam bau alkohol di tubuhnya. Kaki hingga perutnya telah terbungkus selimut. Dan tidak meninggalkan fakta bahwa dibalik selimut itu terlalu mengerikan untuk dibuka.
"Earl... apa yang sebenarnya kau cari." Ricard bergumam yang kemudian mengusap wajahnya putus asa. Ia berdiri di samping ranjang Earl dan hampir saja menangis melihat kondisi anak buah kesayangannya seperti ini.
"Astaga tuhan!" Pekiknya
Tetapi Ricard hampir terjungkal ke belakang kursi dan berteriak seperti perempuan ketika tiba-tiba mata Earl terbuka dan langsung menatapnya.
"...."
Earl hanya membuka setengah matanya dan kembali tertutup lagi kemudian dengan tenggorokan keringnya Earl berusaha menelan air liurnya. Ricard berpikir Earl dirasuki hantu karena tiba-tiba membuka matanya dan menatapnya. Dilihat dari ekspresi Earl yang menderita kesakitan Ricard pun duduk di kursi dan menatap Earl seakan-akan menuntutnya untuk memberikan penjelasan.
"Earl? Kau sudah siuman?" Tanyanya yang hampir disesalinya karena terdengar bodoh sekali. Earl memejamkan matanya. Seakan-akan sedang menertawakan pertanyaan Ricard.
"Sejak.. kapan aku... pingsan...."
Ricard memutar matanya. Benar juga. Selama operasi lima jam berturut-turut Earl sama sekali tidak membiarkan suster memberikan anestesi total untuknya. Earl terlihat sudah lebih baik dan melewati masa kritisnya lebih cepat.
Hanya saja permasalahan serius selanjutnya adalah Earl yang harus bertahan satu hari lagi untuk tetap dalam kesadarannya sebelum melakukan operasi penyedotan darah beku di dalam kepalanya.
"Earl, kau akan segera dipindahkan ke rumah sakit militer. Kau bayangkan saja Finni merekomendasikan C-130J[1] untuk mengangkutmu. Mungkin ia mengira dirimu seberat 5 ton dengan membawanya ke rumah sakit kecil ini."
Earl terlihat terkekeh lemah. Itu belebihan sekali. Memangnya ia kudanil raksasa? Finni mungkin memang sedang panik sekali.
"Ter...lalu berlebihan... cukup... ambu...lance...." Ucap Earl sambil berusaha untuk tidak tertawa.
"Kalau kau bisa bertahan selama sehari ini, kemungkinan kau bisa sadar dalam keadaan masih bisa mengingat semuanya. Tetapi ketika kau sudah hilang ingatan, aku tidak tahu harus bagaimana lagi." Ricard berkata dengan ekspresi serius sekarang.
Earl menutup matanya sebentar dan menatap Ricard dengan tatapan yang lagi lagi membuat Ricard tersulut emosi. Ini tatapan yang selalu ia terima ketika Ricard meremehkannya dan Earl selalu memberikan tatapan cemooh padanya. Sungguh percaya diri.
"Baiklah, baiklah. Setelah mulutmu tidak kelu, kau bisa menjadi saksi atas dirimu sendiri oleh atasan. Aku sama sekali tidak bisa membantu karena kau bertindak diluar izinku." Kata Ricard sudah menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sudah sejak tadi ia biarkan ponselnya bergetar tanpa mau mengangkat telepon.
Earl hanya diam dan kemudian menatap langit-langit pelapon ruangannya. Nampaknya Arthur mulai berani menyerang dengan membabi buta. Beruntung bagi Earl ia masih bisa selamat dari kecelakaan itu.
Walaupun sekarang ia harus terbaring di atas kasur dan menerima kenyataan sebelah ginjalnya yang rusak. Earl akan mengingat ini seumur hidupnya.
"Baiklah, satu jam lagi kau akan dipindahkan. Ingat jangan sampai kau tertidur." Ujar Ricard dan berdiri untuk bersiap memasang telinga dan menerima telepon masuk.
"...."
-Kantor Pusat-
Masih pukul tiga dini hari ketika keributan terjadi malam tadi. Earl telah dipindahkan ke rumah sakit militer dengan kawalan ketat. Beberapa helikopter pun mengawasi sekitar dan memantau langsung hingga mencapai rumah sakit.
Awalnya Earl menolak mentah-mentah dan ingin diantar dengan ambulance biasa karena terlalu menarik perhatian. Tetapi karena General Officer Army memberi perintah langsung mau tidak mau Earl harus patuh. Jika Earl bisa menggerakkan tangannya mungkin Earl akan menepuk jidatnya.
Dengan raut wajah begitu masam Earl menatap Finni yang menemaninya di dalam mobil ambulance ini. Finni acuh tak acuh melihat tatapan protes Earl padanya. Seakan sorot matanya berkata 'Aku tidak terpengaruh. Lupakan saja.'
Earl menghela nafas lelah. Dengan pendengarannya sekarang pun kawalan mobil di barisan depan belakang. Bahkan kanan dan kiri. Begitu juga suara bisingnya Huey Cobra yang dielu-elukannya ketika kecil. Earl kembali menghela nafas.
"Seperti parade saja." Earl bergumam dan kemudian memejamkan matanya tidak ingin tahu. Finni langsung melotot mengerikan.
"Dirimu sendiri yang memulai, okay? Jangan banyak mengeluh."
Ketika telah sampai pun Earl langsung ditangani serius untuk kepalanya yang cedera. Beberapa dokter ahli pun langsung bekerja atas perintah dari General. Syaraf pada kaki dan pinggul Earl telah diperiksa dan tidak ada yang begitu serius terluka.
Hanya bagian perut dan kepalanya yang mendapat perhatian khusus. Selain ginjalnya sobek, ada beberapa organ dalam yang ikut bermasalah. Membuat Earl mungkin akan sangat lama untuk bisa sembuh.