Chereads / The Night: Fantasy in two world / Chapter 3 - ch 3: Time Eater

Chapter 3 - ch 3: Time Eater

~Anni pov~

Setelah aba-aba dari kak Gabriel, Fia dan Mei langsung maju menyerang. Gadis bertopeng itu hanya menghindari serangan yang dilancarkan mereka berdua. Fia terus melacarkan serangan dari depan untuk mengalihkan perhatiannya dari Mei, sementara Mei menggunakan sihir terbang dan memelemparkan sabitnya dari belakang. Gadis itu mendorong tubuh Lesfia dan berbalik untuk menahan sabit yang dilempar Mei.

"Sekarang!..." Ucap kak Gabriel kepada Fasma. Dengan cepat, Fasma menerjang kedepan.

"Tcih... Apa kau kira pedang patah itu bisa mengenaiku, Time set, Triple Accel." Gadis itu menangkap sabit milik Mei dan menggunakannya untuk menyerang Fasma.

"Aqua, Water Assassin." Fasma menggunakan sihir air untuk mengganti mata pedangnya. pedang itu memang patah, tetapi ia telah merubahnya menjadi sebuah senjata sihir.

Fasma mundur lalu mencoba mencari celah dengan berlari memutar. Pengalamannya sebagai Assassin tidak begitu berguna dalam pertarungan jarak dekat. Tetapi ia selalu bisa menemukan celah dari lawannya.

"Jangan meremehkan pedangku nona, aku sudah memodifikasi Aqua menjadi pedang yang tidak mengenal batas jarak serang, jadi konsep jarak sudah tidak berlaku pada pedang ini." Fasma mengangkat pedangnya.

"Coba saja kalau kau bisa." Sanggah gadis itu sambil tersenyum.

Tanpa banyak bicara, Fasma langsung mengayunkan Aqua ke arah gadis itu. Pedang itu memanjang sesuai dengan perintah Fasma. Gadis itu mencoba untuk menangkisnya. tetapi karena mata pedang Aqua terbentuk dengan memanipulasi sihir berbasis elemen air, maka Aqua dapat dengan mudah menebus rapier miliknya.

Karena dari awal gadis itu telah mempercepat waktu pada dirinya, ia bisa menghindar. Mei kembali ke tempat kak Gabriel, sedangkan Fia masih terpaku di tempatnya. Gadis itu mencoba mengalihkan perhatian Fasma. Setelah menghidari serangan Fasma, ia berbalik dan menyerang Fia.

~Lesfia pov~

"Fiaa awaassss....." Suara seseorang mengejutkanku. Jrass....

"Fasma?" Kulihat fasma berada didepanku. Tangannya menggenggam pedang si gadis. Tak jauh dari tempatnya, gadis bergaun hijau itu tersenyum sinis. Ia mencabut pedangnya dari tangan Fasma dan seketika itu tubuh Fasma diam membeku seperti patung.

"Sekarang giliranmu gadis manis." Ucap gadis itu padaku.

Tiba-tiba sebuah benda melesat dengan cepat kearah gadis itu. Sepertinya ia terlalu lambat menyadarinya. Ia baru menhindar saat benda itu mengoyak sedikit gaunnya. Dengan cepat, aku kembali berkumpul dengan yang lainya.

"Wah wah, sepertinya kita kedatangan rekan baru." Kata kak Gabriel.

"Iya sih, tapi kenapa yang datang malah orang lemah begini." Kata Jonathan sedikit kesal.

"Fatih?!...." Anni terheran.

"Bisa kalian katakan, apa orang itu yang mengunciku di kamar mandi?" Tanya Fatih sambil menunjuk gadis itu.

"Ummmm.... Bisa jadi." Jawab Mei dengan nada datar.

"Dia sangat kuat, bahkan Jonathan saja sampai kewalahan." Jelas Anni.

"Hmmm... Itu mungkin terjadi karena Jonathan tidak menggunakan sihir untuk mempercepat pergerakannya, ditambah jenis pedang milik Jonathan adalah pedang dua tangan, jadi tidak begitu cepat jika lawannya rapier." Jelas Fatih.

"Tcih... Tau apa kau soal diriku." Ucap Jonathan mulai marah.

"Santai aja kale, aku kan cuma mengoreksi."

"Jika kau merasa hebat, lawan saja dia sendirian." Jonathan mulai menahan amarahnya.

"Baik, jika itu maumu aku akan melakukannya, tapi aku sarankan kalian untuk menjaga jarak, aku tidak mau kejadian seperti dia yang ada disana itu terulang lagi." Ucap Fatih sambil menunjukku.

"Baiklah, silakan saja kau atasi sendiri." Ucap Jonathan. Fatih lalu maju kedepan dengan tangan kosong.

*****

"Apa kau berniat menghadapiku dengan tangan kosong? lucu sekali bahkan temanmu yang lain saja memakai senjata dan tetap tidak bisa melawanku, apa kau yakin bisa?" Tanya gadis itu pada Fatih.

Tanpa banyak bicara, tiba-tiba Fatih berada di depan gadis itu sambil menodongkan pedang estoc kelehernya. Lantas semuanya terkejut karena gerakan Fatih terlalu cepat jika dibandingkan dengan sihir percepatan pada umumnya.

"Aku mungkin tidak pandai dalam hal sihir, tapi aku cukup terampil bila menggunakan pedang." Ucap Fatih padanya.

Gadis itu langsung mundur untuk menghindar, namun serangan Fatih sempat merobek lengan gaunnya. Sedikit darah keluar dari bekas luka itu.

'Padahal aku sudah menggunakan Triple Accel, tapi kenapa kecepatannya masih bisa menyamaiku.' Gadis itu mulai kesal.

"Time set, Fourfold accel" Ia menggunakan kecepatan tingkat 4 miliknya untuk membalik keadaan, tetapi tidak berhasil, karena serangan Fatih masih tidak bisa ditebak.

"Tcih, jika begini aku harus menggunakan 2 pedang." Ia kemudian mencoba mengambil pedang keduanya. "Apa, dimana pedangku?" Ia terkejut karena pedang keduanya hilang.

"Mencari ini nona?" Fatih menghentikan serangan dan menunjukkan pedang yang dibawanya.

"Kenapa itu bisa ada padamu?" Tanya gadis itu.

"Kau terlalu meremehkanku nona, sekarang kita lihat apakah sihirmu bisa menahan serangan ini?" Fatih lalu meneruskan serangannya.

Kecepatan serangan Fatih hampir sama dengan Triple Accel milik gadis itu. Fatih melayangkan tusukan berkali-kali kepadanya, dan sepertinya ia mulai kewalahan. Gadis itu mundur dan Fatih menghentikan serangannya.

"Apakah seranganmu tadi ada namanya?" Tanya gadis itu.

"Aliran pedang Tanpa Nama, Hundred of Guilty Thorns." Jawab Fatih.

"Jadi kau hanya menggunakan teknik pedang saja?"

"Tidak juga, aku tadi juga menggunakan sihir percepatan lo, apa kamu tidak menyadarinya?"

"Mustahil, bagaimana bisa sihir percepatan menyamai sihirku?" Gadis bertudung merah itu mulai heran.

"Berarti itu memang batasanmu, kau tidak waspada akan teknik tersembunyi yang dimiliki oleh lawanmu." Fatih kembali melanjutkan serangannya.

Mereka berdua kembali saling menyerang sampai akhirnya serangan mereka terhenti. Gadis itu menahan pedang Fatih dengan tangannya, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, Fatih tidak hanya membuat gadis itu terluka, tapi juga membuat ia terdesak.

"Sepertinya kau berhasil mengalahkanku." Ucap gadis itu.

"Fatiihhhh!....." Teriak Anni dari kejauhan.

*****

~Fatih pov~

Semuanya menghampiriku. Kami berdua pun melepaskan mata pedang yang kami pegang.

"Fatih, bagaimana bisa kamu tidak terpengaruh oleh sihirnya, padahal kamu terkena kontak langsung dengan pedangnya?" Tanya Jonathan yang tadinya terkejut.

"Entahlah, tanyakan saja pada murid baru yang mengunciku di kamar mandi itu, aku sendiri juga tidak begitu paham cara kerjanya." Jawabku.

"Murid baru?" Lantas semua mata tertuju pada gadis itu. Topengnya perlahan jatuh karena terbelah oleh serangan Fatih.

"Eidelweiiisss..." Terbukti sudah, siapa dalang dibalik kejadian ini.

"Jadi alasanmu tiba-tiba menghilang ditengah pembicaraan kita adalah karena...." Fia sedikit kaget.

"Ya ampun, aku ketahuan." Ucapnya dengan santai.

"Sebagai murid baru, sihirmu lumayan juga ya." Ucap Jonathan.

"Ya, sebenarnya itu adalah sihir dari Roshwood." Lanjut Edelweis.

"Tunggu, apa?" Tanya Anni.

"Apa kau memiliki 2 kepribadian?" Tanya Fia.

"Ya, aku... Tidak, lebih tepatnya Roshwood yang memilikinya, tapi ini bukan kelainan seperti itu, lebih tepatnya 2 roh yang bersemayam dalam satu tubuh." Jawab Edelweis.

"Ya.... Sepertinya kita harus mengembalikan waktu disini seperti semula, beritahu aku bagaimana cara melakukannya?" Tanyaku.

"Mudah saja, kau hanya perlu melemparkan pedang yang kau bawa itu sampai menancap pada pusat lingkaran jam di menara, tapi aku tidak yakin kau bisa melakukannya."

"Yah.... Aku tidak bilang kalau aku sendiri yang melakukannya, kak Gabriel, apa kau mau melakukannya, ini adalah keahlian tipe archer kan." Ucapku.

"Ya...mungkin aku bisa melakukannya. Kemarikan pedang itu." Aku pun memberikan pedang itu pada kak Gabriel.

"Fatih, Kak Gabriel, kalian saling kenal?" Tanya Anni.

"Ya tentu, kami kan berteman." Kataku.

"Gabriel... Arc Angel." Pedang yang dibawa kak Gabriel melayang lalu melesat kearah pusat lingkaran jam. Waktu di kota pun kembali berjalan.

Tiba-tiba Edelweis jatuh pingsan. Anni, Mei, dan Fia langsung membopong dan membawanya ke unit pengobatan sekolah, sementara aku, Kak Gabriel, dan Jonathan membantu teman-teman yang terluka di awal pertarungan.

*****

Seseoang berlari di koridor sekolah. Ia menggunakan seragam pelayan dan memiliki telinga runcing dengan warna rambut seperti gelapnya langit malam. Ia berlari menuju ruang pengobatan.

"Tuan puteri, apa anda baik-baik saja?" Ucapnya setelah ia membuka pintu ruang pengbatan.

"Kamu siapa?" Tanya Mei. Ia tidak menjawab pertanyaan Mei, tapi ia langsung mendekat dan memegang tangan Eidelweis.

"Eme.....lina...kau..kah...itu?" Eidelweis tersadar setelah 1 jam pingsan.

"Tuan puteri, harusnya kau tidak memaksakan diri." Kata Emelina. Eidelweis memposisikan tubuhnya. Ia lalu duduk di atas kasur.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Ucap Eidelweis.

"Apa kamu tidak ingat apa-apa tentang apa yang kamu lakukan tadi?" Tanya Anni.

"Entahlah, aku hanya ingat pada saat aku menemui Fia, setelah itu aku tidak ingat apa-apa."

"Ternyata yang dikatakan kak Gabriel benar, kau memiliki 2 kepribadian." Jelas Fia.

"Itu berarti Time Eater telah menjalankan tugasnya." Kata Emelina.

"Time Eater?" Tanya Eidelweis Heran.

"Itu adalah sisi lain dari diri anda tuan puteri, ia tau semua tentang diri anda, tetapi anda tidak pernah diberitahu tentang keberadaannya, itulah kenapa kakak menyuruh anda memperkenalkan diri anda dengan 2 marga." Jelas Emelina.

"Apakah itu sebuah sesuatu yang dirahasiakan?" Tanya Fia.

"Apa urusanmu menanyakan hal itu, toh kamu juga bukan siapa-siapanya tuan puteri." Balas Emelina.

"Ih... Nyebelin banget ni orang, padahal kan Fia cuma nanya." Mei mulai jengkel. Eidelweis tertawa kecil melihat tingkah Emelina dan Mei.

Di tempat lain, seorang lelaki paruh baya telah selesai memilih beberapa penyihir yang mampu bertahan dari kemampuannya. Ia adalah kakak dari Eidelweis sekaligus pangeran elf dari sisi lain dunia.

Berbeda dari Eidelweis, ia mampu mengendalikan mimpi seseorang. Mereka berdua adalah penerus dari kerajaan Eiflheim.

Sang pangeran memiliki julukan Dream Eater, sedangkan sang puteri memiliki julukan Time Eater. Mereka datang ke dunia ini untuk memilih beberapa penyihir muda untuk diajak ke sisi lain dunia.

~bersambung~