Ditengah ketidakmungkinan adanya perjalanan waktu entah mengapa ada harapan kecil yang dapat meyakini bahwa hal itu ada. Harapan kecil itu adalah media yang menyoroti dan menyiarkan bukti-bukti para pelintas waktu.Â
Bagi orang awam, berita yang dibalut dengan sedikit fakta akan mudah dipercaya. Seperti contohnya melibatkan bapak fisika terkenal yang tak lain adalah albert einstein yang telah mengemukakan jika perjalanan waktu itu benar-benar ada dan bentuknya tersebut seperti lubang cacing yang ada disekitar kita namun tidak dapat dilihat dengan begitu saja karena ukurannya yang sangat kecil. Namun sebenarnya, perjalanan waktu bisa dikatakan lebih rumit dibandingkan konsep lubang cacing itu sendiri.
Jika aku mengajukan pertanyaan setelah kalian menonton atau bahkan membaca tentang artikel melintasi dimensi, "Apa kalian percaya jika perjalanan waktu itu ada?"
"Sean, bagaimana hasil pencarianmu ada perkembangan?" Ucap seorang pria berbadan jangkung dengan membawa dua gelas kopi ditangannya saat membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan
"Oh, soal itu masih belum, next aku akan mengirimkannya padamu, thanks kopinya ohm," ucap sean sembari mengambil kopi dari tangan pria itu
"Oke, aku harap secepatnya ya an,"
"Tenang saja, by the way apa yang kamu bawa untukku?"Â
"Bawa untukmu?"
"Ga usah pura-pura ga tau, mana oleh-oleh dari kota bernama rotan itu?"Â
"Hahaha,, kota rotten bukan rotan, an,"
"Terserah,"
Sembari merangkulkan tangannya di pundak sean, dia berkata "Barang yang kubawakan untukmu, akan semakin membuatmu bangga memilikiku sebagai sahabatmu,"Â
"Apa itu, baru aku bisa menilainya,"
"Sebuah barang yang bisa membuat kita melakukan perjalanan waktu," ucap ohm dengan sangat percaya diriÂ
Jika pertanyaan itu ditanyakan kembali padaku. Maka, aku akan menjawab dengan yakin tidak. Jangankan perjalanan waktu, alien yang datang ke bumi dengan menembus ruang dan waktu saja sudah berada diluar logika manusia.Â
"Pulang, pulang dari kota rotan, tempat yang kamu katakan surga penelitian itu semakin membuat pemikiranmu menjadi-jadi, Ohm."
"An, percayalah padaku, kali ini beneran,"
"Percaya padamu? Percaya itu sama Tuhan,"
Mendengar perkataan yang baru saja diucapkan oleh sean, membuat raut wajah ohm berubah menjadi kesal. Sedangkan lawan bicaranya tertawa sangat lepas.
"Sean," ucap ohm dengan nada penuh penekanan
Ohm adalah penggemar berat hal-hal berbau sci-fi baik itu buku maupun film bahkan rumahnya pun di desain layaknya rumah-rumah yang berada di film yang pernah dia tonton.Â
Terkadang Aku mencoba menghentikannya untuk mengoleksi buku-buku serta film-film yang berbau sci-fi namun hal itu yang selalu membuat kami bertengkar. Aku sebagai sahabatnya terpaksa harus memaklumi kegemarannya terhadap penjelajahan waktu dan selalu menasihatinya bahwa hal yang berada diluar nalar manusia itu tidak pernah ada.Â
Namun, Ohm selalu mencoba membuktikannya kepadaku bahwa penjelajahan waktu itu benar adanya. Karena alasan itulah dia menjadi seorang peneliti agar dapat mendalami hal-hal mengenai perjalanan waktu. Penelitian itu dilakukan di perusahaan miliknya sendiri yang bernama Galaxy Roamer crop.
"Baiklah, jika itu yang kau inginkan, aku akan mempercayaimu, lalu apa yang kudapat?" Tanya sean
"Saat ini aku tidak membawa barangnya, bagaimana kalau kamu ikut ke laboratoriumku sekarang, an?"
Drrtt~ Drrtt~ Dering ponsel itu tiba-tiba memecah kebisingan, mencuri perhatian dari percakapan yang sedang berlangsung.
"Sebentar, ada yang meneleponku," ucap sean sembari mengangkat telepon tersebut
"Halo, dokter kim, ada apa?" Sambungnya
"Ha-halo, dokter an, ada pasien kecelakaan dengan diagnosis spleen rupture, dokter bedah lain sedang ikut seminar dan dinas luar. Hanya anda yang tersedia untuk tindakan operasi dok."
"Baiklah, aku segera ke OR," balas sean sembari bangkit dari kursinya. "Ohm, setelah semua pekerjaanku selesai, aku akan mendatangi labmu, sekarang aku pergi dulu. Sebelum pasien mengalami DOT." Sambungnya.
Saya, Sean Buffer, seorang ahli bedah yang percaya bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar keterampilan dan pengalaman medis. Bagi saya, setiap operasi adalah keseimbangan antara ilmu kedokteran dan mukjizat Ilahi. Saya meyakini bahwa Tuhan adalah awal dan akhir dari setiap kehidupan manusia. Namun, bagi sebagian peneliti, seperti Ohm, mereka hanya mempercayai sains dan tidak mengakui keberadaan Tuhan. Mereka berpendapat bahwa jika sains dan keyakinan religius dicampurkan, maka hasil penelitian akan saling bertentangan, seperti kutub magnet yang sama jenisnya, saling tolak-menolak.
~ Melihat sesuatu tidak selalu berarti kita harus mempercayainya. ~
"Mana, barang yang ingin kamu tunjukkan itu Ohm?" Tanya sean sembari memasuki lab milik ohmÂ
"Kamu sudah datang, bagaimana pasien spin capture itu, selamat?"Â
"Hahaha... Spleen rupture, untungnya dia masih bisa diselamatkan. Keberuntungan masih berpihak padanya," ucap sean dengan sedikit terkekeh
Ohm kemudian meninggalkan objek yang sedang ditelitinya dan segera membuka sebuah brankas sembari berkata "Tunggu sebentar, aku akan mengambil barangnya."Â
Tak lama setelah itu, ohm memperlihatkan sebuah gelang dengan hiasan batu kecil sebanyak 3 buah berwarna premier.
"Gelang itu, yang kamu maksud ohm?"
"Benar, saat gelang ini melekat ditangan dan sebuah mantra diucapkan-."
"Avada kedavra?" Sela sean
"Bukan, jangan menyelaku dulu apalagi sembari memberi umpan lelucon seperti itu,"
Salah satu hal yang wajib dilakukan sean agar hidupnya tenang adalah dengan mengganggu ohm yang kesabarannya setipis tisu.
"Saat gelang ini melekat ditangan dan sebuah mantra yang menjadi sandi gelang ini bekerja diucapkan sembari memikirkan tempat yang dituju maka-"
"Duarr~ Hahaha" ohm yang saat itu sedang serius menjelaskan menjadi terkejut
"An, tidak lucu sama sekali. Sudahlah, aku malas menjelaskannya padamu." Ucap ohm dengan kekesalan yang mengebu-gebu dan meletakkan gelang itu diatas meja.
"Maaf-maaf, tidak akan kulakukan lagi. Kali ini aku akan serius mendengarkan." Balas sean sembari menahan ohm yang mau kembali ke objek yang sebelumnya sedang dia teliti.
"Awas saja kalau kau melakukan candaan lagi,"
"Iya, aku janji. Cepatlah aku penasaran." Pinta sean
"Jadi jika gelang ini dipakai dan kodenya diucapkan sambil memikirkan tempat yang dituju, gelang ini akan membawamu kesana,"
"Bagaimana kamu bisa yakin? Kamu sudah mencobanya?"Â
"Belum,"
"Lalu."
"Pria itu sendiri yang langsung mengatakan seperti itu padaku saat memberikan gelang ini."Â
"Dan kau langsung percaya, Ohm?" Tanya sean dengan raut wajah kebingungan apakah temannya ini pintar atau bodoh, kalau bodoh tidak mungkin dia menjadi peneliti dan hampir semua project miliknya terkenal di kalangan para peneliti dan di sponsori. Tapi kalau pintar tidak mungkin dia langsung menelan mentah-mentah perkataan orang itu dan mempercayainya begitu saja.
"Tentu saja, selama itu berkaitan dengan perjalanan waktu."Â
"Astaga, ohm. Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata apapun lagi padamu, lanjutkan." Ucap sean pasrah dengan keobsesian sahabatnya itu
"Lalu, dimana kamu bertemu dengan pria itu?" Sambung sean
"Di terowongan mocus, kota rotten punya terowongan yang sangat panjang dan dipercayai jika melewati ujung satu ke ujung lainnya dengan berlari penuh harap, maka dia akan melintasi dimensi."
"Kamu menanyakannya, kenapa dia memberikan gelang itu padamu?"
"Hmm, pemilik gelang ini mengatakan kalau dia tidak membutuhkan gelangnya lagi, dan berpesan jangan sampai gelang ini jatuh ke tangan yang salah, maka dunia perjalanan waktu akan hancur."
"Bukankah dia sudah memberikannya ke orang yang salah?" ucap sean sembari menahan tawa
"Maksudmu aku," ucap ohm sembari menunjuk dirinya dan lawan bicaranya tertawa kecil
"Mendengar penjelasanmu, aku yakin gelang ini palsu. Tidak mungkin dia memberikannya begitu saja padamu, sedangkan dia baru saja berkata jangan sampai gelang tersebut jatuh ketangan yang salah. Pasti, dia akan menyimpannya baik-baik. Meskipun dia tidak memerlukannya lagi."
"Mungkin, dia melihatku sebagai orang yang tepat."
"Dimana kantong plastik, aku ingin muntah." Balas sean sembari mengernyitkan wajahnya seperti orang yang benar-benar ingin muntah. Melihat ekspresi sean yang merasa jijik, Ohm segera membalasnya dengan tepukan yang keras dan diiringi pekikan "aww".
"Baiklah, baiklah. Kau sudah meneliti gelang ini?" Sembari mengelus pundaknya yang terasa panas
"Pernah, hasilnya menunjukkan bahwa gelang ini terdiri dari batu meteor dengan komposisi pada umumnya dengan masing-masing berdiameter 1 cm. Tidak ada yang aneh hanya saja medan energi yang dihasilkan bisa mencapai frekuensi 800-850 THz. Melihat data itu aku benar-benar terkejut. Karna Pada rentang frekuensi itu, energi dari batu meteor berpotensi menghubungkan dua titik dalam ruang-waktu sehingga mampu membentuk portal sementara. Jika kita kaitkan dalam teori multiverse, ada kemungkinan bahwa setiap objek memiliki "jalur" ke dimensi lain. Batu meteor yang dipilih mungkin dapat mengakses jalur-jalur ini melalui pengaturan medan energi tertentu, yang dihasilkan oleh interaksi antara batu meteor dan gelang yang menghiasinya. Setelah mendengar hasilnya, bagaimana, apakah kamu sudah percaya, an?" Ucap OhmÂ
"Hahaha,, entahlah." Balas sean sembari menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal.
"Yang jelas ada suatu hal dari benda ini yang hanya bisa dibuktikan dengan tindakan bukan dengan teori,"Â
"Bahkan teori-teori yang dikemukakan oleh ilmuwan ternama masih menjadi topik perdebatan di kalangan ilmuwan. bagaimana kita mau membuktikannya, kamu ingin menjadi bagian dari ilmuwan yang meninggal karena penemuannya?"
"Tapi berkat ilmuwan yang mau berkorban itu, kau bisa menggunakannya sebagai pengobatan seperti radioterapi dan CT Scan itu." Balas Ohm tidak mau kalah
"Aku kalah, bagaimana kita membuktikannya?" Ucap sean
"Dengan memakainya, baiklah aku akan memakaikannya ke tanganmu," sembari menarik tangan sean perlahan
"Heh, Pantas saja, kau terlihat tidak takut, lalu apa sandi untuk mengaktifkan gelang ini?"Â
"Untuk pergi 'Universum Migra', dan untuk kembali 'Redire Universum' apa kamu sudah ingat, an?" Ucapnya sembari memasangkan gelang itu
Namun belum sempat sean mengucapkan sandi itu, gelang yang sudah melekat di pergelangan tangannya memancarkan cahaya yang sangat menyilaukan mata mereka. Dan saat cahaya itu meredup sean segera membuka matanya dan menemukan bahwa dia sudah tidak berada di dalam laboratorium.