"Di mana ini?" gumam Sean sembari matanya terus berkelana, mencoba memahami tempat apa yang di datanginya itu. Namun orang-orang yang berlalu-lalang disekitarnya seperti tidak menyadari kehadirannya sama sekali.
Tak lama kemudian, perhatian Sean teralihkan oleh papan iklan digital dan menarik pandangan orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.
"Malam ini, Kota Kanaki bersiap menyaksikan sebuah keajaiban alam yang jarang terjadi yaitu hujan meteor yang diperkirakan akan menghiasi langit malam dengan pesona yang tak tertandingi. Badan Pengamat Antariksa telah mengonfirmasi bahwa fenomena ini akan dimulai tepat pada pukul 7.30 P.M., menjadikannya hujan meteor pertama di tahun ini
Kota Kanaki, dengan latar belakang pegunungan yang megah, telah menjadi tujuan bagi ribuan pengunjung yang bersemangat untuk menyaksikan peristiwa langka ini. Suasana di sekitar lokasi sangat antusias, dengan keluarga dan kelompok teman yang berbondong-bondong membawa perlengkapan untuk menikmati momen yang mungkin hanya terjadi sekali dalam beberapa tahun. Para astronom amatir dan profesional juga hadir, membawa teleskop dan kamera, siap mendokumentasikan keindahan yang akan segera menghampiri mereka.
Bagi Anda yang berencana untuk menyaksikan keajaiban malam ini, kami sarankan untuk segera berangkat menuju Kota Kanaki. Siapkan diri Anda untuk merasakan keajaiban alam semesta yang luar biasa. Nikmati setiap detik dari pertunjukan langit ini, dan tetaplah bersama kami untuk informasi dan berita terbaru." Ucap presenter berita
"Tiba-tiba sekali, hujan meteor. Tunggu... Meteor?" Ucap sean sembari melihat kembali papan layar digital itu mencoba memastikan apa yang baru saja didengarnya.
Setelah menyadari kebenaran yang baru saja ia dengar, pikiran Sean dipenuhi dengan ide-ide yang tak masuk akal. "Haha, aku tidak akan membiarkan pikiran intrusif ini menjadi kenyataan," ujarnya, berusaha menepis dorongan yang menggodanya untuk terjun ke dalam petualangan gila.
"Daripada melakukan hal lain, lebih baik aku memikirkan bagaimana caranya kembali. 'Universum Migra' untuk pergi, dan untuk kembali itu 'Re-vada Universe'?. Tamat riwayatku, aku akan berakhir disini selamanya,, aku lupa sandinya. OHMM, Ini semua ulahmu!" Teriak sean membuat orang disekitarnya mulai menatapnya dengan tatapan aneh.
Merasa malu karena teriakannya tadi, sean segera berlari dari tempat itu. Kemudian menghampiri seseorang yang sedang duduk dan mengajukan pertanyaan padanya "Maaf sebelumnya, tanggal dan tahun berapa sekarang?"
"22 Februari 2020, tuan." Balasnya
"Oh, oke terimakasih." Ucap sean lalu segera pergi menjauh
"Jika sekarang 22 Februari 2020, itu artinya aku datang ke 5 tahun yang lalu atau mungkin saja aku berada di dunia paralel. Karena ponsel milikku tidak bisa mensinkronkan waktu bahkan bekerja semestinya. Oh shit! dengan bodohnya aku menjadi kelinci percobaan dan melakukan perjalanan waktu itu. Setelah merasa kalah karena perdebatan yang mencoreng jas putihku. Sekarang semua beban berada dipundakku, pantas pundakku terasa berat bukan karena makhluk halus ternyata.
Okei, Baiklah, sekarang aku percaya bahwa perjalanan waktu, penyintas, lintas dimensi entah apalah itu sebutannya benar adanya. Tapi dengan catatan kalian harus punya alat untuk menembus ruang dan waktu itu. Karena tanpa alat itu bagaimana kalian akan berpindah tempat. Dan yang paling penting kalian memahami cara kerjanya tidak sepertiku yang akhirnya berakhir seperti ini." ucap sean dengan sedikit rasa sedih
Dia menatap kosong ke kejauhan, seolah berusaha menangkap gambaran masa lalu dan masa depan yang saling berputar. "Kalian tahu, kenapa aku masih tetap bersahabat dengan Ohm meskipun aku terus berdebat tentang perjalanan waktu ini? Sebenarnya jauh sebelum aku menjadi seorang dokter. Aku mempelajari banyak teori-teori tentang perjalanan waktu karena hal sepele terlintas dipikiranku yaitu bagaimana jika aku bisa kembali dan memperbaiki kesalahan-kesalahanku? Tapi ya sebenarnya dengan setiap kesalahan itulah yang membentuk siapa aku sekarang. Dan karena tindakan bodoh ohm aku bisa merasakan perjalanan waktu yang nyata ini disaat teori-teori konspirasi perjalanan waktu masih diperdebatkan. Huftt... Kenapa jadi cerita sedih. Semuanya belum berakhir mungkin saja hujan meteor itu adalah jawabannya."
Taksi!!.." ucap sean sembari memberhentikan mobil taksi yang akan melewatinya
Taksi itu berhenti di depannya, dan tanpa ragu, Sean segera melangkah masuk ke dalamnya.
"Selamat sore, tuan. Anda mau ke mana?" tanya supir taksi dengan nada ramah.
"Ke Kota Kanaki, tempat terjadinya hujan meteor," jawab Sean, mencoba menyampaikan maksudnya dengan tegas.
"Baik, Pak. Mari kita berangkat," sahut supir sambil menyalakan mesin.
Sean terdiam sejenak, lalu menambahkan, "Oh, Pak. Sekarang pukul berapa ya?"
"Pukul 6 sore, Tuan," jawab supir taksi sambil melihat ke arah jam di dashboard.
"Apakah kita bisa sampai di sana tepat waktu?" tanya Sean, sedikit cemas.
"Jaraknya sekitar 45 menit dari sini, jadi Anda tidak akan terlambat," balas supir dengan percaya diri.
"Terima kasih atas informasinya, Pak," ucap Sean, merasa sedikit lebih tenang.
"Tentu, sama-sama," balas supir dengan senyuman di wajahnya.
Setelah itu, Sean terdiam, matanya terfokus pada bangunan-bangunan yang melintas di luar jendela mobil. Gedung-gedung menjulang dengan arsitektur modern, dihiasi kaca yang memantulkan cahaya matahari, menciptakan permainan cahaya yang menawan. Dia memperhatikan kendaraan-kendaraan yang melaju cepat di jalan, suara klakson dan deru mesin menjadi latar belakang yang samar. Sementara pikirannya terbenam dalam lamunannya. Dia merasa seolah terasing, terjebak antara kenyataan yang ada dan harapan yang mengemuka di dalam dirinya.
"Tuan, kita telah sampai," ucap supir taksi, mengeluarkan Sean dari lamunan.
"Oh... Berapa, Pak?" tanya Sean, baru menyadari bahwa mereka telah tiba.
"Totalnya 202.000, Tuan," jawab supir sambil menatapnya melalui kaca spion.
Sean mengeluarkan uang dari dompetnya dan menyerahkannya kepada supir taksi. "Ini, Pak," ucapnya, mengulurkan uang dengan tangan yang sedikit bergetar.
"Terima kasih, Tuan," ucap supir taksi, menerima uang itu dengan hormat.
"Sama-sama, Pak," balas Sean, merasakan sedikit beban yang terangkat dari pundaknya.
Taksi itu melaju pergi, dan Sean berdiri sejenak di tepi jalan, merenungkan langkah selanjutnya.
"Uang yang kupunya masih laku untuk membayar taksi. Meski ponselku tidak berfungsi, setidaknya aku masih bisa menggunakan uangku di sini. Sekarang aku bisa sedikit tenang. Lebih baik aku segera masuk ke dalam," pikirnya,
Sean kemudian berjalan menuju paling depan diantara kerumunan orang banyak itu. Sangat sulit untuk meraih bagian depan tapi menurutnya dibagian depanlah hujan meteor itu dapat terlihat dengan jelas.
"Permisi."
"Maaf." Ucap sean sembari melewati kerumunan orang banyak di lokasi itu yang Tak terhitung jumlahnya
Dan tepat saat sean berada paling depan, hujan meteor itu mulai turun satu persatu hingga banyak sekali. Sean coba mengabadikannya dengan kamera ponselnya. Namun tiba-tiba saja sesuatu hal yang tidak disangka mengejutkan diri sean.
"Bagaimana mungkin?" Ucapnya