Chereads / two named girl / Chapter 7 - chapter 6

Chapter 7 - chapter 6

musim salju sudah berakhir kini diganti musim semi dengan banyak bunga indah yang bermekadan sepertinya pagi ini ada tamu yang akan berkunjung ke mansion ini. karena sejak pagi terlihat Ivan , zen dan Roland berjalan kesana kemari membereskan tempat kerja dan membuat makanan lebih. setelah selesai menata semua ruangan mansion zen dan Ivan pun tidak terlihat lagi. dan hari ini aku akan menghabiskan waktu dengan buku ku sementara mereka melayani tamu. saat aku baru saja membuka halaman pertama buku ku, terdengar suara ketukan pintu yang tidak sabaran. aku pun hanya membiarkan pintu itu di ketuk, mungkin karena aku tidak menghiraukan nya orang dibalik pintu itu membuka pintu itu lalu menghampiri ku ,sebuah bayangan anak kecil muncul di bawah sofa yang sedang ku duduki tepat di depan jendela yang mereflekan cahaya. anak itu melipat tangannya kebelakang lalu bertanya "permisi kakak apakah kakak salah satu penanggung jawab disini? boleh kah sofie tau ini dimana sepertinya sofie tersesat." aku menatap bocah yang sedang menatapi ku. bocah itu memiliki aura yang familiar dan sangat mirip dengan Ivan. rambutnya bewarna putih matanya bewarna Ruby ,tubuhnya langsing ,wajah nya putih, dan memakai terusan ghotik yang indah ,sangat cocok sekali dengan gaya mansion tua ini. aku menjawabnya dengan senyum "kamu sedang ada dilantai dua dan ruangan ini adalah sebuah perpustakaan".

dia terlihat sedikit bingung dan murung, lalu aku bertanya "apakah kamu mencari Ivan namun berakhir tersesat?" .

anak itu terlihat sedikit malu lalu mengangukan kepala nya. tingkah nya sangatlah manis, aku pun menawarkan bantuan padanya "kamu mau tidak aku antarkan ke Ivan?". wajah murung nya tiba tiba berubah menjadi ceria dan makin mendekati ku ,dia menggenggam tangan ku lalu berkata "benarkah kakak mau mengantarkan sofie ke kakak ivan?". wahhh wajah nya sangat imut saat dia begini ,uhh rasanya aku jadi jatuh cinta pada anak imut ini. dengan senyum manis di wajah ku "iya". aku beranjak dari sofa dan tanpa melepas genggaman anak imut itu ,lalu kami keluar dari perpustakaan ,di sepanjang mansion kami berjalan dan hanya berjalan rasanya canggung. tiba tiba anak kecil imut itu bertanya dan menatap kearah ku "nama ku sofie! bolehkah Sofie tau nama kakak?" aku yang terleleh kan oleh keimutannya itu pun menjawab ''tentu, nama ku estelle" .anak itu kembali tersenyum imut sambil mengancungkan jarinya berbentu janji dan berkata "kak mau kah kakak menjadi teman Sofie, dan setiap tahun Sofie mengunjungi mansion ini mau kah kak Estelle bermain dengan sofie?". aku mengangguk dan berkata "tentu saja aku mau ,aku akan bermain dengan mu sampai kamu puas". Sofie berseru kegirangan ''yayy''.

sesampai nya di ruang tamu Sofia kembali ke ibunya ,Sofia menceritakan semuanya pada ibunya. ibu Sofie tersenyum dan berkata padaku "terimakasih sudah membawa Sofie kembali jika tidak dia mungkin sudah membanjir mansion ini dengan air matanya,dan maafkan kami juga sudah merepotkan mu". aku tersenyum kembali kepada ibu Sofie dan berkata "tidak apa apa Sofie tidak merepotkan ku kok". ibu Sofie langsung tersenyum lagi dan menjawab "wah kamu sangatlah baik ,seandainya kamu menjadi istri Ivan aku pasti akan langsung menyetujui".tiba tiba Ivan muncul entah darimana dan berkata "jangan bilang yang aneh aneh Bu ,aku tidak mungkin menikahi orang seceroboh estele" . Sofie memukul Ivan dan berkata "jangan begitu kak Estelle itu baik kak Ivan jahat sudah mengejek kak Estelle ,lagian pasti menyenangkan jika kak Estelle jadi kakak perempuan ku". aku hanya terdiam karena alur pembicaraan ini entah kemana dan tiba tiba Roland menyela di sela sela pembicaraan kami dan berkata "--ekhem--

kita akan segera memulai pembicaraan kita kan? mari duduk nona derora". setelah itu mereka berempat memulai pembicaraan mereka. dan secara tidak sadar aku melihat ke arah ibu Sofia ,ibunya memiliki rambut putih ,namun warna mata nya bukan lah merah atau pun Ruby ,warna mata ibu sofie tidak lain bewarna hitam pekat sama seperti warna rambut Roland.

karena Roland ,Zen, ibu sofie , dan Ivan memiliki urusan yang ingin di bicarakan Roland menyuruh ku bermain dengan Sofie sebentar, lagian Sofie terus berada di dekat ku sedari tadi dan terus bersikeras ingin bermain denganku. Sofie mengajak ku ke taman belakang mansion ,lalu bertanya "kak Estelle apakah kakak memiliki saudara?" .aku menatap Sofie kemudian menatap ke jendela mansion ,dan menjawab "aku tidak mengingat apapun tentang masa lalu ku" .Sofie terlihat terkejut dan merasa bersalah ia menarik gaun ku dan berkata "maafkan Sofie kak Estelle ,karena Sofie mengingat kan kakak pada suatu yang buruk". aku menjawab dengan sedikit khawatir ''tidak apa apa kok tenang saja sofie".

setelah itu kami tidak membicarakan tentang itu lagi ,Sofie terlihat sibuk menangkap kupu kupu yang berterbangan ,kami berdua merakit perahu dari kertas ,membuat mahkota bunga ,dll .setelah bersenang senang lama nya Sofie tertidur di atas tumpukan mahkota bunga ,lalu berbaring di atas nya selama beberapa menit ,kemudian bangun, lalu memetik sebuah bunga putih yang indah, kemudian ia berlari ke arah ku dengan girang dan berkata "Kak lihat! sofie menemukan bunga Lily! indah sekali bukan? ini untuk kak estelle!" sambil menyodorkan bunga itu padaku , aku menjawab dengan senyuman lalu berkata "indah sekali , terimakasih!".

pagi pun menjadi malam ,nona derora dan Sofie pun pulang ke kota.

setelah itu aku membantu Roland memasak ,aku sedang memotong timun yang besar ,sambil terlelap dalam lamunan ku . aku teringat Sofie berkata ''bunga Lily '' beberapa kali ,aku merasa aneh karen aku hanya mengingat bagian "Lily" nya saja. tiba tiba sebuah memori kecil ,melintas ke otak ku. memori itu berisikan suara seperti ada yang memanggilku siapa itu? wajah mereka sangatlah samar. ada seorang perempuan yang memanggilku dan berkata "Lihat Lily disini ada bunga Lily! sangat mirip sekali dengan nama mu!" senyuman wanita itu terlintas di benak ku beberapa kali bersamaan dengan suara itu. siapa itu "Lily?'' sangking tidak fokusnya karena suara itu terus terlintas di benak ku ,pisau untuk memotong timun itu terjatuh dari genggaman ku ke lantai dan aku pun terhuyung. Roland yang terlihat sedang merebus air spontan langsung menghampiri ku. dia berkata dengan suara besar dan wajah nya yg penuh kekhawatiran "Estelle! kamu tidak apa apa?". dia menggenggam ku erat dan menggendong ku di kedua lengan nya ,dia meletakkan ku di sofa. aku yang tergeletak mencoba berdiri dan berkata "aku tidak apa apa hanya sedikit melamun". saat aku mencoba berdiri dari sofa ,Roland bersikeras menyuruh ku istirahat dan tidur sampai makan malam. aku ingin menolak namun kantuk ku segera mengambil ahli kesadaran ku. aku pun tertidur pulas.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

thanks for reading ,see you on next chap!

to be continued in chapter 6~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~