aku terkejut ketika melihat orang yang membuka pintu tersebut adalah Roland.
Roland menghampiri ku dan Sean dengan wajah tanpa ekspresi.
Sean menggenggam tangan kanan ku lalu menarik ku keluar dari perpustakaan.
Roland dengan cepat menarik tangan kiri ku. menyadari itu, Sean dengan cepat menarik ku keluar dari perpustakaan.
tidak kuduga Roland melepaskan tanganku begitu saja. dan di tangan kiri ku terasa sebuah benda kecil yang dilipat lipat.
Sean menarik ku sampai luar mansion. dengan cepat ia mengeluarkan hp dari kantongnya dan mulai menelpon seseorang.
aku melirik benda kecil di tangan kiri ku. ternyata itu adalah sebuah kertas. apa yang ingin Roland sampaikan kepadaku?
baru saja aku mau membaca kertas tersebut. Sean dengan cepat menarik ku lagi dan dengan nada terburu buru ia berkata "ayo kita pulang".
aku memasang wajah bingung. Sean tidak menghabiskan waktu lagi dan kembali menarik ku jauh dari mansion itu.
aku melihat kebelakang dengan ekspresi bertanya tanya.
aku tidak ingin meninggalkan perpustakaan itu, aku juga tidak ingin meninggalkan mansion itu.
tetapi kenapa kaki ku terus berlari walau aku tidak mau meninggalkan mansion tersebut?
"bagaimana cara kita pulang?" aku bertanya pada Sean yang terlihat seperti kiamat sudah didepan mata.
"tenang saja, ikuti saja aku dan jangan lepaskan genggaman ku!". jawab Sean dengan cepat sambil berteriak.
dari belakang aku bisa mendengar suara laki laki yang berat dan kalem. aku menoleh ke belakang dan mendapatkan Roland sedang mengejar kami.
Sean yang melihatku menoleh ke belakang ikut menoleh. saat ia melihat sosok Roland. bola mata Sean langsung melebar, dan ia langsung berlari 2 kali lebih cepat.
Roland tidak putus asa dan tetap mengejar kami. ia berteriak beberapa kata, dan aku mendengarnya dengan jelas.
"BACA KERTAS ITU". teriaknya.
tidak lama setelah itu, dihadapan kami ada sebuah helikopter yang cukup besar untuk empat orang atau lebih.
Sean menggendongku dan memasukan ku ke helikopter tersebut. dan entah dari mana dua orang muncul dari bawah tempat duduk pilot dan kop pilotnya.
Sean memerintah dua orang tersebut untuk menerbangkan helikopter ini secepatnya.
helikopter pun dengan cepat melayang di udara. Roland yang semakin dekat masih tidak menyerah dan masih berteriak.
setelah helikopter berada di atas langit, Roland tidak terlihat lagi. bahkan suaranya tidak terdengar lagi.
Sean menghela nafas panjang. wajahnya yang terlihat terburu buru sekarang menjadi lebih tenang.
ia menoleh ke arah ku dan menatapku, ia tersenyum manis dan berkata "sepertinya kamu sudah capek berlari seperti itu, bagaimana kalau kamu tidur? sebentar lagi akan sampai kok".
lagi lagi tubuh ku tidak bergerak semauku. aku memejamkan mataku dan langsung tertidur di bahu Sean.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
aku terbangun disebuah tempat yang familliar. ini adalah kamar ku di Jerman sebelum kecelakaan tersebut.
aku menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa ini memang kamar ku.
aku melihat tangan kiri ku yang terasa basah dan tidak nyaman. terlihat sebuah kertas yang hampir basah karena keringat di tangan.
baru saja aku mau membuka kertas tersebut. pintu kamar ku terbuka. spontan aku langsung menimpa kertas tersebut dengan telapak tangan ku diatas kasur.
Sean menatap ku sambil tersenyum dan bertanya "sudah bangun?".
aku tidak membalasnya dan hanya memberinya senyuman sebagai tanda.
aku lalu teringat dengan sesuatu. dengan cepat aku menatap Sean dan bertanya "bagaimana keadaan ibuku saat aku tidak ada?".
Sean mengalihkan pandangannya ke jendela kamar. samar samar aku melihat senyuman kecil di wajahnya. ia menjawab "aku tidak bilang padanya bahwa kau mengalami kecelakaan. dan... semakin hari kondisinya semakin baik, dan sekarang dia sedang sangat bahagia".
"oh baguslah.." jawab ku sambil mencerna kata kata Sean.
"bawa aku ke ibuku!". ucapku
Sean menatap ku sambil terdiam. aku merasa ada yang aneh dan bertanya sekali lagi "aku ingin melihat ibu ku".
"baiklah... mari kita kunjungi ibu mu setelah kau selesai makan, oke?". tanya Sean dengan nada manis dan meyakinkan.
aku menganggukan kepala ku.
Sean menggengam tangan ku dengan lembut dan membantu ku berdiri dari kasur.
kami pergi menuju meja makan, Sean pergi ke dapur untuk menyuruh koki untuk memasak makanan untuk ku.
baru saja aku mengambil kertas dari Roland dengan pelan dan hati hati dari tangan kiri ku. tiba tiba Sean muncul dengan beberapa makanan yang dibawa pelayan.
Sean duduk didepan ku. sambil tersenyum ia berkata "makanlah".
aku lagi lagi hanya menggangguk dan menghabiskan makanan yang ia siapkan. aku dapat menghabiskan semua makanan itu karena semuanya adalah makanan favorit ku.
setelah makan, Sean membawa ku ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
Sean menyuruhku untuk menunggunya.
aku melihat sekitar parkiran. tidak ada satupun mobil terlihat. sekitar ku terlihat sangat kosong.
aku dengan cepat mengingat kata kata Roland
"Sean akan membunuhmu".
aku menggeleng geleng kan kepala. lalu secara tidak sadar aku mengangkat tangan kiri ku sampai ke arah pandangan ku.
terlihat sebuah kertas kecil yang hampir basah dan terlipat-lipat.
aku membukanya dengan cepat. ternyata kertas itu bukan lah kecil tapi hanya tampak kecil.
kertas itu sangatlah besar. sebesar kertas HVS.
tulisan dikertas itu terlihat ditulis dengan buru buru, dan kertas itu lumayan sulit dibaca karena sudah setengah basah.
"jangan percaya pada Sean. dia tidak seperti yang kau bayangkan. larilah selagi kau bisa. mungkin kau tidak tahu, tapi dia adalah seorang pisikopat gila".
baru saja aku selesai membaca surat tersebut. Sean muncul di hadapanku dengan cepat.
"apa yang sedang kau baca?" tanyanya dengan nada tenang dan manis. namun aku tidak merasa tenang sama sekali.
ekspresi wajah Sean sangatlah mengerikan. ia terlihat seperti ingin mencabik cabik ku saat ini juga.
aku dengan refleks melarikan diri dari tempat itu.
tiba tiba Sean menarik tangan ku dan menggenggamnya dengan kuat dan bertanya "kenapa kau berlari? ga jadi mengunjungi ibumu?".
mengingat ibuku, aku langsung berteriak "dimana ibuku!?".
Sean terdiam sebentar. menit selanjutnya ia tersenyum lebar.
"di sana" ucap Sean sambil menunjuk atap gedung parkir.
"apa maksudmu?" tanyaku. perasaanku mulai memburuk.
"M.A.T.I". ucapnya tidak melupakan nadanya sambil tersenyum girang.
"bren*sek". teriak ku, nada ku terputus. aku berusaha membebaskan tangan ku dari genggamannya.
menit berikutnya aku merasakan sesuatu yang dingin menempel di kepalaku bagian kiri.
Sean menodongkan pistol ke kepalaku. spontan kakiku berasa lemas dan ketakutan ku mulai menguasai diriku. butiran air mulai berjatuhan dari mataku.
"kenapa kau melakukan ini!?". teriakku sambil terisak.
Sean menatapku sambil tersenyum manis dan terlihat jelas dimatanya ada sebuah perasaan yang menggilakan.
"karena.... aku menginginkan semua milik orang lain menjadi milik ku?". ucap Sean dengan tidak yakin dan ekspresi wajah yang tertulis aku juga tidak tahu mengapa.
aku tidak tahu harus berkata apa.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
to be continued đ