Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

SI KELINCI PUTIH

pandeem
--
chs / week
--
NOT RATINGS
125k
Views
Synopsis
Singhasari High School merupakan sekolah paling favorit di Indonesia. Sekolah ini adalah tempat bagi para murid terbaik untuk bersaing demi mendapatkan pekerjaan di perusahaan ternama. Meski para murid berhasil terdaftar sebagai pelajar di sekolah ini, persaingan semakin ketat, para guru takkan membiarkan siswa berhasil dengan mudah. Serangkaian ujian telah menanti mereka, bagi yang berhasil akan mendapatkan reward, namun bagi yang gagal akan menempati kelas terendah yang akan dijadikan budak korporat. Seorang gadis bernama Alice adalah murid pindahan di Singhasari High School. Dia menjadi salah satu murid yang menyadari terdapat misteri dibalik pin yang ia terima sebagai reward lolos dalam ujian. Sebagai orang yang mengagungkan paham kebebasan, Alice tak membiarkan diskriminasi yang menimpa murid gagal terus berlanjut. Ia berusaha membongkar kedok sistem pendidikan yang menipu para murid sebagai ajang kehidupan mewah yang telah terjamin. Namun, setiap ujian yang dilakukan semakin rumit dan penuh bahaya.
VIEW MORE

Chapter 1 - CHAPTER 1 : MANIAK COFFE

Pagi ini mendung nan dingin membuatku merinding sekujur tubuh. Yaaa… di negara ini hanya ada 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Terkadang kondisi menjadi tak menentu, walaupun musim kemarau terkadang juga turun hujan lalu muncul-lah kabut yang tak seorang pun tau darimana asalnya.

Ruangan pengap ini menjaga kami tetap hangat menjadikan tubuhku sangat nyaman tuk singgah di sini. Tapii… bagaimana pun aku harus beranjak, kuusap embun dari jendela dengan telapak tangan—perlahan namun pasti. Melingkar… melingkar… dan melingkar…. Sang kabut memabatasi jarak pandangku—tak sampai dua meter mataku bisa melihat ke teras. Di setiap rintik hujan aku semakin terbawa percikannya, suara air ini begitu merdu seakan memiliki irama. Bagi orang dalam ini adalah sebuah kenyaman tiada tanding, tetapi bagi orang luar mungkin mereka akan menggerutu dan mulai memohon kepada Tuhan supaya sang surya bisa tersenyum lagi.

Aaaahh… sungguh nikmaaat, ditambah segelas kopi hitam akan menjadi lebih sempurna. Kebetulan sekali kopi yang baru saja tersaji di mejaku ini sudah siap diseduh.

"Tunggu jangan minum kopi itu!!!!"

"apa maksudmu? Ini adalah kopi pertamaku pada pagi ini! Bisa-bisanya kau melarangku untuk minum kopi ini! Kau tau betapaaaa—aku tak sabaran… aku menunggu setiap butiran kopi yang mengapung itu hanyut ke bawah?" Aku tak lagi menggubris ucapannya, segera kuseduh segelas kopi hitam tanpa lupa menghirup aromanya terlebih dahulu.

Aku tak tahan…

Tak tahaan lagii…

Nikmaattt…

Sunggguh benaaaaar-benaaaaar nikmaaaatttt…

Sepersekeian detik aku tersadar, "aaarrrgghh… apa? Apaaaaaaa ini? Apa yang kau masukkan dalam kopi ku?" tenggorokanku terasa panaasss—panaaas sekali hingga ke dadaku—aku pun jadi meremasnya.

"sebentar lagi kau akan mati!" kata gadis yang menyajikan kopiku

"sebenarnya apa yang kau rencanakan dasar wanita liciiik!!!???" bentakku

"sepertinya aku tak perlu mengantar kepergianmu nenek-keriput… haahaha…. Wahahaha…. Sekarang terbakarlaahhhh!" ciihhh gadis itu malah tertawa puas di atas penderitaanku.

"siaaal… sebenarnya apa yang dimasukkan dalam kopi ini? Mungkinkah sianida??? Gawaaattt…. Rasa panas ini mulai menjalar ke kepalaku hingga keningku!"

Gadis itu berdiri tepat di hadapanku, menampilkan wajah kemenangan ia merentangkan jemarinya.

"5"

"4"

"3"

"2"

"1"

"times up!"

"baiklahhh… jawabannya adalah jahe. Jahe adalah obat herbal yang dijual murah di sini. Efek dari jahe bisa membuat suhu tubuh menjadi hangat, tapii saat kau meneggak-nya saat itu juga tenggorokanmu akan terasa seperti terbakar. Baiklah kakak yang kalah—jadi kau harus pergi!"

Aku pun tersenyum dan tersanjung mendengar penjelasannya, dia adalah barista terbaik yang kumiliki—reflek jemariku mengelus rambutnya yang putih itu, " iyaaa… iyaaa… aku yang kalah karena tak bisa menebaknya. Baiklah aku harus pergi—jaga dirimu baik-baik sampai aku kembali."

Bersamaan kami menyilangkan jari kelingking membuat janji, untuk bisa bertemu kembali.

Singhasari High School merupakan sekolah negeri terfavorit di Indonesia. Singhasari High School atau yang lebih akrab dikenal SHS merupakan sekolah bagi tiap remaja yang menginginkan kehidupan mendatang yang terjamin. Karenanya banyak orang yang mengincar SHS sebagai pendidikan lanjutan—sehingga pemerintah membuat seleksi yang ketat bagi para calon siswa.

Menjadi sekolah favorit bukan karena sekolah yang terkenal elit, melainkan setiap murid di sini akan mendapatkan posisi yang layak di mata masyarakat. Pasca kelulusan mereka akan mendapat pekerjaan di perusahaan ternama. Pihak sekolah telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan besar sebagai pencetak tenaga kerja profesional. Yaaa… sebuah pekerjaan adalah tujuan akhir dari para pelajar yang giat—karena yang menganggur akan dianggap sampah masyarakat.

Hari ini aku pertama kali masuk sekolah—rintikan hujan ini masih tak mau berhenti pada akhirnya aku jadi orang luar juga, "kelas C yaa… jika diconvert ke dalam nominal itu adalah angka tiga, benar-benar angka terburuk!" seringkali angka 3 dihubungkan dengan musibah, yaa… memang hidup ini tak mudah.

Aku menguncupkan payung mulai masuk ke dalam kelas meninggalkan payung milik adikku di koridor. Aku menelan ludah--tak kusangka sudah seramai ini, sedikit senyum aku bergumam-yaaah… mungkin mereka terlalu bersemangat untuk menjalani kehidupan, wajar saja ini hari pertama masuk. Yaa.. dimanapun tempatnya pasti aku akan duduk di paling belakang di dekat jendela.

Dari tempat dudukku aku memperhatikan mereka yang di sekeliling, emmm… rupanya sudah saling kenal yaa—enaakknyaa… apa aku akan punya teman juga yaa??? Atau pacar?? Kyaaa… Hahaha… aku jadi hebohhh sendiri membayangkannya, tanpa kusadari Guru sudah memasuki kelas.

Kelas ini sangat berbeda dengan sekolahku sebelumnya, sejak kedatangan Guru auranya menjadi pekat. Meski begitu, sekarang aku bisa menjadi siapa pun yang kumau mau di sini—karena tak kan ada orang yang mengenalku. Lihatlah… seperti anak yang duduk di bangku paling depan—mengakrabkan diri dengan Guru, bagai buah yang dikupas kulitnya—karakter setiap orang akan mencolok di sini. Entah kau orang yang bersinar terang atau kau orang mempunyai dunia sendiri kaulah yang memutuskan. Seiring bertambahnya usia kebanyakan orang akan menjadi individual, jati diri suatu kebebasan yaitu kebebasan egoitas. Bahkan sejak kelas dimulai, tak ada perkenalan antara satu orang dengan lainnya sepserti kelas pada umumnya yang harus memperkenalkan diri satu per satu di depan—yang berhak memperkenalkan diri hanya Guru seorang, itu pun hanya formalitas.

"selamat pagiiii semua aku adalah Rey-yang mewakili kelas ini, langsung saja… event hari ini membuat essay berisi tentang tujuan hidup kalian atau motivasi kalian sebagai murid SHS yang baru. Saya akan menjelaskan RULE-nya, jadi masing-masing dari kalian boleh mengerjakan essay secara individu maupun berkelompok. Jika kalian memilih individu maka kalian akan mengumpulkan satu essay, jika kalian memilih berkelompok kalian juga tetap mengumpulkan satu essay. NAAAHHH… sekarang tentukanlah pilihan kalian individu atau berkelompok, pilihlah yang kalian sukai!"

Waaaahhh… gawaat…. Gawaaattt…. Aku belum mengenal siapa pun di sini, mungkin aku akan mengerjakan essay sendirian. Yaaahh…. Sebenarnya juga tak apa mengerjakan sendirian. Kulirik sekitar-beberapa anak mulai bergerombol membentuk kelompok, tunggu… tunggu dulu—sebenarnya satu kelompok berapa orang?

"Pak Rey, permisi saya Ringgo ingin bertanya—satu kelompok berapa orang?" akhirnya ada anak yang menyadarinya

"ayolaahh… kalian kan sudah dewasa! Tentukanlah sendiri jumlahnya, jika kalian menentukan kelompok saja tidak bisa, bagaimana kalian bisa menentukan nasib negara ini? Baiklah waktunya 30 menit dari sekarang." Jelas Pak Rey

Hmmm… jadi begitukah orang itu benar-benar langsung memulainya.

Waktu yang singkat itu membuat kelas menjadi ribut, kita harus mencari kelompok selain itu juga harus segera mengerjakan essay dalam 30 menit. Dalam keributan kulihat seorang perempuan di sebelah bangku-ku tampak ingin mengerjakan essay sendirian lantas aku menghampirinya.

"heiii kamu!? Bolehkah aku bergabung denganmu?"

"sebelum kau meminta sesuatu kepada seseorang, bukankah seharusnya kamu memperkenalkan diri. Aku tak mau berbicara dengan orang yang tak kukenal!' balasnya dengan wajah jutek.

"yaaa… itu wajar. Namaku Alice, baiklah kakak yang cantik ini apa mau satu kelompok denganku?"

Sambil mengedipkan mata dan tersenyum gadis itu membalas tawaranku, "tentu saja aku mau, namaku adalah Mawar. Ngomong-ngomong kamu asli mana?"

"iyaa tentu saja asli Indonesia dong"

"heeee… masa sih? Rambut perak-mu sepertinya tak mengatakan orang Indonesia, lahir tanggal berapa?"

"begitu yaa… emm—aku lahir tanggal 27"

"berapa bersaudara?"

"dua"

"makanan kesukaan?"

"tempe"

"kalo pacar?"

"eehhh… tunggu dulu!!! Kenapa jadi sedetail ini? Apa ini semacam introgasi?" sepertinya gadis ini berusaha mempermainkan diriku.

"hahahaha…. Maaf…. Just kidding, bukankah mengetahui satu sama lain itu bisa membuat kita lebih dekat. Oke, sebagai gantinya aku juga akan memaparkan semua rahasiaku" ungkap gadis yang belagu.

"ohh… itu tak perlu, aku tak peduli dengan hal semacam itu" tegas alis mata ini yang berkedut ini.

"aaahhh…. Gitu yaa… tapi aku akan lebih memaksa meski kau tak mendengarkan!"

Sesaat seseorang menyela pembicaraan kami, "Hei Mawar—bolehkah aku satu kelompok denganmu?"

Syukurlah… gadis itu jadi mengurungkan niatnya untuk bercerita panjang lebar. Tapi yang datang adalah seorang laki-laki ciihhh… merepotkan saja!

"Leo yaa? Tentu saja boleh—kita kan dulu satu sekolah kau seperti orang lain saja"

"hahaha… maaf-maaf aku sedikit gugup karena sudah lama tidak bertemu denganmu sejak pesta kelulusan"

Apaa? Pernah satu sekolah yaa? Apa boleh buat—sebenarnya aku tak ingin satu kelompok dengan cowok.

"baiklaahhh… semua bolpoin harap diletakkan! Sekarang setiap essay akan dibacakan di depan kelas. Silahkan siapa yang ingin membacakan essay-nya terlebih dahulu?" kata Pak Rey

Kelas ini berisikan 30 murid, jika aku perhatikan terbagi 5 kelompok dan 5 orang individu antara lain: Pertama, kelompok berisikan 10 orang; Kedua dan Ketiga kelompok berisikan 5 orang; ke-empat kelompok berisikan 3 orang; kelima, kelompok dengan 2 orang, dan sisanya 5 orang individu.

Sang pemberani mengangkat tangannya, maju ke depan kelas tuk membacakan essaynya, meski begitu dia tampaknya masoh grogi.

"S-sa-saya Obama dari kelompok 10 orang, tujuan hidup saya adalah menjadi presiden RI sebab itu saya masuk di sekolah menjadi yang terbaik. Demi mewujudkan impian itu saya setiap hari akan belajar lebih giat lagi…"

"baiklah selanjutnya!" kata Pak Rey

"ta-tapi saya belum selesai" lanjut Obama nampak ragu-ragu, akan tetapi Pak Rey sudah tak ingin mendengar cerita Obama lagi lalu ia menyuruhnya duduk kembali.

"Pak Rey, saya selanjutnya" kata seorang gadis yang ingin maju membacakan essaynya

"baiklah silahkan…"

"Selamat pagi semuanya, nama saya Ria saya dari kelompok beranggotakan 5 orang perempuan. Kami membuat essay mengenai masa-masa SMP. Kebetulan kami ber-lima adalah sahabat dari sekolah menengah pertama. Yaa.. memang begitulah seterusnya kami ingin menjaga pertemanan ini selamanya. Meskipun sudah menikah dan punya anak kami ingin selalu seperti ini berkumpul bersama layaknya keluarga. Hingga masa tua dan ajal menjemput nanti kami tetap sahabat."

Prookk… prookk… prookk… suara tepuk tangan berasal dari Pak Rey

"hebaaat-hebaatt aku sangat tersanjung, sungguh ikatan persahabatan yang luar biasa. Yaaa memang begitulah seharusnya semangat masa muda" sambil mengeluarkan sapu tangan dari kantungnya.

Selanjutnya Mawar yang menawarkan diri untuk membacakan essay kami

"Saya Mawar, dari kelompok beranggotakan 3 orang, dua orang lainnya adalah Alice dan Leo. Kami berambisi untuk mencapai puncak! Saya akan menjadi ketua OSIS untuk merubah sistem pendidikan di sekolah ini, tentu saja dengan bantuan dari Leo dan Alice sebagai tim sukses, saya yakin bisa mewujudkan mimpiku!"

Satu per satu essay telah dibacakan, meski beberapa orang tak bisa membaca essay-nya hingga tuntas. Aku tak tau kenapa Pak Rey memotong cerita mereka seakan sudah tau apa isi keseluruhan cerita mereka.

Suasana kelas silih berganti dari yang padat menjadi cair begitu pula sebaliknya sesuai respon dari Pak Rey, bagaimana ia menanggapi essay yang kami bacakan. Dengan memegang kumpulan essay Pak Rey berkata,

"baiklah sepertinya ada 14 orang yang gagal dalam tes ini. Selamat tinggal!"

Sebelumnya, Pak Rey memberi tugas membuat essay kepada kami. Instruksinya ialah boleh dikerjakan secara individu atau berkelompok. Kami berpikir bahwa ini adalah tugas biasa. Tapi ternyata kenyataannya adalah sebuah tes, dan 14 orang terancam DO (Drop Out) dari kelas ini.

Beberapa siswa mulai memprotes kepada pak Rey, adapula yang anarki hingga berani maju ke hadapan Pak Rey

"apa maksudnya semua ini pak Guru?"

"kami sudah mengerjakan essay sesuai instruksimu!'

"tapi kenapa sekarang kau mengeluarkan kami dari kelas ini? Jangan bercanda kau!"

Dengan tatapan sinis dan merendahkan pak Rey membalas ucapan para siswa, "bukankah kalian orang-orang terpilih yang bisa masuk ke SHS? Tapi kenapa hal yang sesederhana ini kalian tak bisa memahaminya?

Semua yang masuk di SHS adalah siswa unggulan, kalian adalah yang terbaik dari terbaik. Tentu saja aku harus memastikan tak ada anak yang manja di sini, apalagi anak koruptor yang menggunakan uangnya untuk masuk di sini tanpa jalur tes! Tentu saja aku tak bisa langsung mendepak kalian dari sekolah ini tapi setidaknya aku bisa mengeluarkan kalian dari kelas ini.

Dalam program studi ini terdapat 4 kelas mulai kelas A sampai kelas D. Yaa, sejauh yang kuketahui saat pendaftaraan tahun ini hanya membuka tiga kelas, namun Pak Rey menyebutkan bahwa ada 4 kelas. Oleh karena itu siswa dari kelas A sampai C yang gugur akan menempati kelas D.

"Sungguh na-as hidup kalian! Kami memang menjanjikan pekerjaan kepada setiap siswa. Tapi kalian yang menempati posisi terakhir akan menjadi budak korporat!!! Naah sekarang akan aku umumkan siapa saja ke-14 orang itu, dan aku tak akan menerima sanggahan"

Siapa sangka ada tes lanjutan, setelah kita melalui ujian masuk yang super sulit sebelumnya. Apa yang diucapkan Pak Rey memang masuk akal, tak mungkin SHS akan menawarkan orang tak berkualitas untuk bekerja di perusahaan mereka. Pada akhirnya yang terbaik yang akan menjadi boss.

Jika dicermati—sebenarnya ada petunjuk dari instruksi Pak Rey, essay ini bisa dikerjakan secara individu maupu berkelompok. Tapi kenapa jumlah kelompoknya tidak ditentukan? Dan setiap kelompok hanya boleh mengumpulkan satu essay? Tentu saja akan memberatkan anak yang mengerjakan secara individu dan menguntungkan anak yang berkelompok

Petunjuk kedua ialah "ayolaahh… kalian kan sudah dewasa! Tentukanlah sendiri jumlahnya, jika kalian menentukan kelompok saja tidak bisa, bagaimana kalian bisa menentukan nasib negara ini?"

Perkataan Pak Rey ini menunjukkan bahwa kami sudah dewasa, berarti kami harus bisa harus bisa mengendalikan ego dan mau membuka diri. Tidak hanya mementingkan diri sendiri namun juga orang lain. Kemudian peringatan yang tersirat adalah jika kalian menentukan kelompok saja tidak bisa, bagaimana kalian bisa menentukan nasib negara ini. Kami sebagai orang yang belum berpengalaman tak mungkin bisa mengubah negara menjadi lebih maju, maka dari itu mulailah mengubah dari hal yang terkecil.

Dari tiga petunjuk itu hanya orang bodoh saja yang tetap mengerjakan essay secara individu. Oleh karena itu, aku beranjak dari bangku dari membuat kelompok bersama Mawar. Tapi bergabung dengan kelompok dengan banyak orang juga bukan pilihan yang tepat.

"baiklah yang gagal adalah Obama bersama ke-9 orang lainnya. Sungguh disayangkan yaaa Obama, maaf tapi di sini bukan untuk orang lemah sepertimu yang bahkan tak bisa membela dirinya sendiri. Kau hanya dimanfaatkan oleh ke-9 berandalan itu untuk mengerjakan essay, sedangkan mereka malah bermain sendiri dan mengacuhkanmu!

Kelompok kecil beranggotakan 2 sampai 5 orang adalah pilihan yang tepat karena kalian bisa mendeskripsikan tujuan hidup kalian tanpa melupakan rekan kalian yang mengambil andil dalam hidup kalian. Oleh karena itu aku memberikan nilai B kepada kalian

Sedangkan untuk keempat orang bodoh lainnya adalah yang tidak memiliki kelompok, jelas mereka akan menulis cerita mengenai diri mereka sendiri"

Seseorang dari kelima individu itu menyela pembicaraan Pak Guru, "Pak… bukankah yang tidak memiliki kelompok ada 5 orang, dan yang dikeluarkan hanya 4 orang, berarti kami memiliki kesempatan?"

"tiddaakk…. Kalian tidak memiliki kesempatan sama sekali. Meskipun dari kelima orang yang tidak memiliki kelompok dan mengerjakan secara individu, namun dia mengetahui petunjuk dariku. Aku memang memberikan kebebasan untuk mengerjakan essay secara individu atau berkelompok. Bukan berarti yang individu tidak bisa lulus dalam tes ini. Benar kan Davinci?"

Dengan menyilangkan tangan dan tersenyum anak bernama Davinci itu tak mengiyakan atau menyanggah pertanyaan Pak Rey

"dalam waktu 30 menit yang singkat itu, Davinci bisa memaparkan tujuan hidupnya untuk menjadi ketua OSIS SHS tanpa melupakan semua yang ada di kelas ini. Dia memberikan setiap peran kepada anak-anak di kelas ini, bahkan namaku juga ada di essay-nya. Apa maksudnya ini hooi Dav?" lanjut Pak Rey

"yaaa kurasa akan lebih menarik jika Pak Rey bisa menjadi batu loncatanku!"

"ooohh…. Menarik karena itu, aku memberimu nilai A pada tes kali ini. Sekaligus menunjukkmu sebagai ketua kelas C"

"naaahhh…. Sekarang kalian ke-14 orang gagal, silahkan ikuti aku—akan kujelaskan bagaimana cara menjadi budak korporat"

Anak-anak lainnya yang masih ada di dalam kelas mulai membicarakan ke-14 orang gagal itu.

"heeeh…. Kasihan sekali mereka?"

"hahahaha—mungkin mereka akan jadi tukang fotokopi arsip atau pengantar surat"

"hoooii-hoooii-hoooii jangan begitu jahat sekali kau ini, meski begitu mereka tetap teman kita bukan?"

Saat itulah aku menyadari bahwa di mana pun tempatnya seleksi alam dan sistem kasta tetap berlaku di masyarakat. Mungkin tidak frontal seperti jaman 3G (GOLD, GLORY, GOSPEL) dulu, namun kini itu terlihat halus dan melebur menjadi bagian dinamika masyarakat.